JAKARTA, KOMPAS.com - Bakal calon petahana Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mempertanyakan pernyataan mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Busyro Muqoddas.
Busyro sebelumnya mengatakan apa yang dilakukan Basuki atau Ahok menjadi calon independen adalah sebuah ambiguitas. Sebab, Ahok tetap menerima dukungan partai politik meski telah menyatakan maju melalui jalur independen.
"Sekarang waktu saya mendaftar ke KPU (Komisi Pemilihan Umum) DKI, partai ikut tanda tangan enggak? Ya makanya berarti saya maju independen," kata Ahok, di Balai Kota, Jumat (1/4/2016).
Ahok saat ini didukung oleh dua partai politik, yakni Partai Nasdem dan Partai Hanura. Ahok mengaku tak bisa melarang jika ada anggota partai yang mengumpulkan KTP dukunngan untuknya.
"Ya terus masa saya mesti umumkan, 'Eh saudara-saudara kalau kalian yang pernah pilih parpol, supaya saya tetap pure independen, saya hanya menargetkan (yang mengumpulkan KTP) itu dari orang yang tidak pernah ikut partai'," kata Ahok.
"Apakah itu penegertian independen? Enggak. Pengertian independen itu mendaftarnya, itu konsepnya," kata Ahok.
( Baca: Busyro Nilai Independensi Ahok di Pilkada DKI Ambigu )
Busyro menyebut parpol yang mendukung Ahok memiliki kepentingan pribadi. "Parpol yang mendukung Pak Ahok misalnya Nasdem, dukungan itu pakai bayaran enggak? Nanti setelah kalau jadi.
Ada parpol yang memiliki ideologi sedekah yang ikhlas? Ada enggak? mendukung ikhlas tidak minta minta imbalan? Ya enggak ada kan," kata Busyro.
Namun Busyro masih enggan menanggapi apakah bantuan yang diterima Ahok merupakan bentuk ketidapercayaannya untuk maju pada Pilkada DKI mendatang melalui jalur independen.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.