JAKARTA, KOMPAS.com - Sosiolog Imam prasodjo menceritakan pengalamannya ketika mengajak beberapa orang Baduy berkeliling di Mal Grand Indonesia. Pengalaman itu terjadi ketika Orang Baduy pergi ke Jakarta untuk membicarakan persoalan kepemilikan KTP mereka dengan Presiden Joko Widodo pada 2015 lalu.
Mulanya, Imam mendapat telepon dari salah satu warga Baduy. Mereka menyebut sedang berada di Bundaran Hotel Indonesia. Tapi, Imam tidak menjelaskan milik siapa telepon yang digunakan oleh orang Baduy tersebut.
"Tiba-tiba orang Baduy Dalam, orang Baduy Dalam loh, menelepon, rupanya dia ada di Bundaran HI," kata Imam di Bentara Budaya Jakarta, Jumat (8/4/2016).
Imam pun mengajak mereka berkeliling ke Mal Grand Indonesia.
"Saya bilang, mau gak ke GI? Sambil lihat-lihat budaya lain," katanya.
Saat hendak memasuki mal, sekuriti melarang mereka masuk ke dalam. Sebab, orang Baduy tidak menggunakan alas kaki.
"Mau masuk ke GI, terus mereka nyeker, gak boleh masuk ke GI. Saya bilang ke sekuritinya, mereka Warga Indonesia juga gak? Kenapa mereka gak boleh masuk, ini kan bagian dari budaya Indonesia juga," ujar Imam menirukan perkataannya waktu itu.
Akhirnya mereka pun diizinkan masuk. Mereka melihat berbagai barang dan mencobanya di sana.
"Nah ini Ipad. Ini lagi nyoba vacuum cleaner nih," kata Imam.
Melihat Orang Baduy di dalam mal menjadi keseruan tersendiri bagi Imam. Ia pun terhibur melihatnya.
"Saya merasa terhibur melihat ini," seloroh Imam.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.