Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kementerian Perhubungan Janji Benahi Angkutan Umum di Jabodetabek

Kompas.com - 04/05/2016, 16:46 WIB

"Orang sulit berpindah ke kendaraan umum karena sudah telanjur punya sepeda motor dan mobil. Jadi, harus ada sesuatu yang kuat yang mendorong dia untuk tertarik menggunakan angkutan umum," katanya.

Dari studi DTKJ, setidaknya ada tiga kesimpulan. Pertama, sebagian komuter pengguna mobil pribadi yang tidak mungkin pindah menjadi pengguna angkutan umum karena sudah nyaman serta tidak masalah dengan kemacetan dan biaya tinggi yang mesti ditanggung.

Kedua, komuter pengguna angkutan umum karena tidak bisa memakai atau tidak punya kendaraan pribadi. Ketiga, ada kelompok komuter yang saat ini memakai kendaraan pribadi, tetapi jika ada alternatif lain yang dinilainya lebih baik, ia akan beralih menggunakan angkutan umum.

Bagi kelompok terakhir ini, kata Ellen, angkutan umum yang dilirik adalah yang punya jadwal keberangkatan dan kedatangan yang jelas, lebih cepat, murah, dan mudah diakses. Hal ini yang belum ada, baik di Jakarta maupun di kota-kota mitra.

Di sisi lain, belum ada aturan yang bisa memaksa komuter secara sukarela pindah menjadi pengguna angkutan umum.

"Aturan yang dimaksud adalah pengendalian lalu lintas, seperti penerapankawasan jalan berbayar (ERP), larangan penggunaan kendaraan pribadi seperti sepeda motor di ruas-ruas tertentu, dan penerapan tarif parkir sesuai zonasi," katanya.

Target 2030

DTKJ menilai, dengan kondisi tata angkutan publik saat ini, target 60 persen perjalanan dengan angkutan umum pada 2030 tidak mungkin terealisasi. Target ini tercantum dalam Rencana Tata Ruang Wilayah DKI 2030.

Pada 15 tahun lalu, Jakarta sudah menghadapi masalah transportasi dan lalu lintas yang mirip dengan saat ini. "Berbagai teori dan kebijakan dikeluarkan, tetapi tidak konsisten dan tidak berkelanjutan. Yang terjadi seperti saat ini, masalah yang sama terus dihadapi dan terus dicari solusinya. Namun, belum terlihat penataan yang jelas secara menyeluruh yang menjamin masalah serupa tidak berulang lagi 15 tahun ke depan," katanya.

Agar setiap program pembenahan dan pembangunan angkutan umum tidak menjadi program sepotong-sepotong, DTKJ mendorong Pemprov DKI Jakarta membuat perencanaan untuk 20-30 tahun ke depan, bahkan hingga 50 tahun ke depan.

"Apakah transjakarta lintas provinsi sekarang sudah berdasarkan perencanaan matang? Ada atau tidak dokumen perencanaannya? Dokumen ini seharusnya bisa diakses publik. Jadi, siapa pun bisa melihat akan seperti apa penataan transportasi di Jakarta. Penataan ini disesuaikan dengan rencana tata ruang DKI," tambah Ellen.

Dalam hal penataan, Ellen berharap DKI terbuka untuk berkomunikasi dan melaksanakan rekomendasi dari DTKJ. Komunikasi diakui Ellen selalu terjalin baik, tetapi rekomendasi seperti evaluasi, pengawasan, serta perencanaan detail dan matang kadang terlewatkan.

Dengan kondisi ini, Ellen berharap Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) menjadi penengah dan penentu penataan transportasi Jabodetabek.

"BPTJ bisa berperan dalam penataan transportasi di Jabodetabek. Berperan dalam arti lebih ke soal integrasi. Yang saat ini terjadi, Jakarta ada terobosan dan lebih untuk kepentingan kawasannya sendiri. Seperti transjakarta lintas provinsi yang diharapkan mengurangi masuknya kendaraan pribadi dari luar Jakarta. Namun, apakah kepentingan semua daerah sekitar Jakarta sudah terakomodasi dengan baik? Itu tugas BPTJ," katanya.

Hingga berita ini diturunkan, Kepala BPTJ belum bisa diwawancarai.

(NEL/WAD/ART)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 4 Mei 2016, di halaman 28 dengan judul "Angkutan Umum Dibenahi".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Megapolitan
PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

Megapolitan
PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

Megapolitan
Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan 'Pelanggannya' dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan "Pelanggannya" dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Megapolitan
KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com