Sandiaga Salahudin Uno “akan” menciptakan lapangan kerja baru dan “akan” mengatasi harga sembako yang tinggi dengan cara memotong distribusi barang.
Djarot Syaiful Hidayat yang kini menjabat Wakil Gubernur DKI Jakarta berjanji “akan” melakukan kerja nyata jika terpilih sebagai Gubernur, sebagaimana terlihat dalam kampanye yang dilakukan Sahabat Djarot.
Abraham Lunggana yang akrab disapa Haji Lulung berjanji “akan” mempercepat proses pembangunan Jakarta dan “akan” membuat program yang memungkinkan penyerapan anggaran bisa dilakukan dengan sebesar-besarnya.
Hasnaeni Moein yang dijuluki “Wanita Emas” berjanji “akan” melakukan pembangunan tujuh kali lebih cepat dari yang Ahok lakukan sekarang ini.
Mantan Menpora di zaman SBY, yakni Adhyaksa Dault, berjanji “akan” membangun Jakarta ke arah yang lebih baik.
Ahmad Taufik dan Mujtahid Hashem, dua warga Tanah Abang, saat mendeklarasikan diri sebagai bakal calon gubernur dan wakilnya berjanji “akan” bangkit melawan konglomerat hitam yang mereka sebut menguasai Jakarta.
Mungkin masih ada bakal calon gubernur DKI lainnya yang tidak tersebut di sini. Akan tetapi yang jelas, semua para pesaing atau Ahok ini punya senjata program berupa “akan” dalam setiap kampanye, pun dalam setiap pernyataan pers kepada sejumlah media.
Tidak pelak lagi, perang terbuka antara “telah” milik Ahok melawan “akan” milik para lawannya, akan terus berkobar dan mencapai titik kulminasi saat debat terbuka di depan publik nanti.
Ahok, tentu saja punya senjata “akan” lainnya sebagai senjata simpanan. Setidak-tidaknya Ahok berjanji “akan” melanjutkan pembangunan kota Jakarta di segala bidang yang “telah” dilakukannya selama ini. Sebagai senjata simpanan, tentunya hanya digunakan di saat diperlukan saja.
Memang agak repot bagi para penantang Ahok yang tidak bisa mengatakan “telah” dan hanya bisa mengatakan “akan” dalam hal membangun kota Jakarta ini. “Akan” masih berupa cita-cita dan wacana, sementara “telah” nyata adanya. Pertarungan menjadi tidak seimbang dan Ahok mendapat hoki dari “telah” versus “akan” ini.
Namun demikian, para penantang Ahok, siapapun mereka, jangan berkecil hati hanya karena memiliki senjata “akan” yang baru berupa wacana dan masih jauh dari realita. Percayalah, “akan” juga bisa mengalahkan “telah”.
Tunjukkan saja
Caranya? Sederhana. Yakni, cukup dengan menunjukkan (show), tetapi usahakan jangan mengatakan (tell). Meminjam istilah jurnalistik, “Show it, do not tell”.
Tunjukkan bahwa apa yang “telah” Ahok kerjakan selama menjabat sebagai Gubernur DKI sesungguhnya kurang bermanfaat bagi masyarakat luas. Tunjukkan bahwa kebijakan Ahok tidak tepat sasaran dan banyak mudarat daripada manfaatnya. Tunjukkan bahwa Ahok sebenarnya tidak bisa mengatasi banjir yang bukannya semakin surut tetapi semakin menenggelamkan kota Jakarta.
Tunjukkan pula bahwa kemacetan lalu-lintas bukan semakin lancar malah semakin mampat di mana-mana. Tunjukkan pula bahwa tidak ada upaya Ahok untuk mengatasi banjir dan kemacetan itu selama ia menjabat.