Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pepih Nugraha
Wartawan dan Blogger

Wartawan biasa yang hidup di dua alam media; media lama dan media baru

Inilah 6 Keanehan Jelang Pilkada DKI

Kompas.com - 12/04/2016, 13:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Banyak anomali jelang Pilkada DKI Jakarta untuk tidak menyebutnya sebagai keanehan. Bukan klenik, perdukunan, atau mistis.

Keanehan di sini tidak lain anomali itu tadi, baik anomali para pelakon yang menunjukkan minat kuat menjadi Gubernur DKI Jakarta, atau anomali atas peristiwa Pilkada itu sendiri

Sudah menjadi pengetahuan umum, pemilihan kepala daerah yang biasa disebut Pilkada, merupakan ajang demokrasi tingkat daerah untuk memilih gubernur atau bupati/walikota. Sama seperti Pilpres, Pilkada berlangsung lima tahunan.

Pilkada DKI Jakarta yang menempatkan pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama sebagai gubernur dan wakilnya terjadi tahun 2012 lalu. Tahun 2017 nanti, Pilkada DKI Jakarta kembali digelar.

Joko Widodo atau Jokowi tidak merampungkan masa bakti lima tahunnya sebagai gubernur karena keburu diminta PDIP menjadi calon presiden pada Pilpres 2014. Jokowi kemudian terpilih sebagai Presiden RI mengalahkan pasangan kuat Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa dalam sebuah Pilpres yang mengharu-biru, meninggalkan luka mendalam bagi sebagian yang kecewa.

Naiknya mantan walikota Solo menjadi Presiden RI, di mana sebagian orang menyebut jabatan gubernurnya sekadar “batu loncatan”, membuat Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok otomatis menjadi Gubernur DKI. Belakangan Ahok memilih Djarot Saiful Hidayat dari PDIP sebagai wakilnya. Lalu di mana gerangan keanehannya?

Keanehan pertama tentu saja terkait perilaku gubernur petahana, Basuki alias Ahok, yang seperti tanpa pikir panjang mau mengikuti keinginan Teman Ahok untuk maju sebagai calon perseorangan di saat beberapa partai politik justru menunjukkan minat untuk mengusungnya, bahkan tanpa syarat. Partai besar PDIP juga menunjukkan minatnya meski tidak secara terang-terangan.

Anggukan Ahok kepada Teman Ahok ini serta-merta membuat polarisasi dan pemisahan tegas, mendikotomikan peran partai politik dengan relawan yang belum tercantum dalam kamus politik. Sebagai relawan, Teman Ahok berupaya mengumpulkan syarat minimal 525.000 fotokopi KTP dukungan.

Bisa dibaca kemudian, bersedianya Ahok mengikuti kemauan relawan menjadi pertaruhan bagi nama besar partai politik yang terbebani harus memenangkan Pilkada. Bayangkan, mesin partai akan berhadapan dengan relawan di Pilkada DKI nanti yang kemudian menempatkan Ahok di pusaran anomali itu. Adalah aib besar jika partai politik sebagai mesin utama kekuasaan dikalahkan oleh relawan!

Keanehan kedua, tidak lain nekatnya Ahok meninggalkan partai politik yang bersedia mendukungnya. Ahok justru maju dari jalur perseorangan. Di sisi lain, ada bakal calon lainnya yang merupakan ketua umum partai politik malah meninggalkan jalur perseorangan untuk melamar ke partai-partai lain sebagai bakal calon gubernur dan... belum tentu diterima.

Halaman:


Terkini Lainnya

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com