Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Informasi PHK Massal, Buruh Minta Pemerintah Cepat Tanggap

Kompas.com - 05/02/2016, 21:17 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ribuan buruh akan mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat dampak penutupan usaha PT Panasonic Lighting di Cikarang, Jawa Barat, dan Pasuruan, Jawa Timur, serta PT Toshiba Indonesia di Cikarang.

Kejadian ini membuat buruh prihatin.

"Kami cukup prihatin dengan kejadian di Cikarang," kata Yulius Johan, Ketua Front Buruh asal Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur, kepada Kompas.com, Jumat (5/2/2016).

Yulius menilai, alasan PHK para buruh tersebut menurutnya klasik, karena perusahaan hendak berpindah lokasi.

Pemerintah menurut Yulius seharusnya cepat tanggap dengan masalah itu dan membantu para buruh yang di PHK.

"Pemerintah kurang pro aktif dengan kondisi ini, berarti ada pembiaran," ujae Yulius.

Ia mempertanyakan, apakah penutupan tersebut karena faktor ekonomi atau ada hal lainnya.

"Kalau dibilang karena ekonomi saya rasa ekonomi kita sekarang cukup baik," ujar Yulius.

Sementara itu, Yulius mengatakan, dengan kondisi banyaknya PHK seperti saat ini, buruh memang khawatir. Namun, untuk Kawasan Industri Pulogadung menurutnya belum ada isu bakal ada pemutusan kerja massal.

Sementara itu, Ketua Konfederasi Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI) Nining Elitos mengatakan prihatin dengan kejadian di Cikarang.

Persoalan PHK menurutnya tak lepas dari masalah ekonomi dan daya beli masyarakat. Namun kadang, lanjutnya, buruh menjadi tumbal, baik karena masalah perusahaannya atau pemerintah sendiri.

"Buruh itu menjadi tumbal baik persoalan modal perusahaannya atau masalah ekonomi (negara)," ujar Nining.

Masalah pembangunan tak merata juga salah satu penyebab dilakukannya pemutusan hubungan kerja oleh perusahaan.

Pembangunan yang tak merata membuat daya beli masyarakat yang kurang, sehingga hasil produksi perusahaan jadi tak laku di pasaran. Untuk itu pihaknya menuntut perubahan pada jaminan kerja dan juga memberlakukan standar upah nasional.

Ia juga meminta dihapuskannya sistem outsourcing. Sebab, yang paling rentan terkena PHK, lanjutnya, yakni buruh dengan status tenaga alih daya atau outsourching itu.

Sistem ini menurutnya harus dihapuskan pemerintah. Sebelumnya, rencana penutupan usaha PT Panasonic Lighting di Cikarang, Jawa Barat, dan Pasuruan, Jawa Timur, serta PT Toshiba Indonesia di Cikarang akan berdampak pada pemutusan hubungan kerja ribuan pekerjanya.

"Sekitar 2.500 pekerja akan di-PHK," ujar Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal dalam konferensi pers di Hotel Mega Proklamasi, Jakarta, Selasa (2/1/2016).

Said menjelaskan, ribuan pekerja itu terdiri atas sekitar 1.700 anggota KSPI di PT Panasonic dan 970 anggota KSPI di PT Toshiba. Ia merinci, sebanyak 600-700 pekerja dari Panasonic Lighting Pasuruan di-PHK pada periode Desember 2015-Januari 2016.

Sementara itu, Panasonic Lighting Cikarang-Bekasi, sejumlah 900-1.000 karyawan di-PHK untuk periode Januari 2016 sampai dengan Maret 2016.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi: Ada Luka di Dada dan Cekikan di Leher Jasad Perempuan 'Open BO' di Pulau Pari

Polisi: Ada Luka di Dada dan Cekikan di Leher Jasad Perempuan "Open BO" di Pulau Pari

Megapolitan
144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan, Terbanyak di Jaktim

144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan, Terbanyak di Jaktim

Megapolitan
Wanita Ditemukan Tewas di Dermaga Pulau Pari, Polisi Periksa 3 Teman Dekat Korban

Wanita Ditemukan Tewas di Dermaga Pulau Pari, Polisi Periksa 3 Teman Dekat Korban

Megapolitan
Cerita Warga Habiskan Uang Jutaan Rupiah untuk Bagi-bagi THR di Hari Lebaran

Cerita Warga Habiskan Uang Jutaan Rupiah untuk Bagi-bagi THR di Hari Lebaran

Megapolitan
Anggota DPRD Pertanyakan Besaran Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Anggota DPRD Pertanyakan Besaran Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Megapolitan
Tewas Terjebak Kebakaran, Keluarga Pemilik 'Saudara Frame' Tinggal di Lantai Tiga Toko

Tewas Terjebak Kebakaran, Keluarga Pemilik "Saudara Frame" Tinggal di Lantai Tiga Toko

Megapolitan
Kadis Dukcapil: 92.432 NIK Warga Jakarta Bakal Dinonaktifkan Awal Pekan Depan

Kadis Dukcapil: 92.432 NIK Warga Jakarta Bakal Dinonaktifkan Awal Pekan Depan

Megapolitan
Sayur-mayur Membawa Berkah, Sarmini Bisa Menyekolahkan Anaknya hingga Sarjana

Sayur-mayur Membawa Berkah, Sarmini Bisa Menyekolahkan Anaknya hingga Sarjana

Megapolitan
Petugas Beberkan Sulitnya Padamkan Api yang Membakar Toko Bingkai Saudara Frame Mampang

Petugas Beberkan Sulitnya Padamkan Api yang Membakar Toko Bingkai Saudara Frame Mampang

Megapolitan
Polisi Ungkap Ada Karyawan Semprot Bensin untuk Usir Rayap Sebelum Kebakaran Saudara Frame Mampang

Polisi Ungkap Ada Karyawan Semprot Bensin untuk Usir Rayap Sebelum Kebakaran Saudara Frame Mampang

Megapolitan
Warga DKI yang NIK-nya Dinonaktifkan Bisa Ajukan Keberatan ke Kantor Kelurahan

Warga DKI yang NIK-nya Dinonaktifkan Bisa Ajukan Keberatan ke Kantor Kelurahan

Megapolitan
Jasad 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Dibawa ke RS Polri Kramatjati

Jasad 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Dibawa ke RS Polri Kramatjati

Megapolitan
Polisi Tangkap 3 Orang Terkait Penemuan Jasad Perempuan di Dermaga Pulau Pari

Polisi Tangkap 3 Orang Terkait Penemuan Jasad Perempuan di Dermaga Pulau Pari

Megapolitan
Nasib Apes Pria di Bekasi, Niat Ikut Program Beasiswa S3 Malah Ditipu Rp 30 Juta

Nasib Apes Pria di Bekasi, Niat Ikut Program Beasiswa S3 Malah Ditipu Rp 30 Juta

Megapolitan
Tunduknya Pengemudi Fortuner Arogan di Hadapan Polisi, akibat Pakai Pelat Palsu Melebihi Gaya Tentara

Tunduknya Pengemudi Fortuner Arogan di Hadapan Polisi, akibat Pakai Pelat Palsu Melebihi Gaya Tentara

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com