Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wisnu Nugroho
Pemimpin Redaksi Kompas.com

Wartawan Kompas. Pernah bertugas di Surabaya, Yogyakarta dan Istana Kepresidenan Jakarta dengan kegembiraan tetap sama: bersepeda. Menulis sejumlah buku tidak penting.

Tidak semua upaya baik lekas mewujud. Panjang umur upaya-upaya baik ~ @beginu

Sebelum Sunny Tanuwidjaja Muncul di Balaikota

Kompas.com - 11/04/2016, 06:44 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

Karena menjadi titik terjauh dari akhir pekan berikutnya, Senin kerap dirasa berat oleh warga perkotaan seperti Jakarta. Namun, perasaan berat itu tidak untuk Senin (11/4/2016) ini. Akan kembalinya Sunny Tanuwidjaja ke Balaikota DKI Jakarta merupakan salah satu penyebabnya.

Lima hari terakhir, nama Sunny Tanuwidjaja yang disebut Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai Staf Khusus Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengemuka. Oleh KPK, Sunny yang langsung populer itu hendak dimintai keterangan terkait pembahasan dua rancangan peraturan daerah terkait reklamasi di Pantai Jakarta.

Untuk mendalami kasus reklamasi yang telah menjerat Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta Mohamad Sanusi dan Presiden Direktur Agung Podomoro Land Ariesman Widjaja sebagai penerima dan pemberi suap ini, KPK minta kepada Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM mencegah Sunny ke luar negeri. Pencegahan dimulai 6 April 2016 hingga 6 Oktober 2016.

Oleh KPK, Sunny tidak dicegah seorang diri. Bersamaan dengan pencegahan itu, KPK juga meminta Dirjen Imigrasi mencegah Richard Halim, Direktur Agung Sedayu Group.

Dalam perkara reklamasi di Pantai Jakarta, Agung Sedayu Grup adalah pengembang yang anak perusahaannya yaitu Kapuk Naga Indah mendapat 5 izin prinsip dari 17 pulau hasil reklamasi.

Lima pulau itu masih diberi nama Pulau A, B, C, D dan E. Sementara Agung Podomoro Land melalui anak perusahaannya Muara Wisesa Samudra mendapat 1 izin prinsip di Pulau G yang kemudian diberi nama Pluit City.

Selain menetapkan Sanusi dan Ariesman sebagai tersangka, KPK juga telah menetapkan karyawan Agung Podomoro Land, Trinanda Prihantoro, sebagai tersangka.

Suap Ariesman kepada Sanusi sebesar Rp 1,140 miliar yang terungkap dalam operasi tangkap tangan KPK diberikan melalui Trinanda, 31 Maret 2016.

Kenapa Sunny?

Dalam peta yang belum terungkap sepenuhnya terkait reklamasi dan dugaan korupsi di dalamnya di mana saat ini tengah ditangani KPK, pencegahan atas Sunny memunculkan pertanyaan.

Apalagi, beberapa hari sebelum diumumkan resmi pada 7 April 2016, sempat beredar pencegahan atas S yang kemudian dibantah KPK.

KOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di sela-sela pertunjukan konser DARR 2: Bikin Konser di Ciputra Artpreneur, Jakarta Selatan, Sabtu (2/4/2016). Di Atas Rata-rata generasi dua (DARR 2) dilengkapi dengan enam tema tata panggung, dari negeri dongeng, melayu, hingga jazz.
Pertanyaan itu juga ada di benak Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Setelah penangkapan Sanusi oleh KPK dan penyerahan diri Ariesman ke KPK, Ahok mengaku bertemu Sunny.

Terkait semua tuduhan yang dialamatkan ke Sunny terkait reklamasi, Ahok mendapat jawaban melegakan. Sunny menurut Ahok membantah semua tuduhan. Kepada Ahok, Sunny bilang tidak melakukan apa-apa.

Siapa Sunny sehingga begitu dekat dengan Ahok?

Selain dekat, Ahok juga rela memosisikan diri sebagai "juru bicara" Sunny saat persoalan menimpanya.

Terkait posisi Sunny, berbeda dengan KPK yang memberi predikat staf khusus gubernur, Ahok menyebutnya sebagai teman. Iya, teman Ahok, sebelum "Teman Ahok" jadi bermakna politis akhir-akhir ini. Karena teman, Ahok mengaku tidak membayar atau memberinya gaji. 

