Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lapangan Terbang Pondok Cabe, dari Gelap Perang hingga Sesak Urban

Kompas.com - 21/03/2016, 19:24 WIB
KOMPAS.com - Berbagai perubahan telah tampak nyata kini di Lapangan Terbang Pondok Cabe. Lapisan aspal di landasan pacunya terlihat lebih tebal dan mulus, garis-garis penanda atau marka di atas aspal itu terlihat baru, dan lampu pendaratan sudah dipasang di landasan sepanjang 2.000 meter itu.

Bahkan windsock, alat seperti kaus kaki berwarna oranye untuk menunjukkan arah dan kekuatan angin, sudah diganti dengan yang baru.

Semua perubahan itu adalah bagian dari persiapan lapangan terbang di Pondok Cabe, Kota Tangerang Selatan, itu menjadi bandar udara komersial.

"Beberapa persiapan sudah dilaksanakan, antara lain pemagaran, pengaspalan kembali runway, markingrunway, dan pemasangan lighting, serta telah dilakukan pengetesan landasan. Saat ini, Bandar Udara Pondok Cabe dalam proses resertifikasi bandara khusus. Setelah itu, kami akan memproses sertifikasi bandara umum," ungkap Wianda Pusponegoro, Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Sabtu (19/3/2016).

Kompleks Lapangan Terbang Pondok Cabe seluas 170 hektar itu selama ini memang dikelola PT Pelita Air Service (PAS), anak perusahaan Pertamina.

Jika proses perizinan dan sertifikasi ini berjalan lancar, maskapai Garuda Indonesia akan mulai melayani penerbangan reguler dari Pondok Cabe dengan pesawat ATR 72-600.

Untuk tahap awal, menurut sosialisasi kepada warga sekitar bandara, 29 Februari lalu, Garuda akan membuka enam penerbangan menuju Bandar Lampung, Palembang, Pangkalan Bun, Semarang, Yogyakarta, dan Solo pergi-pulang tiap hari.

Perubahan menjadi bandara komersial umum ini akan menandai sejarah baru lapangan terbang yang sebelumnya berfungsi terbatas ini. Dengan pertumbuhan pesat kawasan megapolitan Jakarta, yang diikuti pesatnya kebutuhan perjalanan dengan pesawat udara, seolah tinggal menunggu waktu saja Pondok Cabe dioperasikan sebagai bandara umum.

Dua bandara lain di wilayah ini, yakni Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Tangerang dan Halim Perdanakusuma di Jakarta Timur, saat ini saja sudah terlalu penuh.

Bahkan, wacana soal itu sebenarnya sudah beredar cukup lama. Menurut paparan Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika Kota Tangerang Selatan, Oktober 2015, pada 2008 Lapangan Terbang Pondok Cabe sempat direncanakan menjadi bandara komersial.

Namun, Januari 2009, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub membatalkan rencana itu karena dipandang landasan pacunya tak memenuhi syarat.

Berbagai reaksi

Reaksi warga sekitar pun bervariasi terhadap rencana ini. "Kalau bandara itu jadi bandara komersial, pasti banyak manfaatnya. Saya jadi tak perlu jauh-jauh ke (bandara) Halim Perdanakusuma atau Soekarno-Hatta," ujar Aris (68), warga yang tinggal tak jauh dari lapangan terbang, Jumat (18/3).

Rokhim (38), warga lain, juga menyambut gembira rencana itu. Selain tak perlu lagi bersusah payah ke Soekarno-Hatta atau Halim, warga sekitar pun terkena dampak positif, seperti usaha lebih laris atau terbukanya mata pencarian baru.

"Saat ini saja, saat rencana pembukaan bandara diketahui banyak orang, sudah mulai banyak orang datang cari tanah untuk membangun kontrakan di dekat bandara," ujar Rokhim.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang 'Pelanggannya' di Kali Bekasi

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang "Pelanggannya" di Kali Bekasi

Megapolitan
Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Sempat Minta Tolong untuk Gotong Kardus AC

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Sempat Minta Tolong untuk Gotong Kardus AC

Megapolitan
Sedang Berpatroli, Polisi Gagalkan Aksi Pencurian Sepeda Motor di Tambora

Sedang Berpatroli, Polisi Gagalkan Aksi Pencurian Sepeda Motor di Tambora

Megapolitan
Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
Beredar Video Sopir Truk Dimintai Rp 200.000 Saat Lewat Jalan Kapuk Muara, Polisi Tindak Lanjuti

Beredar Video Sopir Truk Dimintai Rp 200.000 Saat Lewat Jalan Kapuk Muara, Polisi Tindak Lanjuti

Megapolitan
Maju Pilkada Bogor 2024, Jenal Mutaqin Ingin Tuntaskan Keluhan Masyarakat

Maju Pilkada Bogor 2024, Jenal Mutaqin Ingin Tuntaskan Keluhan Masyarakat

Megapolitan
Kemendagri Nonaktifkan 40.000 NIK Warga Jakarta yang Sudah Wafat

Kemendagri Nonaktifkan 40.000 NIK Warga Jakarta yang Sudah Wafat

Megapolitan
Mayat dalam Koper yang Ditemukan di Cikarang Berjenis Kelamin Perempuan

Mayat dalam Koper yang Ditemukan di Cikarang Berjenis Kelamin Perempuan

Megapolitan
Pembunuh Perempuan di Pulau Pari Mengaku Menyesal

Pembunuh Perempuan di Pulau Pari Mengaku Menyesal

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com