Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wisnubrata
Assistant Managing Editor Kompas.com.

Wartawan, penggemar olahraga, penyuka seni dan kebudayaan, pecinta keluarga

Janji Politik, Janji yang Tak Perlu Dipercayai

Kompas.com - 12/04/2016, 08:11 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

Hanya berkekuatan moral

Berkali-kali warga di kompleks perumahan saya didatangi calon pemimpin, mulai tingkat kepala desa, calon walikota, hingga calon anggota DPRD. Ada yang berjanji mengaspal jalan, menata taman, membangun posyandu, hingga mendirikan musala.

Namun saat terpilih, semua janji itu melayang. Pemberi janjinya lupa, bahkan untuk sekadar berkunjung menyapa.

Hal seperti itu kerap terjadi. Kesal karena berulang kali diingkari, warga pun sepakat untuk menagih janji di depan. Jadi saat ada calon pemimpin berkampanye minta dipilih, warga meminta agar janji dipenuhi dahulu sebelum pemilihan dilaksanakan.

Taktik itu rupanya cukup berhasil, walau tak sepenuhnya sukses. Ada seorang calon yang kemudian memberi bantuan untuk membangun posyandu.

Tentu ia tidak membangun semuanya, hanya memberi bantuan saja. Ada juga yang memberi perlengkapan untuk kegiatan remaja di kompleks sebelah. Yang lain menyumbang karpet untuk musala.

Lucunya, saat ternyata tidak menang dalam pemilihan, ada penyumbang yang menarik bantuan yang sudah diberikan tadi. Barang-barang itu diangkut oleh orang-orang suruhan. Alasannya, jagonya kalah karena warga mengingkari janji dengan tidak memilihnya.

Bagaimanapun, walau sudah “bayar di muka”, janji politik terbukti adalah sesuatu yang sulit ditagih. Soal ini, bakal calon gubernur DKI Jakarta, Yusril Ihza Mahendra, mengatakan janji politik hanya memiliki kekuatan moral.

"Janji politik hanya berkekuatan moral dan tidak punya kekuatan hukum. Jadi, kalau digugat ke pengadilan pun akan susah dikabulkan pengadilan," kata Yusril di Kafe Phoenam, Jakarta Pusat, Senin (11/4/2016).

Pertanyaannya kemudian, mengapa politisi ingkar janji? Ada beberapa alasan. Salah satunya adalah karena terjadi perubahan antara saat ia mengucapkan janji dengan saat ia harus merealisasikannya.

Misalnya, dalam janji kampanye seorang calon presiden mengatakan tidak akan mengimpor beras kalau ia berkuasa. Semua kebutuhan beras akan diusahakan dari petani dalam negeri.

Namun setelah terpilih, ternyata produksi beras dalam negeri tak mencukupi. Terpaksalah ia mengimpor beras, melanggar janjinya.

Alasan kedua, barangkali pemimpin itu sudah berusaha menepati janjinya. Namun tidak berhasil karena banyak faktor luar yang terjadi.

Misalnya seorang calon pemimpin berjanji mengurangi angka kemiskinan. Ternyata saat berkuasa, terjadi krisis ekonomi, sehingga sulit mewujudkan janji itu.

Alasan lain, dan sayangnya ini yang banyak terjadi, seorang calon pemimpin memberi janji semata-mata hanya agar dia terpilih. Tujuannya hanya meraih simpati agar orang memilihnya.

Seringkali janji-janji itu tidak masuk akal. Misalnya menyelesaikan masalah kemacetan Jakarta dalam waktu seminggu, seperti yang diungkapkan seorang bakal calon gubernur beberapa waktu lalu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

MRT Lanjut sampai Tangsel, Wali Kota Benyamin: Diharapkan Segera Teralisasi

MRT Lanjut sampai Tangsel, Wali Kota Benyamin: Diharapkan Segera Teralisasi

Megapolitan
Teka-teki Perempuan Ditemukan Tewas di Pulau Pari: Berwajah Hancur, Diduga Dibunuh

Teka-teki Perempuan Ditemukan Tewas di Pulau Pari: Berwajah Hancur, Diduga Dibunuh

Megapolitan
Tragedi Kebakaran Maut di Mampang dan Kisah Pilu Keluarga Korban Tewas...

Tragedi Kebakaran Maut di Mampang dan Kisah Pilu Keluarga Korban Tewas...

Megapolitan
Nasib Jesika Jadi Korban Kebakaran Toko di Mampang, Baru 2 Hari Injakkan Kaki di Jakarta

Nasib Jesika Jadi Korban Kebakaran Toko di Mampang, Baru 2 Hari Injakkan Kaki di Jakarta

Megapolitan
Kejati DKI Belum Terima Berkas Perkara Firli Bahuri Terkait Dugaan Pemerasan terhadap SYL

Kejati DKI Belum Terima Berkas Perkara Firli Bahuri Terkait Dugaan Pemerasan terhadap SYL

Megapolitan
Belajar dari Kasus Sopir Fortuner Arogan, Jangan Takut dengan Mobil Berpelat Dinas...

Belajar dari Kasus Sopir Fortuner Arogan, Jangan Takut dengan Mobil Berpelat Dinas...

Megapolitan
7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang Telah Dipulangkan

7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang Telah Dipulangkan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

Megapolitan
3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang adalah ART

3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang adalah ART

Megapolitan
Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com