Seperti Roma, pertemanan tidak bisa dibangun dalam semalam. Sunny dekat dengan Ahok sejak 2010. Saat itu, Ahok adalah Anggota Komisi II DPR RI dari Partai Golkar.

Pada saat bersamaan, Sunny adalah peneliti Departeman Politik dan Hubungan Internasional di Centre for Strategic and International Studies (CSIS). Sunny bergabung di CSIS sejak 2008 usai lulus dari Northern Illinois University (NIU), Amerika Serikat.

Saat kemudian Ahok maju mendampingi Joko Widodo dalam Pilkada DKI Jakarta 2012 dengan kendaraan Partai Gerindra, Sunny makin intens membantu Ahok. Kepada Sunny, Ahok memberi kepercayaan untuk mengatur jadwalnya.

Setelah Jokowi-Ahok menang dalam putaran kedua Pilkada DKI Jakarta dan hendak dilantik, Sunny keluar dari CSIS pada 20 Oktober 2012.

Kepada wartawan, Ahok juga menyebut, setelah keluar dari CSIS, Sunny yang kerap diberi kategori sebagai "anak magang" di Balaikota berkerja untuk Peter Sondakh, CEO Rajawali Corp.

Tidak cukup jelas bagaimana hubungan kedekatan Ahok dan Sunny. Namun, Ahok selalu menyebut kedekatannya dengan Sunny lantaran rencana desertasi S-3 yang dikemukakan Sunny. Pokok penelitian Sunny seperti dikemukakan Ahok adalah masa depan karir politik Ahok dengan gaya yang tidak lazim dan hubungannya dengan hoki.

Terkait hal-hal ini, Sunny belum bisa dikonfirmasi. Untuk rumors yang muncul terkait anak magangnya, Ahok yang lebih kerap tampil memberi konfirmasi.

Juga saat Ahok menjelaskan hubungan Sunny dengan Eka Tjipta Widjaja, pendiri Sinar Mas Group. Sunny adalah sepupu dari isteri Franky Oesman Widjaja. Franky merupakan anak ketiga Eka Tjipta.

Ahok tidak sendiri

Belakangan, setelah KPK mencegah Sunny, Ahok tidak sendirian mejadi "juru bicara" bagi Sunny. Hasan Nasbi, CEO Cyrus Network, ikut memberi penjelasan tentang Sunny yang dikenalnya sejak 2008.

Kompas.com/Kurnia Sari Aziza Direktur Eksekutif Cyrus Network Hasan Nasbi Batupahat
Menurut Hasan yang mengaku menyuntikkan dana awal ke "Teman Ahok", Sunny santai saat mengetahui dicegah KPK ke luar negeri.

Hasan memberi jaminan, temannya yang saat dihubungi tengah berada di Bogor bersama keluarganya tidak akan melarikan diri.

Keterangan Hasan ini melegakan. Terlebih, ada keterangan tambahan, Sunny akan kembali datang ke Balaikota, Senin (11/4/2016) ini. Kedatangan dan kemunculannya akan mengonfirmasi banyak hal yang memunculkan pertanyaan.

Sementara menunggu kemunculan dan konfirmasi dari Sunny, di laman NIU saya mengetik Sunny Tanuwidjaja di kolom pencarian. Empat hasil saya dapatkan dan memberi jawaban atas beberapa pertanyaan.

Pertama, Sunny adalah asisten pengajar pada Departemen Ilmu Politik tahun 2004.

Kedua, Sunny disebut dalam newsletter Departemen Ilmu Politik NIU bersama Tobias Basuki, Philips Vermonte, dan Jacob Ricks saat presentasi di Konferensi Midwest Political Science Association (MPSA), April 2007.

Ketiga, hasil penelitian Sunny tentang Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dikutip dalam jurnal "The Political Rise of the Prosperous Justice Party in Post-Authoritarian Indonesia Examining the Political Economy of Islamist Mobilization in a Muslim Democracy" yang ditulis Kikue Hamayotsu, doktor ilmu politik di NIU, Februari 2009.

Keempat, Sunny disebut dalam referensi tulisan "The End of Political Islam? A Comparative Analysis of Religious Parties in the Muslim Democracy of Indonesia yang ditulis Kikue Hamayotsu" di "Journal of Current Southeast Asian Affairs", tahun 2011.

Oya, ngomong-ngomong soal teman dan bagaimana menjalin pertemanan, kode etik yang mengatur laku pimpinan KPK layak dipertimbangkan siapa pun yang memiliki kekuasaan.

