Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengakuan Sunny soal Hubungan dengan Sanusi, Pengembang, dan Raperda Reklamasi

Kompas.com - 12/04/2016, 07:32 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melayangkan permohonan pencegahan ke luar negeri terhadap Sunny Tanuwidjaja. Menurut KPK, Sunny adalah staf khusus Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Pencegahan terhadap Sunny terkait dugaan suap dalam penyusunan rancangan peraturan daerah (raperda) tentang proyek reklamasi di Teluk Jakarta. Kasus itu telah menjerat antara lain Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta Mohamad Sanusi dan Presiden Direktur PT Agung Podomoro Land (APLN), Ariesman Widjaja.

Kuasa Hukum Sanusi, Krisna Murti, mengatakan, Sunny pernah menghubungi kliennya untuk membicarakan raperda tersebut. Hal itu diakui Sunny.

Sunny mengaku pernah mengontak Sanusi pada Februari 2016 berhubungan dengan dua raperda terkait reklamasi.

"Kalau kontak, betul seperti yang Pak Sanusi sebut. Memang saya kontak dia" ujar Sunny di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Senin (11/4/2016).

Sunny mengatakan, kontak tersebut dilakukan ketika Bappeda telah menyerahkan draf Raperda tentang Tata Ruang ke DPRD DKI. Namun, DPRD DKI belum juga menyelesaikan pembahasan raperda tersebut.

Kumpulan para pengembang yang tergabung dalam sebuah paguyuban pun menanyakan hal itu kepada Sunny. "Saya bilang (ke pengembang), cek aja langsung ke sana (DPRD). Nah sudah dicek berkali-kali, enggak clear. Saya mau tanya Bu Tuty (Kepala Bappeda) kan enggak enak. Bu Tuty setahu saya (disposisinya) banyak dari Pak Gubernur kan," ujar Sunny.

"Jadi, ya sudah saya cek langsung. Kenapa saya ke Sanusi? Karena kita tahu, Sanusi paling mengerti soal beginian. Yang lain kan enggak ngerti," tambah dia.

Pengakuan Sunny soal Sanusi hanya sebatas itu. Dia membantah telah menjadi jembatan yang mengatur pertemuan Sanusi dengan Ariesman Widjaja. Menurut dia, Sanusi dan Ariesman telah kenal sebelumnya sehingga tidak perlu diatur olehnya agar bisa bertemu.

"Sanusi dengan Podomoro sudah kenal lama. Sepengetahuan saya sejak 2004 kalo enggak salah menurut cerita mereka, dalam proyek pembangunan Thamrin City. Jadi kalau misalkan mereka mau ketemu, mau ngobrol, mau apa, ngapain lewat saya, orang bisa ketemu langsung kok," ujar Sunny.

Sunny lalu menjelaskan hubungannya dengan para pengembang terkait dengan Raperda Reklamasi. Menurut dia, kelompok pengembang selalu berinteraksi dengan tim Bappeda dan dirinya terkait raperda itu.

"Kan selalu ada perbedaan pandangan. Mereka juga ingin menyampaikan perbedaan pandangan dari sisi mereka, seperti apa pandangannya. Kadang langsung ke Pak Gubernur, kadang langsung ke saya. Interaksinya dengan saya dari situ sebenarnya," kata Sunny.

Ia mengatakan pengembang berkomunikasi dengannya ketika membahas raperda. Ahok memiliki keterbatasan waktu untuk mencerna semua isi raperda. Akan lebih efisien jika keluhan terkait raperda dijelaskan kepadanya untuk disampaikan kembali kepada Ahok.

"Mereka kan enggak tahu Pak Gubernur tidak memperhatikan detail teknis-teknis raperdanya itu," ujar Sunny.

Berdasarkan pengakuan Sunny, hubungannya dengan pengembang memang erat. Dia yang bertanya kepada Sanusi mewakili pengembang mengenai progres pembahasan Raperda Reklamasi.

Dia juga yang menyampaikan aspirasi pengembang mengenai raperda itu kepada Ahok.

KPK mencium hal tersebut sehingga Sunny akhirnya dicegah. Belum ada kabar, bagaimana nasib Sunny selanjutnya.

Sunny pun mengaku pasrah dengan proses hukum yang sedang terjadi termasuk pencegahan terhadapnya. Dia memilih untuk mengikuti prosesur itu.

"Saya pokoknya nurut ajalah, mumpung sekarang belum pingin ke luar negeri lagi jadi ya sudahlah, enggak terlalu berasa juga," kata Sunny.

Kompas TV Sunny Angkat Bicara soal Kasus Reklamasi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

Megapolitan
KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

Megapolitan
Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Megapolitan
Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com