Diminta Mundur
Tak diketahui pasti mulai kapan Djarot melontarkan kritikan-kritikannya itu. Namun, banyak yang menilai kritik dari Djarot itu muncul setelah Ahok memilih maju pada pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2017 DKI Jakarta melalui jalur independen dengan menggandeng Heru Budi Hartono yang kini menjabat sebagai Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD).
Pengamat politik LIPI Syamsudin Haris menilai, sikap Djarot yang sering mengkritik Ahok di muka publik ini sangat tidak etis.
"Wagub tidak etis mengkritik kepala daerahnya," kata Syamsudin kepada Kompas.com, Sabtu (16/4/2016).
Syamsudin berpendapat, gubernur dan wakilnya adalah pimpinan satu paket. Oleh karenanya, wagub mesti setuju dan mendukung kebijakan gubernurnya. Jika Djarot memang berseberangan dengan Ahok, maka mundur dari kursi wagub adalah hal yang tepat.
"Kalau dia memiliki sikap berbeda, lawan pilkada atau bukan, harus mundur, nggak bisa terus," ujar Syamsudin.
Syamsudin menduga Djarot sengaja menunjukkan sikap berseberangan dengan Ahok untuk mendulang popularitas sebagai modal jika dirinya diusung menjadi calon gubernur dalam Pilkada DKI Jakarta 2017. Namun menurut Syamsudin, popularitas Djarot akan melonjak jika dirinya berani mengundurkan diri karena alasan tidak sejalan dengan Ahok.
"Dengan mundur malah dapat popularitas. Lebih jantan ketimbang kritik terus," kata Syamsudin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.