Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antara Kritik dan Apresiasi Kinerja Ahok Pimpin Jakarta

Kompas.com - 18/03/2016, 07:51 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Setelah dua tahun memimpin DKI Jakarta, kinerja Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mulai diukur, khususnya pada situasi politik menuju Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI 2017 yang sekarang ini sedang menghangat.

Hasilnya, ada yang menganggap Ahok belum berhasil mengurus Jakarta. Sikap karakter seorang Ahok yang sering marah dinilai justru berdampak.

Peneliti dan pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro, menyatakan, salah satunya ialah mengenai penyerapan anggaran. Tahun ini, DKI, menurut dia, rendah dalam mencapai penyerapan anggaran.

"Tidak berhasil, penyerapan dananya masih banyak yang enggak terserap, hanya sekitar 10-30 persen," kata Siti di diskusi bertema "Kursi Panas DKI 1 Tanpa Dukungan DPRD, Berhasilkah?" di Warung Komando, Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (17/3/2016). (Baca: Fitra: Memalukan, Serapan Anggaran DKI Sama Rendahnya dengan Provinsi Baru)

Karakter Ahok juga, menurut dia, berpotensi menghambat program. Sebab, Ahok menabuh genderang konflik dengan legislatif. Padahal, Siti menilai Ahok seharusnya membangun relasi yang harmonis dengan legislatif, dalam hal ini DPRD DKI, agar dapat membuat APBD dan perda bagi masyarakat tanpa hambatan.

Ahok, menurut dia, cenderung one man show dalam hal ini. Padahal, dia sedang menjalankan roda pemerintahan.

"Dalam ketatanegaraan kita itu, setiap kepala daerah harus mengikuti tata krama yang ada. Ini tidak boleh diterobos begitu saja kayak perusahaan. Kalau perusahaan miliknya sendiri boleh, tetapi kalau bukan perusahan, ini pemda," ujar Wiwik, sapaan akrab Siti.

Ahok juga dinyatakan tidak menciptakan lingkungan birokrasi yang baik. Tutur kata Ahok kadang tidak santun.

Menurut dia, di DKI, Ahok kurang berinovasi. Ada yang hanya tinggal meneruskan program yang telah ada sejak zaman Gubernur DKI Fauzi Bowo. Ia lantas membandingkan dengan Surabaya atau Jawa Timur secara keseluruhan.

"Inovasi berjalan oke, tidak hanya Surabaya, tetapi Jawa Timur. Diakui secara internasional juga. DKI belum mendapatkan itu. Padahal, ini Ibu Kota," ujar Wiwik. (Baca: Banyak yang Kritik, Ahok Makin Terinspirasi Buat Terobosan)

Diapresiasi

Namun, pengamat politik dari Universitas Nasional, Ansy Lema, lebih mengapresiasi kinerja Ahok. Kegiatan pembangunan di DKI lebih kelihatan dan terasa berjalan.

"Kalau orang bilang sebelum-sebelumnya daya serap APBD tinggi, tetapi di mana pembangunan itu," ujarnya.

Ansy menyatakan, Ahok membangun sistem lebih baik daripada para gubernur pendahulunya. Ada e-budgeting, e-goverment, Jakarta Smart City, dan lainnya.

Ada kegiatan normalisasi. Kemudian, dalam mengelola anggaran, Ahok berlaku transparan. Ahok, menurut dia, kerap menyelamatkan anggaran untuk kepentingan warga, misalnya saat adanya isu begal APBD beberapa waktu lalu.

Ahok ingin agar anggaran dapat didistribusi atau dialokasi secara tepat sasaran. Ini yang menurut Ansy kepercayaan dari masyarakat yang dijaga Ahok.

"Dalam politik yang mahal itu adalah trust dan hari ini yang Ahok hadirkan adalah kepercayaan itu. Makanya, masyarakat mau berbondong-bondong mendukung dia melalui jalur perseorangan," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Megapolitan
Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Megapolitan
Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Megapolitan
Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Megapolitan
'Otak' Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

"Otak" Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

Megapolitan
KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

Megapolitan
Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Megapolitan
Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com