Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerap Kritik Kebijakan Ahok, Djarot Diminta Mundur

Kompas.com - 16/04/2016, 12:07 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat belakangan kerap menunjukkan sikap yang berseberangan dengan Gubernurnya, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.

Serangan halus ini mulai terdengar sejak Ahok memutuskan maju Pilkada 2017 lewat jalur independen.

PDI-P yang pada awalnya berminat mengusung Ahok pun kini memasukkan nama Djarot ke bursa calon penantang Ahok.

Peneliti senior LIPI Syamsudin Haris menilai, sikap Djarot yang sering mengkritik Ahok di muka publik ini tidak etis.

"Wagub tidak etis mengkritik kepala daerahnya," kata Syamsudin kepada Kompas.com, Sabtu (16/4/2016).

Syamsudin berpendapat, gubernur dan wakilnya adalah pimpinan sepaket. Oleh karenanya, wagub mesti setuju dan mendukung kebijakan gubernurnya.

Jika Djarot memang berseberangan dengan Ahok, maka mundur dari kursi wagub adalah hal yang tepat.

"Kalau dia memiliki sikap berbeda, lawan pilkada atau bukan, harus mundur, nggak bisa terus," ujar Syamsudin.

Sikap berseberangan ini bukan tak mungkin merupakan strategi Djarot untuk mendulang popularitas sebagai modal pertarungan pilkada jika kelak ia diusung.

Namun Syamsudin menilai jika popularitas yang dicari, mundur justru kuncinya.

"Dengan mundur malah dapat popularitas. Lebih jantan ketimbang kritik terus," kata Syamsudin.

Perbedaan sikap Djarot

Dalam polemik reklamasi pantai utara Jakarta, Djarot berpendapat reklamasi bisa merusak lingkungan dan ekosistem. Hal ini tentu berbeda dengan pendapat Ahok yang menyebut reklamasi diperlukan.

"Coba kamu amatin pengaruhnya pada manggrove. Tanya saja pada ahli lingkungan hidup. Ada enggak dampaknya pada hutan manggrove," kata Djarot seusai meninjau proyek reklamasi Pulau D, di Teluk Jakarta, Selasa lalu.

Tidak hanya reklamasi, Djarot juga mengatakan akan mengkaji ulang pengaduan masyarakat melalui Qlue.

"Tidak semuanya (ketua RT) harus menguasai Qlue, tidak perlu. (Aturan) ini akan kami kaji ulang, memang memberatkan," kata Djarot, Jumat (15/4/2016).

Padahal Ahok menekankan pentingnya manajer wilayah mulai dari ketua RT hingga camat, pentingnya pemanfaatan Qlue.

Kritik Djarot juga merambat ke dampak negatif dari peningkatan petugas kebersihan. Ia mengingatkan dengan banyaknya petugas PPSU, budaya gotong-royong akan ditinggalkan.

"Budaya kerja bakti jangan sampai hilang. Hati-hati, PPSU tuh bisa mematikan gotong-royong lho," kata Djarot di sebuah rumah makan di kawasan Kramat, Jakarta Pusat, Jumat (15/4/2016).

Kompas TV Risma Bertemu Djarot, sekaligus Soal Pilkada?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Berniat Melanjutkan Studi ke Filipina, Ratusan Calon Mahasiswa S3 Malah Kena Tipu Puluhan Juta Rupiah

Berniat Melanjutkan Studi ke Filipina, Ratusan Calon Mahasiswa S3 Malah Kena Tipu Puluhan Juta Rupiah

Megapolitan
MRT Lanjut sampai Tangsel, Wali Kota Benyamin: Diharapkan Segera Terealisasi

MRT Lanjut sampai Tangsel, Wali Kota Benyamin: Diharapkan Segera Terealisasi

Megapolitan
Teka-teki Perempuan Ditemukan Tewas di Pulau Pari: Berwajah Hancur, Diduga Dibunuh

Teka-teki Perempuan Ditemukan Tewas di Pulau Pari: Berwajah Hancur, Diduga Dibunuh

Megapolitan
Tragedi Kebakaran Maut di Mampang dan Kisah Pilu Keluarga Korban Tewas...

Tragedi Kebakaran Maut di Mampang dan Kisah Pilu Keluarga Korban Tewas...

Megapolitan
Nasib Jesika Jadi Korban Kebakaran Toko di Mampang, Baru 2 Hari Injakkan Kaki di Jakarta

Nasib Jesika Jadi Korban Kebakaran Toko di Mampang, Baru 2 Hari Injakkan Kaki di Jakarta

Megapolitan
Kejati DKI Belum Terima Berkas Perkara Firli Bahuri Terkait Dugaan Pemerasan terhadap SYL

Kejati DKI Belum Terima Berkas Perkara Firli Bahuri Terkait Dugaan Pemerasan terhadap SYL

Megapolitan
Belajar dari Kasus Sopir Fortuner Arogan, Jangan Takut dengan Mobil Berpelat Dinas...

Belajar dari Kasus Sopir Fortuner Arogan, Jangan Takut dengan Mobil Berpelat Dinas...

Megapolitan
7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang Telah Dipulangkan

7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang Telah Dipulangkan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

Megapolitan
3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang adalah ART

3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang adalah ART

Megapolitan
Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com