JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menjelaskan alasannya ngotot agar rel light rail transit (LRT) Jabodetabek menggunakan rel yang lebih lebar.
Alasannya ialah karena rel dengan lebar 1.435 mm merupakan rel yang umum digunakan di banyak negara.
"Jepang lebih pilih pakai yang lebar," ujar dia di Balai Kota, Rabu (11/5/2016).
Selain itu, Ahok menyebut rel dengan lebar 1.435 mm lebih baik untuk rel jalur layang.
"Menhub merasa dia mau pakai standar yang sempit. Kalau sempit kalau enggak untuk gantung kabel oke. Tetapi, kan karena di atas tidak bisa dipakai gantung kabel," ujar dia.
Perdebatan mengenai lebar rel untuk LRT Jabodetabek mencuat saat Presiden Joko Widodo menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Perkeratapian Umum di DKI Jakarta.
Dalam perpres ini dinyatakan bahwa proyek LRT Jabodetabek yang jalurnya masuk ke wilayah DKI Jakarta akan dibiayai oleh Pemprov DKI Jakarta.
Ahok diketahui menginginkan agar rel yang digunakan adalah rel dengan lebar 1.435 mm.
Jenis rel tersebut berbeda dengan jenis rel kajian dari Kementerian Perhubungan yang lebih menginginkan lebar rel 1.067 mm.
Rel dengan lebar 1.067 mm adalah rel yang saat ini digunakan di Indonesia, baik untuk layanan kereta jarak jauh maupun kereta rel listrik (KRL) commuter line.
LRT Jabodetabek direncanakan akan melayani rute sepanjang 54,5 kilometer, yang mencakup Cibubur-Cawang, Bekasi Timur-Cawang, dan Cawang-Dukuh Atas.
Proyek yang dikerjakan oleh PT Adhi Karya ditargetkan beroperasi pada 2019, mundur setahun dari rencana semula.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.