JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Edi Sucipto mengatakan, dirinya belum mengetahui perihal tindakan arogan yang dilakukan anggotanya terhadap keluarga korban kebakaran Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Mintohardjo, beberapa waktu lalu.
"Saya cek dulu, saya belum tahu persis kapan itu terjadi. Sejauh ini saya tidak dengar. Kalau ada, nanti coba saya cross check betul atau tidak," ujar Edi ketika dihubungi Kompas.com, Rabu (11/5/2016).
Edi menuturkan, barang-barang milik korban sempat disimpan untuk keperluan penyelidikan. Barang-barang tersebut, ia pastikan, telah diserahkan kepada keluarga korban.
"Ya mungkin karena untuk kepentingan penyidikan. Seperti biasa, setelah kejadian, police line itu harus terpasang, tidak boleh ada yang ambil, kecuali penyidik. Itu kan hal yang biasa," ucapnya.
Edi juga tidak ingin terlalu jauh menanggapi pernyataan keluarga korban yang menyebut adanya malapraktik dalam peristiwa kebakaran di ruang chamber RSAL Mintohardjo tersebut. Ia berharap, semua pihak menunggu hasil penyelidikan mengenai penyebab terjadinya kebakaran.
"Itu pendapat orang, ya silakan saja. Akan tetapi, berikan kesempatan kepada penyidik untuk mendalami semua itu. Orang berpendapat apa, silakan saja. Namun, serahkan saja ke ahlinya," ujarnya.
Sebelumnya, istri salah satu korban ledakan ruang tabung atau chamber RSAL Mintohardjo, Susilowati Muchtar, merasa diperlakukan tidak adil oleh pihak rumah sakit tersebut.
Susilowati mengaku tidak mendapat perlakuan baik, terutama saat ia dan anak bungsunya, Iqbal, ke rumah sakit tersebut untuk melihat jenazah ketiga anggota keluarganya.
"Malam hari, saya ke sana. Sampai sana, orang-orang (petugas) RSAL Mintohardjo sangat arogan. Anak saya ditendang, dan saya diusir (saat) mau lihat jenazah anak-suami saya," kata Susilowati dengan mata berkaca-kaca, di Gedung Komnas HAM, Jakarta Pusat, Senin (9/5/2016).
Kebakaran di ruang chamber RSAL Mintohardjo pada Senin (14/3/2016) lalu menyebabkan empat orang meninggal dunia. Empat korban meninggal dunia dalam peristiwa itu adalah adalah Sulistiyo, Abubakar Nataprawira, Edy Suwardy, dan dr Dimas Qadar Radityo.
Penyebab ledakan sampai kini masih dalam penyelidikan petugas dari Polri dan TNI AL.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.