Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Penginnya kayak di Kampung Pulo, Punya Rumah dan Enggak Bayar"

Kompas.com - 31/03/2016, 12:47 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Setelah menempati rusun selama hampir setengah tahun, eks warga Kampung Pulo kini harus mulai membayar iuran.

Warga membayar "uang kebersihan" per hari yang nilai totalnya Rp 300.000 per bulan.

Boleh dibilang, uang yang dibayarkan ini layaknya uang sewa tinggal di rusun per bulan.

Warga pun mengeluhkan biaya yang harus dikeluarkan dalam per bulan ini. (Baca: Musim Hujan, Warga Kampung Pulo Bersyukur Air Tak Lagi Masuk ke Dalam Rumah)

Kebanyakan warga yang mengeluh adalah mereka yang kehilangan mata pencahariannya di Kampung Pulo, atau warga yang berpenghasilan rendah.

Warga Tower A lantai 16, Dewi (31), mengaku sudah menunggak biaya sewa rusun selama dua bulan.

Ibu rumah tangga dengan tiga anak itu mengatakan bahwa penghasilan suaminya sebagai buruh lebih kurang Rp 70.000 per hari. 

Penghasilan suaminya itu, menurut Dewi, begitu pas-pasan karena harus membayar iuran rusun.

Belum lagi iuran air dan listrik yang ditanggung sendiri oleh penghuni.

"Bersihnya sebulan mesti ada sekitar Rp 500.000. Sekarang saya pusing, dua bulan belum bayar," kata Dewi kepada Kompas.com, Kamis (31/3/2016).

Dewi juga mengaku sudah menerima surat peringatan dari pengelola rusun. Ada perjanjian yang mengharuskannya untuk membayar biaya sewa pada tenggat waktu yang ditentukan.

Namun, ia enggan menyebut kapan batas waktu yang ditentukan. "Besok bapaknya (suami) bayar, bulan Februari dulu. Untungnya pengelola sini baik, bayarnya tanggal berapa, kami yang nentuin. Ya tetapi, kalau enggak bayar, (bisa) keluar," ujar Dewi.

Lain halnya dengan Tariah (65), warga lantai 5 Tower A Rusun Jatinegara Barat.

Tariah dulu punya penghasilan sedikit-sedikit dari menjual kopi dan minuman ketika masih tinggal di Kampung Pulo.

Namun, setelah pindah ke rusun, ia kehilangan mata pencarian itu. Ia kini bergantung pada anaknya yang bekerja sebagai penyapu jalan.

Kendati demikian, Tariah mengaku sering memikirkan beban ekonomi keluarganya.

Untuk menghibur diri, ia kerap menyambangi tetangga sebelah rumah untuk berbagi cerita.

"Biar rumah gedong gede, tetapi pikiran. Di Pulo rasanya lebih tenang. Biar banjir gede, pikiran tenang. Kami udah bertahun-tahun di sana," ujar Tariah.

Meskipun demikian, diakui Tariah, warga Kampung Pulo tidak lagi kelelahan akibat kebanjiran. (Baca juga: Menurut Ahok, Kampung Pulo Masih Banjir karena Warga Melawan Pemprov DKI)

Kondisi di rusun pun dinilainya lebih bersih dan nyaman. Tariah berharap, ada dialog antara warga dan pemerintah untuk membahas persoalan sewa.

"Penginnya kayak di Pulo. Kami dulu punya rumah enggak bayar, sekarang mesti bayar," ujar Tariah.

Kompas TV Banjir 3 Meter Rendam Kampung Pulo
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Selain Gerindra, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Juga Mendaftar Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Selain Gerindra, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Juga Mendaftar Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Keluarga Pemilik Toko Bingkai 'Saudara Frame' yang Kebakaran Dikenal Dermawan

Keluarga Pemilik Toko Bingkai "Saudara Frame" yang Kebakaran Dikenal Dermawan

Megapolitan
Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 di Filipina, Percaya karena Pelaku Pernah Berangkatkan Mahasiswa

Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 di Filipina, Percaya karena Pelaku Pernah Berangkatkan Mahasiswa

Megapolitan
 Aksi Lempar Botol Warnai Unjuk Rasa di Patung Kuda

Aksi Lempar Botol Warnai Unjuk Rasa di Patung Kuda

Megapolitan
Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Satu Keluarga atau Bukan

Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran "Saudara Frame" Satu Keluarga atau Bukan

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi Bersama Kontras Tuntut Kemerdekaan Palestina

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi Bersama Kontras Tuntut Kemerdekaan Palestina

Megapolitan
Massa Gelar Demo di Patung Kuda, Tuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024

Massa Gelar Demo di Patung Kuda, Tuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024

Megapolitan
Ada Demo di Patung Kuda, Arus Lalin Menuju Harmoni via Jalan Medan Merdeka Barat Dialihkan

Ada Demo di Patung Kuda, Arus Lalin Menuju Harmoni via Jalan Medan Merdeka Barat Dialihkan

Megapolitan
Ini Daftar Identitas Korban Kebakaran 'Saudara Frame'

Ini Daftar Identitas Korban Kebakaran "Saudara Frame"

Megapolitan
Acungi Jempol Perekam Sopir Fortuner Arogan yang Mengaku TNI, Pakar: Penyintas yang Berani Melawan Inferioritas

Acungi Jempol Perekam Sopir Fortuner Arogan yang Mengaku TNI, Pakar: Penyintas yang Berani Melawan Inferioritas

Megapolitan
Fraksi PKS DKI Nilai Penonaktifan NIK Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Tak Adil

Fraksi PKS DKI Nilai Penonaktifan NIK Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Tak Adil

Megapolitan
Identitas 7 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Belum Diketahui

Identitas 7 Korban Kebakaran "Saudara Frame" Belum Diketahui

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Telan Anggaran Rp 22 Miliar, untuk Interior hingga Kebutuhan Protokoler

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Telan Anggaran Rp 22 Miliar, untuk Interior hingga Kebutuhan Protokoler

Megapolitan
144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan 2024, Paling Banyak karena Korsleting

144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan 2024, Paling Banyak karena Korsleting

Megapolitan
7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen

7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com