Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyelenggara Demo Sopir Taksi Sebut "Sweeping" Hanya Bentuk Solidaritas

Kompas.com - 26/03/2016, 12:52 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal Paguyuban Pengemudi Angkutan Darat (PPAD) Juni Prayitno tidak menyangka unjuk rasa pengemudi angkutan umum pada Selasa (22/3/2016) lalu berujung ricuh. Menurut dia, sebelum unjuk rasa, para pengemudi angkutan umum sudah dilarang untuk sweeping pengemudi angkutan umum lain yang tidak ikut unjuk rasa.

"Kami sih kalau dari PPAD tidak menyangka akan terjadi hal seperti kemarin. Imbauan dari kami, tidak dibenarkan yang namanya sweeping. Tidak dibenarkan yang namanya anarkis. Tapi, alhamdulillah, saya konsultasi sama Polda Metro, tidak ada korban jiwa di sini. Tidak ada pengrusakan fasilitas umum," kata Juni dalam diskusi program Polemik Sindo Trijaya FM, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (26/3/2016) pagi.

Menurut Juni, terjadi kericuhan dan tindak anarkistis tidak lepas dari kekesalan para pengemudi yang sudah dipendam cukup lama terhadap perusahaan penyedia jasa transportasi online atau berbasis aplikasi.

Tidak beberapa lama kemudian, ketika masih membicarakan soal sweeping antar pengemudi taksi kebanyakan, Juni berpendapat bahwa hal itu juga sebagai bentuk senasib yang diinginkan pengemudi dalam unjuk rasa tersebut.

"Ya itu soal solidaritas (antar sopir) saja," tutur Juni. (Baca: 150 Taksi Bluebird Rusak dalam Unjuk Rasa yang Berujung Aksi Anarkistis)

Juni menyebutkan, pihaknya telah mengantongi nama lima orang pengemudi taksi yang dianggap menimbulkan kekacauan pada unjuk rasa hari Selasa. Kelima orang itu direkomendasikan oleh PPAD untuk dipecat dari perusahaan taksi tempat mereka bekerja. Namun, Juni enggan menyebutkan sopir taksi apa kelima orang yang dimaksud.

"Ya ada lah," ujar Juni.

Unjuk rasa yang berkonsentrasi di depan kompleks MPR/DPR itu diwarnai sweeping terhadap sesama sopir taksi. Bahkan, ada sopir taksi yang sedang mengantar penumpang seorang ibu dengan anaknya yang masih kecil, dipaksa turun oleh sopir taksi lain yang ikut unjuk rasa.

Tidak sedikit juga sopir taksi yang masih membawa penumpang terpaksa mengabaikan sweeping itu hingga menyerempet sejumlah sopir yang sedang sweeping.


PPAD merupakan penyelenggara unjuk rasa sopir taksi konvensional terkait keberadaan taksi online. Mereka menekan pemerintah agar bertindak tegas terkait keberadaan taksi online.


Dalam unjuk rasa yang digelar pada Selasa (22/3/2016), terjadi aksi anarkistis hingga sweeping. Beberapa kendaraan dirusak dan ada juga yang terluka usai demo tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

Megapolitan
3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang adalah ART

3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang adalah ART

Megapolitan
Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com