Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kebijakan Pak Ahok Ini Aneh, Suka Menganaktirikan Pengendara Roda Dua"

Kompas.com - 18/04/2016, 11:16 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Rencana Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta memperluas pelarangan sepeda motor dari Thamrin sampai dengan Senayan menuai protes, terutama dari para pengendara kendaraan bermotor roda dua.

Salah seorang pegawai swasta di kawasan Jalan Sudirman, Jakarta Selatan, Rizky Ginanjar (29), mengaku keberatan atas rencana tersebut.

Sehari-harinya, Rizky biasa menggunakan jasa ojek berbasis online dari kosnya di kawasan Kebon Baru, Tebet, ke Jalan Sudirman. Dengan menggunakan motor, ia tidak terkena macet dan cepat mencapai tujuan.

"Kebijakan Pak Ahok (Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama) ini aneh, suka menganaktirikan pengendara roda dua. Harusnya yang dilarang itu yang bawa mobil, isinya cuma satu orang, three in one malah dihapus," kata Rizky kepada Kompas.com, Senin (18/4/2016).

Rizky mengatakan, motor tidak menyebabkan Jakarta menjadi macet, tetapi hanya menimbulkan kesemrawutan. Selain itu, Pemprov DKI Jakarta belum memberikan jaminan kenyamanan transportasi umum.

Saat ini, mobil-mobil juga kerap melintas di jalur transjakarta sehingga jalur eksklusif itu tidak steril kembali.

"Sekarang kalau naik bus harus menunggu lama, suka enggak dapat tempat duduk, dan kena macet juga. Ada bus gratis, tetapi masya Allah datangnya setahun sekali," kata Rizky.

Pandangan serupa juga diungkapkan Fahmi, salah seorang pegawai di lingkungan Pemprov DKI Jakarta. Sehari-harinya, Fahmi menggunakan motor dari Pulogadung, Jakarta Timur, ke Balai Kota.

Fahmi mengaku lebih nyaman menggunakan kendaraan pribadi dibanding transportasi umum.

"Pemotor jangan disingkirkan, apalagi banyak juga gedung yang sudah diskriminatif sama motor, kita bolehnya parkir di luar. Memang ke mana-mana enak pakai motor sendiri, walaupun capek, tetapi bebas," kata Fahmi.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh pengendara ojek berbasis online, Achmad Maulana. Achmad mengaku kecewa dengan rencana penerapan kebijakan itu. Hanya saja, ia tidak bisa berbuat apa-apa perihal itu.

"Kita juga sudah demo berkali-kali, enggak ditanggapi juga kan sama pemerintah. Ya mau gimana lagi," kata Achmad. (Baca: Sepeda Motor Akan Dilarang Melintas dari Jalan MH Thamrin hingga Senayan)

Ia pun memprediksi kebijakan itu akan menghabiskan tenaga dan waktunya. Tak hanya itu, kebijakan tersebut juga akan menghabiskan bensin yang dia pakai. Namun, tarif yang diterapkan tetap tidak naik.

"Kalau misalnya saya dari Sudirman mau ke Gedung Balai Kota, ya tarif yang dihitung tetap rute pelarangan motor itu, bukan di jalur tikus," kata pria yang sudah bekerja selama dua tahun sebagai tukang ojek online tersebut.

Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta Andri Yansyah sebelumnya mengatakan, rencana ini akan diberlakukan setelah pengadaan 600 bus dapat terealisasi. Penumpang hanya perlu membayar Rp 3.500 untuk berkeliling di Jabodetabek.

Dia juga meminta Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (MRLL) Dishubtrans DKI Jakarta terus melakukan sosialisasi terkait masalah rekayasa lalu lintas terhadap pengguna jalan jalur three in one sebelum dan sesudah masuk kawasan three in one.

Kompas TV Uji Coba â??3 in 1â?? Diperpanjang 4 Minggu ke Depan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

7 Korban yang Terjebak Kebakaran di Toko Bingkai Mampang Ditemukan Meninggal Dunia

7 Korban yang Terjebak Kebakaran di Toko Bingkai Mampang Ditemukan Meninggal Dunia

Megapolitan
Kenangan Masa Kejayaan Manusia Sampan di Pelabuhan Sunda Kelapa, Dulu Bisa Bangun Rumah, Kini Makan Pun Susah

Kenangan Masa Kejayaan Manusia Sampan di Pelabuhan Sunda Kelapa, Dulu Bisa Bangun Rumah, Kini Makan Pun Susah

Megapolitan
Kondisi Terkini Kebakaran Saudara Frame Mampang, Api Belum Dinyatakan Padam Setelah 11 Jam

Kondisi Terkini Kebakaran Saudara Frame Mampang, Api Belum Dinyatakan Padam Setelah 11 Jam

Megapolitan
Anak-anak Belanjakan THR ke Toko Mainan, Pedagang Pasar Gembrong Raup Jutaan Rupiah

Anak-anak Belanjakan THR ke Toko Mainan, Pedagang Pasar Gembrong Raup Jutaan Rupiah

Megapolitan
Petantang-petenteng Sopir Fortuner yang Ngaku Anggota TNI: Bermula Pakai Pelat Dinas Palsu, Kini Terancam Bui

Petantang-petenteng Sopir Fortuner yang Ngaku Anggota TNI: Bermula Pakai Pelat Dinas Palsu, Kini Terancam Bui

Megapolitan
Polisi Usut Laporan terhadap Pendeta Gilbert Lumoindong atas Dugaan Penistaan Agama

Polisi Usut Laporan terhadap Pendeta Gilbert Lumoindong atas Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Asap Masih Mengepul, Damkar Belum Bisa Pastikan Kapan Pemadaman Toko Bingkai di Mampang Selesai

Asap Masih Mengepul, Damkar Belum Bisa Pastikan Kapan Pemadaman Toko Bingkai di Mampang Selesai

Megapolitan
Momen Lebaran, Pelanggan Borong Mainan sampai Rp 1 Juta di Pasar Gembrong Jatinegara

Momen Lebaran, Pelanggan Borong Mainan sampai Rp 1 Juta di Pasar Gembrong Jatinegara

Megapolitan
Tengah Malam, Api di Toko Bingkai Mampang Kembali Menyala

Tengah Malam, Api di Toko Bingkai Mampang Kembali Menyala

Megapolitan
Polisi Bakal Periksa Pelapor dan Saksi Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa Doktoral ke Filipina

Polisi Bakal Periksa Pelapor dan Saksi Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa Doktoral ke Filipina

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 19 April 2024 dan Besok: Siang ini Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 19 April 2024 dan Besok: Siang ini Hujan Sedang

Megapolitan
Terdengar Ledakan Keras Sebelum Toko Bingkai di Mampang Terbakar

Terdengar Ledakan Keras Sebelum Toko Bingkai di Mampang Terbakar

Megapolitan
Cara ke Aviary Park Bintaro Naik Transportasi Umum

Cara ke Aviary Park Bintaro Naik Transportasi Umum

Megapolitan
Ratusan Orang Tertipu Program Beasiswa Doktoral di Filipina, Uang Para Korban Dipakai Pelaku untuk 'Trading'

Ratusan Orang Tertipu Program Beasiswa Doktoral di Filipina, Uang Para Korban Dipakai Pelaku untuk "Trading"

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Akhir Arogansi Sopir Fortuner yang Mengaku Anggota TNI | Masyarakat Diimbau Tak Sebar Video Meli Joker

[POPULER JABODETABEK] Akhir Arogansi Sopir Fortuner yang Mengaku Anggota TNI | Masyarakat Diimbau Tak Sebar Video Meli Joker

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com