Bahkan windsock, alat seperti kaus kaki berwarna oranye untuk menunjukkan arah dan kekuatan angin, sudah diganti dengan yang baru.
Semua perubahan itu adalah bagian dari persiapan lapangan terbang di Pondok Cabe, Kota Tangerang Selatan, itu menjadi bandar udara komersial.
"Beberapa persiapan sudah dilaksanakan, antara lain pemagaran, pengaspalan kembali runway, markingrunway, dan pemasangan lighting, serta telah dilakukan pengetesan landasan. Saat ini, Bandar Udara Pondok Cabe dalam proses resertifikasi bandara khusus. Setelah itu, kami akan memproses sertifikasi bandara umum," ungkap Wianda Pusponegoro, Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Sabtu (19/3/2016).
Kompleks Lapangan Terbang Pondok Cabe seluas 170 hektar itu selama ini memang dikelola PT Pelita Air Service (PAS), anak perusahaan Pertamina.
Jika proses perizinan dan sertifikasi ini berjalan lancar, maskapai Garuda Indonesia akan mulai melayani penerbangan reguler dari Pondok Cabe dengan pesawat ATR 72-600.
Untuk tahap awal, menurut sosialisasi kepada warga sekitar bandara, 29 Februari lalu, Garuda akan membuka enam penerbangan menuju Bandar Lampung, Palembang, Pangkalan Bun, Semarang, Yogyakarta, dan Solo pergi-pulang tiap hari.
Perubahan menjadi bandara komersial umum ini akan menandai sejarah baru lapangan terbang yang sebelumnya berfungsi terbatas ini. Dengan pertumbuhan pesat kawasan megapolitan Jakarta, yang diikuti pesatnya kebutuhan perjalanan dengan pesawat udara, seolah tinggal menunggu waktu saja Pondok Cabe dioperasikan sebagai bandara umum.
Dua bandara lain di wilayah ini, yakni Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Tangerang dan Halim Perdanakusuma di Jakarta Timur, saat ini saja sudah terlalu penuh.
Bahkan, wacana soal itu sebenarnya sudah beredar cukup lama. Menurut paparan Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika Kota Tangerang Selatan, Oktober 2015, pada 2008 Lapangan Terbang Pondok Cabe sempat direncanakan menjadi bandara komersial.
Namun, Januari 2009, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub membatalkan rencana itu karena dipandang landasan pacunya tak memenuhi syarat.
Berbagai reaksi
Reaksi warga sekitar pun bervariasi terhadap rencana ini. "Kalau bandara itu jadi bandara komersial, pasti banyak manfaatnya. Saya jadi tak perlu jauh-jauh ke (bandara) Halim Perdanakusuma atau Soekarno-Hatta," ujar Aris (68), warga yang tinggal tak jauh dari lapangan terbang, Jumat (18/3).
Rokhim (38), warga lain, juga menyambut gembira rencana itu. Selain tak perlu lagi bersusah payah ke Soekarno-Hatta atau Halim, warga sekitar pun terkena dampak positif, seperti usaha lebih laris atau terbukanya mata pencarian baru.
"Saat ini saja, saat rencana pembukaan bandara diketahui banyak orang, sudah mulai banyak orang datang cari tanah untuk membangun kontrakan di dekat bandara," ujar Rokhim.