Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rintihan Pasien Kanker, Berharap RS Kanker di Lahan Sumber Waras Terwujud

Kompas.com - 10/05/2016, 19:00 WIB

Pesatnya perkembangan penyakit kanker membuat rumah sakit pusat kanker nasional di Jakarta tak pernah sepi pasien. Mereka yang datang dari luar kota rela menyewa kamar kos, mengontrak, atau tinggal di rumah-rumah singgah. Opsi itu dipilih karena antrean pelayanan kesehatan yang lama.

Perempuan-perempuan berkepala plontos duduk santai di kursi sofa rumah singgah milik Cancer Information and Support Center (CISC) di Slipi, pertengahan April. Terlihat perban putih menutupi beberapa bagian tubuh mereka, seperti pipi dan telinga. Bekas jahitan operasi juga tampak di sela-sela rambut yang mulai tumbuh. Bekas luka itu menjadi saksi ketangguhan mereka melawan sel kanker yang menggerogoti tubuh.

Sore itu, mereka bersantai menonton televisi, makan, dan bercengkerama. Sejenak, mereka beristirahat seusai kelelahan mengantre, kontrol, dan periksa ke rumah sakit pada pagi hari. Setiap pagi, setelah memasak dan sarapan, satu demi satu pasien kanker itu pergi ke RS Dharmais. Di pusat kanker nasional itu, mereka mengupayakan kesehatan untuk melawan sel kanker.

Munawaroh (28) harus meninggalkan anaknya yang masih balita di Bogor. Sudah beberapa bulan ini dia menjalani kemoterapi di RS Dharmais. Ia menggunakan fasilitas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan untuk berobat. Ibu satu anak itu pun bersyukur CISC membantu memberikan tempat singgah. Karena masih kemoterapi dan terapi sinar, ia sulit untuk bolak-balik ke rumahnya di Bogor.

"Di sini, saya cukup membawa uang saku untuk biaya makan sehari-hari. Saya juga bertemu banyak teman pasien kanker sehingga tidak merasa sendirian," ungkap Munawaroh.

Di rumah singgah itu, Munawaroh tinggal bersama 13 penghuni lain. Mereka rata-rata pasien kanker payudara. Erna (46), misalnya, sudah 2,5 tahun tinggal di rumah singgah itu. Ia adalah penderita kanker payudara stadium 4B yang menjalani perawatan di RS Dharmais.

Di Poso, suami Erna bekerja sebagai pengusaha kecil-kecilan. Selain membiayai makan dan kos Erna, suaminya juga merawat dua anak yang berusia 19 tahun dan 13 tahun. Erna membenarkan, saat berobat di RS Dharmais, ia kerap mengantre berbulan-bulan untuk mendapatkan perawatan kemoterapi ataupun radiasi sinar. Karena termasuk kanker ganas stadium 4B, Erna tidak dioperasi. Ia hanya mendapatkan kemoterapi dan penyinaran rutin.

"Di sini, saya sangat terbantu karena tidak perlu membayar biaya kos yang mahal. Untuk biaya pengobatan, saya memakai BPJS," ujarnya.

Fasilitas terbatas

Berdasarkan data Yayasan Kanker Indonesia (YKI), perkembangan penyakit kanker di Indonesia sangat pesat. Kini, sekitar 10.000 kasus kanker baru di Jakarta, sejumlah 7.000 kasus di antaranya kanker stadium lanjut.

Data RS Kanker Dharmais menunjukkan, sepanjang 2005-2007 ada 2.480 kasus baru kanker payudara. Kanker serviks ada di urutan kedua, yakni 1.229 kasus. Setiap tahun, ada 18,6 perempuan dari 100.000 penduduk di Jakarta yang menderita kanker payudara.

Akibatnya, rumah sakit pusat kanker di Jakarta pun tak pernah sepi dari pasien. Ketua YKI DKI Jakarta Veronica Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, fasilitas kesehatan yang melayani pasien kanker sangat terbatas di Jakarta. Fasilitas itu tidak sebanding dengan jumlah pasien yang membutuhkannya. Pelayanan pun tak terstruktur sehingga menyulitkan pasien.

Hal itu diakui Amir (56), warga asal Banda Aceh yang sedang mencarikan kamar untuk anaknya, 18 April. Anak perempuannya divonis menderita kanker sumsum tulang belakang sejak empat bulan lalu.

