Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bunyi Lisung "Isuk-isuk" yang Hilang di Baduy

Kompas.com - 09/04/2016, 07:08 WIB
Nursita Sari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - "Duk..duk..duk..", begitulah suara yang dulunya kerap terdengar ketika pagi buta di Kampung Suku Baduy, Banten.

Suara itu tak lain adalah bunyi lisung, tempat menumbuk padi, yang digunakan ibu-ibu Suku Baduy.

Mereka menumbuk padi isuk-isuk (pagi-pagi) untuk dimasak sebagai bekal makanan ke ladang.

(Baca: Perkenalan Budaya Baduy dengan Budaya Modern)

Arkeolog Cecep Eka Pernama bercerita, ia mendengar bunyi itu setiap kali datang ke Kampung Baduy. Bunyi lisung isuk-isuk itulah yang selalu membangunkan Cecep saat menginap di sana.

"(Saya) pagi-pagi sekali dibangunkan oleh duk..duk..duk..," ujar Cecep dalam Diskusi Gerakan Rayakan Perbedaan Baduy Kembali di Bentara Budaya Jakarta, Jumat (8/4/2016).

Namun, Cecep kini tidak pernah lagi mendengar bunyi itu. "Suara lisung itu hilang, tahun 2000-an," katanya.

Menurut Cecep, hilangnya bunyi lisung isuk-isuk itu terjadi akibat semakin  banyaknya penduduk Kampung Baduy.

Namun, pertumbuhan penduduk tidak dibarengi dengan perluasan lahan.

"Tanah yang terbatas itu dengan penduduk yang semakin bertambah, menyebabkan lahan pertanian dan rumah berkurang," kata dosen Arkeologi Universitas Indonesia ini.

Nursita Sari Moderator Diskusi Pepih Nugraha, Sosiolog Imam B. Prasodjo, Arkeolog Cecep Eka Permana, dan salah satu tokoh Baduy, Sarpin, dalam Diskusi Gerakan Rayakan Perbedaan Baduy Kembali di Bentara Budaya Jakarta, Jumat (8/4/2016).
Akibat terbatasnya lahan untuk berladang, hasil panen padi pun berkurang. Sementara itu, menanam padi adalah kewajiban adat bagi Suku Baduy.

Dengan demikian, hasil ladang yang terbatas itu kemudian disimpan dan hanya digunakan untuk upacara adat.

Sebab, warga Suku Baduy tidak boleh membeli beras untuk upacara adat tersebut. Untuk kebutuhan sehari-hari, mereka kini lebih banyak membeli beras di pasar.

(Baca: Yuk, Belanja Kerajinan khas Baduy di Bentara Budaya Jakarta)

Hal itu jugalah yang menyebabkan bunyi lisung isuk-isuk itu hilang. "Karena beras sudah beli, lisung itu tidak pernah bunyi lagi, karena padi tidak ditumbuk lagi," kata Cecep.

Lisung-lisung itu pun menjadi rusak karena tak lagi digunakan. Tak hanya lisung, terbatasnya ladang pun menyebabkan leuit-leuit (lumbung padi) di Baduy tak terawat.

"Leuit-nya tetap ada, tetapi banyak yang rusak, terbengkalai, karena tidak diisi (padi) lagi," tutur Cecep.

Ia berharap bunyi lisung yang nyaris tak terdengar lagi itu akan muncul lagi. Sebab, ia yakin bahwa Suku Baduy masih memegang teguh adat mereka.

Namun, yang menjadi masalah saat ini adalah lahan perladangan yang kini sudah terbatas.

Salah satu tokoh Baduy, Sarpin, mengamini perkataan Cecep. Menurut Sarpin, kini warga Baduy tetap berladang di lahan yang terbatas itu.

"Tetapi sekarang kami masih menjalani kehidupan berladang, itu merupakan kehidupan yang harus dilaksanakan. Setiap warga Baduy yang sudah menikah wajib berladang," tutur Sarpin.

Kompas TV Musikalitas Baduy - Paris
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com