Setelah saluran ditutup, warga kemudian menjadikan bagian di atasnya sebagai tempat parkir ataupun tempat usaha.
Teguh menyesalkan ulah-ulah warga itu karena berpotensi membuat air tidak dapat mengalir dengan sempurna, hingga kemudian dapat menyebabkan munculnya genangan.
"Jadi, di Jakarta ini jangan maling teriak maling. Ditutup gotnya, dijadikan lahan parkir, dijadiin tempat usaha, kalau udah banjir, baru teriak ke Gubernur, 'Pak, banjir,'" kata Teguh di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (25/1/2016).
Selain menyoroti ulah warga yang menutup saluran air, Teguh juga menyebut bahwa banyak pengelola kawasan perkantoran yang tidak membangun saluran untuk menampung air hujan.
"Tadi Pak Gubernur bilang, areal perkantoran di Gatot Subroto yang selama ini dikeluhkan ternyata tidak mempersiapkan sarana untuk air hujan," ujar Teguh.
Menurut Teguh, pihaknya sudah membongkar beton-beton yang menutup saluran air tersebut.
Ia mengatakan, saluran-saluran air yang sebelumnya tertutup pun sudah berfungsi kembali dengan normal.
Oleh karena itu, ia optimistis, tidak akan ada lagi genangan saat curah hujan mencapai puncaknya pada Februari mendatang.
"Yang begini-begini aja mah kita urusin pasti bisa. Kita semua jajaran bahkan siap menghadapi hal terburuk," ucap mantan Camat Pulogadung ini.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.