Awalnya, anaknya diperiksakan di RS di Kuala Lumpur, Malaysia. Menurut dia, fasilitas di Kuala Lumpur lebih lengkap. Dokternya pun lebih jelas dan tegas saat memberikan diagnosis. Di Jakarta, mencari kamar saja ia harus mengantre berjam-jam. Itu pun belum tentu dapat kamar karena sering kali penuh.

"Kalau di Malaysia, sekali berobat bisa sampai Rp 20 juta. Di sini lebih murah karena pakai BPJS. Tapi ya itu, banyak ketidakpastian sejak di meja resepsionis," kata Amir.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sudah 3 Jam, Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Belum Juga Padam

Sudah 3 Jam, Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Belum Juga Padam

Megapolitan
5 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Berhasil Dievakuasi, Polisi: Mayoritas Menderita Luka Bakar

5 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Berhasil Dievakuasi, Polisi: Mayoritas Menderita Luka Bakar

Megapolitan
7 Orang Masih Terjebak dalam Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Prapatan

7 Orang Masih Terjebak dalam Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Prapatan

Megapolitan
Karyawan Gedung Panik dan Berhamburan Keluar Saat Toko Bingkai di Mampang Prapatan Kebakaran

Karyawan Gedung Panik dan Berhamburan Keluar Saat Toko Bingkai di Mampang Prapatan Kebakaran

Megapolitan
Harga Bahan Dapur Naik Turun, Pedagang Pasar Perumnas Klender: Alhamdulillah Masih Punya Pelanggan Setia

Harga Bahan Dapur Naik Turun, Pedagang Pasar Perumnas Klender: Alhamdulillah Masih Punya Pelanggan Setia

Megapolitan
Pengemudi Fortuner Arogan Gunakan Pelat Dinas Palsu, TNI: Melebihi Gaya Tentara dan Rugikan Institusi

Pengemudi Fortuner Arogan Gunakan Pelat Dinas Palsu, TNI: Melebihi Gaya Tentara dan Rugikan Institusi

Megapolitan
Banyak Warga Menonton Kebakaran Toko Bingkai, Lalin di Simpang Mampang Prapatan Macet

Banyak Warga Menonton Kebakaran Toko Bingkai, Lalin di Simpang Mampang Prapatan Macet

Megapolitan
Pemkot Bogor Raih 374 Penghargaan Selama 10 Tahun Kepemimpinan Bima Arya

Pemkot Bogor Raih 374 Penghargaan Selama 10 Tahun Kepemimpinan Bima Arya

Megapolitan
Kena Batunya, Pengemudi Fortuner Arogan Mengaku Keluarga TNI Kini Berbaju Oranye dan Tertunduk

Kena Batunya, Pengemudi Fortuner Arogan Mengaku Keluarga TNI Kini Berbaju Oranye dan Tertunduk

Megapolitan
Toko Pigura di Mampang Prapatan Kebakaran

Toko Pigura di Mampang Prapatan Kebakaran

Megapolitan
Puspom TNI: Purnawirawan Asep Adang Tak Kenal Pengemudi Fortuner Arogan yang Pakai Pelat Mobil Dinasnya

Puspom TNI: Purnawirawan Asep Adang Tak Kenal Pengemudi Fortuner Arogan yang Pakai Pelat Mobil Dinasnya

Megapolitan
Pemilik Khayangan Outdoor: Istri Saya Langsung Nangis Saat Tahu Toko Dibobol Maling

Pemilik Khayangan Outdoor: Istri Saya Langsung Nangis Saat Tahu Toko Dibobol Maling

Megapolitan
Puluhan Barang Pendakian Digondol Maling, Toko 'Outdoor' di Pesanggrahan Rugi Hingga Rp 10 Juta

Puluhan Barang Pendakian Digondol Maling, Toko "Outdoor" di Pesanggrahan Rugi Hingga Rp 10 Juta

Megapolitan
Ratusan Orang Jadi Korban Penipuan Program Beasiswa Doktoral di Filipina

Ratusan Orang Jadi Korban Penipuan Program Beasiswa Doktoral di Filipina

Megapolitan
Sejumlah Tokoh Bakal Berebut Tiket Pencalonan Wali Kota Bogor Lewat Gerindra

Sejumlah Tokoh Bakal Berebut Tiket Pencalonan Wali Kota Bogor Lewat Gerindra

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com