"Ini karena dari BMKG curah hujan tahun ini katanya tidak terlalu tinggi. Namun, di tahun depan, bisa terjadi cuaca ekstrem. Menghadapi itu, kami coba siapkan sebaik mungkin. Bukan masalah di tahun 2017 ada pilkada lagi," katanya.
Karena itu, ia tegaskan, program normalisasi terus berjalan, baik untuk sungai, situ, waduk, saluran, maupun semua infrastruktur terkait. Partisipasi dan aspirasi warga ataupun kalangan aktivis akan ditampung juga dilaksanakan, asalkan realistis serta bisa cepat dilakukan.
Mudjiadi menegaskan, program normalisasi sungai saat ini dikejar lebih ke sisi produktifnya. Tinggi turap, lebar kali, dan pengerukan diperhitungkan benar sesuai kalkulasi luapan ekstrem sungai di target proyek.
Kini, kata Mudjiadi, memang dicoba mengembalikan ke ukuran awal. Namun, dengan tingkat kepadatan hunian di bantaran, itu tidak bisa maksimal dilakukan.
Lebar sungai akan dimaksimalkan sebanyak lahan bantaran yang bisa dibebaskan. Sungai terpaksa diturap tegak lurus karena jika dibuat miring menyerupai aslinya tidak ada lagi lahan tersedia.
Entah berapa bangunan, hunian, kampung, dan infrastruktur seperti jalan yang harus dibebaskan.
"Walaupun jauh dari ideal, kami harapkan nanti air kali bisa lebih bagus sehingga bisa dijadikan air baku. Selanjutnya, baru menuju sungai bersih. Sampah dibersihkan dari kali. Ini tentu dengan bantuan masyarakat dan komunitas-komunitas," tambah Mudjiadi.
Untuk saat ini, Kementerian PUPR menegaskan, normalisasi di kawasan kota pendekatannya teknik sipil, di daerah rural area baru ekohidrolik.
Namun, di beberapa tempat di kota akan dibuat sungai alami. Saat ini disediakan 10 titik untuk ruang hijau terbuka di mana penerapan ekohidrolik diberlakukan.