Keanehan keenam, sedemikian riuh-rendahnya para bakal calon pada mulanya di saat Ahok menyatakan niatnya untuk bertarung kembali, namun belakangan sunyi suara dan rontok satu persatu jauh sebelum Pilkada dimulai. Rontok karena berbagai alasan.
Musisi dan seorang mantan menteri tidak terdengar lagi ketika belum ada satu partai pun yang menunjukkan minat mengusungnya. Satu calon lainnya yang juga punya relawan patah hati karena partai induknya malah mendukung calon lain dari partai lain. Tragis.
Bakal calon lainnya, seorang pengusaha muda, masih harus menunggu konvensi partainya untuk menentukan hanya satu calon yang maju. Calon lain berjuluk “wanita emas” masih percaya diri dengan program “akan”-nya dan berharap ada partai politik sudi meminangnya. Sejauh ini partai belum bersedia meliriknya, setidak-tidaknya memberi lampu hijau.
Seorang sejarawan dan pakar perkotaan sudah tidak terdengar suaranya lagi. Bakal calon lainnya dari Tanah Abang memilih membersihkan masjid untuk meraih simpatik. Sedang dua walikota tetangga sudah sedari awal menyatakan mundur, demikian juga seorang gubernur dari Jawa bagian tengah.
Satu bakal calon lainnya yang ingin memberlakukan syariat untuk Kota Jakarta jika terpilih malah bernasib tragis, dicokok lembaga anti rasuah dalam sebuah operasi tangkap tangan yang tidak bisa dielakkan. Habislah harapan dan “cita-cita mulianya”.
Melihat konstelasi politik yang aneh (weird) jelang Pilkada DKI Jakarta di mana satu calon dikeroyok habis-habisan dari berbagai sisi oleh para calon lainnya, mungkin keanehan ketujuh harus segera dimasukkan jika Ahok yang malah terpilih nanti. Atau Anda menemukan keanehan lainnya dari sekadar enam keanehan yang saya temukan.