Dari survei sejumlah lembaga beberapa tahun belakangan, KPK menjadi lembaga dengan tingkat kerpercayaan tertinggi karena laku ini.

Untuk menyebut contoh, di pasal 6, ditulis larangan kepada pimpinan KPK meminta kepada atau menerima bantuan dari siapapun dalam bentuk apapun yang memiliki potensi benturan kepentingan dengan KPK.

Benturan kepentingan kerap menjerumuskan. KPK yang memasuki dekade kedua ini memberi kita contoh tidak kurang-kurang. 

 

Kompas TV Ahok "Blak-blakan" soal Sunny Tanuwidjaja
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Daftar Rute Transjakarta yang Terintegrasi dengan MRT

Daftar Rute Transjakarta yang Terintegrasi dengan MRT

Megapolitan
Seorang Pria Tanpa Identitas Tewas Tertabrak Mobil di Tengah Tol Dalam Kota

Seorang Pria Tanpa Identitas Tewas Tertabrak Mobil di Tengah Tol Dalam Kota

Megapolitan
Bakal Cagub Independen Mulai Konsultasi Pendaftaran ke KPU DKI, Salah Satunya Dharma Pongrekun

Bakal Cagub Independen Mulai Konsultasi Pendaftaran ke KPU DKI, Salah Satunya Dharma Pongrekun

Megapolitan
Kondisi Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Usai Disatroni Maling: Jendela dan Pintu Rusak serta Ada Jejak Kaki

Kondisi Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Usai Disatroni Maling: Jendela dan Pintu Rusak serta Ada Jejak Kaki

Megapolitan
Wanita di Jaksel Diduga Tenggak Cairan Pembersih Lantai Sebelum Gantung Diri Sambil Live Instagram

Wanita di Jaksel Diduga Tenggak Cairan Pembersih Lantai Sebelum Gantung Diri Sambil Live Instagram

Megapolitan
Diterpa Hujan, Atap Rumah Warga di Depok Ambruk

Diterpa Hujan, Atap Rumah Warga di Depok Ambruk

Megapolitan
Relawan: Dokumen yang Dibawa Maling di Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Bersifat Rahasia

Relawan: Dokumen yang Dibawa Maling di Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Bersifat Rahasia

Megapolitan
Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Kemalingan, TV, Alat Podcast dan Dokumen Penting Raib Dicuri

Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Kemalingan, TV, Alat Podcast dan Dokumen Penting Raib Dicuri

Megapolitan
KPU Gelar Sayembara Maskot dan 'Jingle' Pilkada DKI 2024 Khusus Warga Jakarta

KPU Gelar Sayembara Maskot dan "Jingle" Pilkada DKI 2024 Khusus Warga Jakarta

Megapolitan
Berdiri Hampir Satu Jam, Pemudik Minta Tempat Duduk di Stasiun Pasar Senen Ditambah

Berdiri Hampir Satu Jam, Pemudik Minta Tempat Duduk di Stasiun Pasar Senen Ditambah

Megapolitan
Korban Kecelakaan Mobil di Sawangan Depok Alami Memar hingga Patah Tulang

Korban Kecelakaan Mobil di Sawangan Depok Alami Memar hingga Patah Tulang

Megapolitan
Diduga Alami 'Microsleep', Pengemudi Jazz Hantam Mobil Innova di Sawangan Depok

Diduga Alami "Microsleep", Pengemudi Jazz Hantam Mobil Innova di Sawangan Depok

Megapolitan
Pekan Ini, Pemprov DKI Bakal Surati Kemendagri untuk Nonaktifkan NIK 92.432 Warga Jakarta

Pekan Ini, Pemprov DKI Bakal Surati Kemendagri untuk Nonaktifkan NIK 92.432 Warga Jakarta

Megapolitan
Lebaran 2024 Usai, Fahira Idris: Semoga Energi Kebaikan Bisa Kita Rawat dan Tingkatkan

Lebaran 2024 Usai, Fahira Idris: Semoga Energi Kebaikan Bisa Kita Rawat dan Tingkatkan

Megapolitan
H+6 Lebaran, Stasiun Pasar Senen Masih Dipadati Pemudik yang Baru Mau Pulang Kampung

H+6 Lebaran, Stasiun Pasar Senen Masih Dipadati Pemudik yang Baru Mau Pulang Kampung

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com