Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Nasib Para Joki Setelah "Three In One" Dihapus

Kompas.com - 05/04/2016, 11:06 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Sukardi terduduk di atas sebuah kursi yang berada di pinggir jalan. Setelah sedikit menghela napas panjang, ia kemudian memesan satu kopi hitam kepada penjaja kopi yang berada di depannya.

Tangan kanan Sukardi kemudian merogoh saku hingga ke dalam. Dikeluarkannya sebatang rokok dari dalam bungkus dan langsung dinyalakan dengan korek api gas yang sudah lebih dulu digenggam tangan kiri.

Pria 60 tahun itu merupakan joki three in one di sekitar kawasan Semanggi, Tanah Abang, Jakarta Pusat.

"Three in one dihapus makin macet," kata Sukardi saat memulai pembicaraan dengan Kompas.com di trotoar Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Selasa (5/4/2016).

Mata Sukardi menerawang. Kopi hitam dalam gelas ia teguk sekali dengan perlahan. Rokok yang mulai habis seperempat diisap kembali dan memulai pembicaraan.

"Saya sudah lama sekali jadi joki dan ini satu-satunya pekerjaan saya," ungkap Sukardi.

Meski menjadi joki tampak mudah bagi sebagian orang, ini berbeda bagi Sukardi. Pria yang tinggal di kawasan Bendungan Hilir itu bercerita, dalam sehari, ia hanya bisa mendapat satu pelanggan. Bukan tanpa sebab, kondisi tubuh yang sudah renta membuat Sukardi tak lagi energik dan lincah seperti joki muda lainnya.

Setelah mengantarkan pelanggan untuk melintasi kawasan three in one, Sukardi lantas kembali berjalan kaki ke lapaknya yang berada di dekat Bendungan Hilir.

"Sehari cuma paling dapat Rp 20.000," kata Sukardi. (Baca: Doa Joki "Three in One", Semoga Masih Banyak Pengendara Tidak Tahu)

Kini, Sukardi harus berpikir ulang soal hidupnya. Satu-satunya pekerjaan yang ia bisa lakukan dihapus.

Joki lainnya adalah Epi. Ia menjadi joki untuk menyambung hidup bersama keluarganya. Epi tampak membantu sang suami mengurusi dagangan kopi dan air mineral di sebuah lapak kecil pangkalan ojek Bendungan Hilir.

Dengan cekatan, ia mulai menyeduh dan menyuguhi kopi panas ke pembeli. Saat dimintai keterangan soal three in one, Epi tampak malu dan menolak. Ia hanya menyunggingkan senyum dan berlalu. Sang suami, Agus (35), kemudian angkat bicara.

"Itu istri saya dulunya joki. Mungkin malu kali ya," kata Agus seraya menyeduh kopi pembeli. (Baca: Jumlah Kendaraan Melonjak Tiga Kali Lipat Saat "Three In One" Dihapuskan)

Dulu, Agus juga seorang joki. Ia menggeluti jasa joki selama satu tahun dan banting setir menjadi penjaja kopi. Bukan tanpa sebab, Agus mengungkapkan uang hasil joki memang untuk disiapkan untuk menjadi modal usaha kopinya.

Setelah Agus berhenti, sang istri masih menjadi joki. Dalam sehari, istrinya dapat mengumpulkan uang hingga Rp 70.000.

"Kalau uang dari istri itu untuk pegangan dia," kata Agus.

Sementara itu, hasil dagang kopi Rp 100.000 per hari digunakan untuk menghidupi keluarga kecilnya yang sudah memiliki satu anak. Agus mengungkapkan, kini istrinya akan mencari pekerjaan lain untuk dapat menyambung hidup.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanda Duka Cita, Mahasiswa UI Peringati 9 Tahun Kematian Akseyna

Tanda Duka Cita, Mahasiswa UI Peringati 9 Tahun Kematian Akseyna

Megapolitan
500 Siswa SMA Ikut Pesantren Kilat di Kapal Perang KRI Semarang

500 Siswa SMA Ikut Pesantren Kilat di Kapal Perang KRI Semarang

Megapolitan
Soal Peluang Maju Pilkada DKI, Heru Budi: Hari Esok Masih Penuh Misteri

Soal Peluang Maju Pilkada DKI, Heru Budi: Hari Esok Masih Penuh Misteri

Megapolitan
Sopir Truk Akui Kecelakaan di GT Halim karena Dikerjai, Polisi: Omongan Melantur

Sopir Truk Akui Kecelakaan di GT Halim karena Dikerjai, Polisi: Omongan Melantur

Megapolitan
Sebelum Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR, Petugas Sudah Pernah Tegur Pelaku Pungli

Sebelum Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR, Petugas Sudah Pernah Tegur Pelaku Pungli

Megapolitan
Sudah 1,5 Tahun Kompolnas dan Polisi Belum 'Update' Kasus Kematian Akseyna

Sudah 1,5 Tahun Kompolnas dan Polisi Belum "Update" Kasus Kematian Akseyna

Megapolitan
Ucap Syukur Nelayan Kamal Muara kala Rumahnya Direnovasi Pemprov DKI

Ucap Syukur Nelayan Kamal Muara kala Rumahnya Direnovasi Pemprov DKI

Megapolitan
Rekonstruksi Kasus Penembakan Ditunda sampai Gathan Saleh Sehat

Rekonstruksi Kasus Penembakan Ditunda sampai Gathan Saleh Sehat

Megapolitan
Buntut Pungli Sekelompok Orang, Dinas Bina Marga DKI Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR

Buntut Pungli Sekelompok Orang, Dinas Bina Marga DKI Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR

Megapolitan
Warga Bogor Tertipu Penjual Mobil Bekas di Bekasi, padahal Sudah Bayar Lunas

Warga Bogor Tertipu Penjual Mobil Bekas di Bekasi, padahal Sudah Bayar Lunas

Megapolitan
Gandeng Swasta, Pemprov DKI Renovasi 10 Rumah Tak Layak Huni di Kamal Muara

Gandeng Swasta, Pemprov DKI Renovasi 10 Rumah Tak Layak Huni di Kamal Muara

Megapolitan
Singgung 'Legal Standing' MAKI, Polda Metro Jaya Sebut SKT sebagai LSM Sudah Tak Berlaku

Singgung "Legal Standing" MAKI, Polda Metro Jaya Sebut SKT sebagai LSM Sudah Tak Berlaku

Megapolitan
Penyidikan Aiman Witjaksono Dihentikan, Polisi: Gugur karena Tak Berkekuatan Hukum

Penyidikan Aiman Witjaksono Dihentikan, Polisi: Gugur karena Tak Berkekuatan Hukum

Megapolitan
Belum Tahan Firli Bahuri, Kapolda Metro Terapkan Prinsip Kehati-hatian

Belum Tahan Firli Bahuri, Kapolda Metro Terapkan Prinsip Kehati-hatian

Megapolitan
Dishub DKI Jaga Trotoar di Jakpus yang Dimanfaatkan Sekelompok Orang Tarik Bayaran Pengendara Motor

Dishub DKI Jaga Trotoar di Jakpus yang Dimanfaatkan Sekelompok Orang Tarik Bayaran Pengendara Motor

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com