Dio Akbar Ramadhan (16) yang mengantar ibunya periksa kanker serviks pun mengalami hal serupa. Sejak 2014, ibunya menjalani kemoterapi, terapi sinar luar dan dalam di RS Dharmais. Untuk mengakses pelayanan itu, terkadang ia harus mengantre berbulan-bulan. Karena itu, meskipun rumah di Bekasi, ia dan ibu memilih kos di belakang RS Dharmais.
"Antreannya suka enggak jelas. Terkadang sebulan, dua bulan, tiga bulan, tergantung dari dokter dan BPJS-nya," kata Dio.
Penanganan segera
Esterina Sutiono dari Humas CISC mengatakan, pasien memang harus mengantre selama 2-3 bulan untuk perawatan sinar ataupun kemoterapi. Hal itu sangat merugikan pasien karena mereka membutuhkan perawatan segera, apalagi pasien stadium lanjut yang berkejaran dengan waktu.
Terkadang, pasien stadium terminal membutuhkan pelayanan paliatif. Pasien paliatif umumnya tidak mendapatkan perawatan medis untuk membunuh sel kanker. Mereka mendapatkan dukungan moral, spiritual, obat penahan nyeri, dan kenyamanan untuk meninggal dengan cara bermartabat. Para pasien paliatif ini pun terkadang memenuhi ranjang rumah sakit yang sebenarnya bisa digunakan untuk perawatan kuratif.
"Melihat kondisi seperti itu, jika DKI Jakarta punya rumah sakit kanker dan paliatif, akan sangat mendukung. Pasien kanker sangat membutuhkan tambahan perawat, tenaga medis, dan fasilitas tambahan," kata Ester.
RS khusus kanker di Jakarta diharapkan dapat memecah kepadatan pasien RS Dharmais. Pasien kanker paliatif pun bisa leluasa berobat di RS khusus itu. Kini, pasien dari luar kota dan DKI banyak berobat di RS Cipto Mangunkusumo, RSPAD Gatot Subroto, dan RS Dharmais. Dengan adanya BPJS Kesehatan, orang semakin sadar untuk memeriksakan kesehatan berkala. Akibatnya, jumlah pasien di RS membeludak.
Sayangnya, niat Pemprov DKI membangun RS khusus kanker terganjal. Badan Pemeriksa Keuangan menemukan indikasi potensi kerugian negara Rp 191,3 miliar dari pembelian tanah RS Sumber Waras. Lahan seluas 3,64 hektar itu menurut rencana akan dibangun RS khusus kanker. Kini, masalah itu sedang ditangani Komisi Pemberantasan Korupsi.
Para pasien kanker berharap kebutuhan menangani penyakit mematikan itu jangan kalah oleh manuver politik semata.
(Dian Dewi Purnamasari)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 10 Mei 2016, di halaman 27 dengan judul "Rintihan Pasien Kanker, Berharap RS Kanker di Lahan Sumber Waras Terwujud".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.