Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebagian Bangunan Bersejarah di Pasar Ikan Ikut Dibongkar

Kompas.com - 15/04/2016, 16:00 WIB

JAKARTA, KOMPAS — Penataan wilayah Pasar Ikan terus dilanjutkan meski sejumlah warga tetap bertahan. Meski demikian, proses pembongkaran bangunan yang sedang dilakukan saat ini disinyalir tidak diawasi ahli sejarah. Akibatnya, sejumlah bangunan bersejarah ikut dibongkar.

Pengamatan di lapangan pada hari keempat penertiban kawasan Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara, Kamis (14/4), menunjukkan, alat-alat berat terus digunakan untuk meratakan puing-puing bangunan dan mengeruk Kali Pasar Ikan. Truk-truk berisi sisa bangunan dan lumpur lalu lalang di sekitar kawasan ini.

Kamis, petugas juga membongkar 56 bangunan yang berada di tengah-tengah bangunan bersejarah Pasar Heksagon. Bangunan-bangunan yang dibangun sendiri oleh pedagang ini menempel langsung ke bagian pasar.

Bangunan utama Pasar Heksagon dan sebuah bangunan yang dulunya digunakan pedagang berjualan ikan terlihat tetap berdiri. Akan tetapi, sejumlah bagian bangunan terlihat ikut rusak saat bangunan yang menempel ke bangunan utama dibongkar.

Tak ada ahli

Menurut Asep Kambali dari Komunitas Historia, telah terjadi sejumlah kerusakan beberapa bangunan bersejarah dalam penertiban ini. Selain rusaknya beberapa bagian Pasar Heksagon yang dibangun awal 1900-an, sebagian bastion Museum Bahari juga rusak.

"Waktu saya kunjungi tidak ada sama sekali pengawasan dari ahli sejarah. Padahal, kawasan ini memiliki nilai kesejarahan tinggi. Jangan-jangan nanti rusak kalau tak ada yang paham," kata Asep.

Hal senada pernah diungkapkan Candrian Attahiyat, pemerhati kota tua yang juga bagian dari Tim Ahli Cagar Budaya DKI Jakarta. Pemerintah pun diharapkan tak menghilangkan nilai sosial dan budaya dalam penataan wilayah seluas 3,3 hektar ini.

Camat Penjaringan Abdul Khalit menyampaikan, pihaknya mengakui tidak ada ahli sejarah yang mendampingi penertiban di kawasan bersejarah ini. Akan tetapi, pihaknya mewanti-wanti agar pekerja tidak merusak bangunan yang ada.

Selain itu, setiap hari ada 20 truk yang mengangkut sampah dan puing-puing yang tidak lagi digunakan. Saat ini pekerjaan fokus pada pembersihan dan perataan tanah untuk dikelola lagi nantinya.

Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Isnawa Aji, kemarin, mengatakan, berat total sampah puing yang telah diangkut diperkirakan mencapai 486 ton. "Dari hari Senin sampai sekarang sudah terangkut sampah sebanyak 78 truk besar dan kecil," ungkapnya.

Untuk mengangkut puing sebanyak itu, ia mengerahkan 150 personel, termasuk 100 sopir truk sampah. Isnawa memperkirakan pengangkutan sampah butuh waktu dua pekan lagi.

Bertahan di kapal

Terkait masih adanya warga yang bertahan dengan tinggal di perahu-perahu di kawasan Pasar Ikan, Khalit menuturkan, pihak terkait telah melakukan pendekatan agar warga yang sudah memenuhi syarat mau pindah ke rumah susun sederhana sewa (rusunawa). Apalagi, kata dia, lokasi Rusunawa Marunda juga tetap dekat dengan laut.

"Pendataan kami ada enam kapal dan delapan sampan yang dihuni warga. Warga ini punya kelengkapan syarat-syarat untuk menetap di rusunawa. Sementara ada 26 kapal lainnya yang dimiliki oleh nelayan andon (pendatang). Kami usahakan mereka semua pindah karena sebentar lagi tempatnya akan ditata," kata Khalit.

Puluhan warga memang masih bertahan di kapal-kapal mereka sebagai bentuk protes atas penertiban saat ini. Tiga malam terakhir mereka tidur bersama anak dan cucu mereka di perahu.

Sumirah (56), salah satu warga yang bertahan, menyampaikan, dia lebih memilih pulang kampung ke Pekalongan, Jawa Tengah, daripada pindah ke rusunawa. Untuk itu, dia berharap pemerintah memberikan kompensasi sebagai biaya perpindahan sekaligus mengganti bangunannya yang telah dibongkar.

(JAL/WIN)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 15 April 2016, di halaman 27 dengan judul "Tak Diawasi Ahli, Sebagian Bangunan Bersejarah Ikut Rusak".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com