JAKARTA, KOMPAS.com — Ada pemandangan lain di sungai Jakarta kini. Wajah sungai Jakarta perlahan berubah, dari tumpukan sampah menjadi lebih bersih.
Air mengalir lebih deras. Sampah yang lewat pun tak begitu banyak. Tetap saja, sampah itu mengalir dan tersangkut di jaring petugas kebersihan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Aktivitas itu berulang setiap harinya hingga sampah di sungai-sungai Jakarta mulai berkurang.
Kerja dari "Pasukan Oranye" Dinas Kebersihan DKI Jakarta ini tentu tak luput dari perhatian. Keberadaannya dianggap menimbulkan sisi positif, terutama soal kebersihan.
Di sisi lain, keterlibatan masyarakat juga tak kalah penting dalam penataan sungai. Sebab, keberadaan "Pasukan Oranye" dianggap berpotensi menimbulkan ketergantungan masyarakat perihal kebersihan lingkungannya.
"Masyarakat merasa tidak punya kepedulian dan tanggung jawab. Nanti bilang begini, 'Enggak apa-apa ada penyapunya kok, 'Pasukan Oranye'," kata pengamat tata kota, Yayat Supriatna, saat dihubungi Kompas.com di Jakarta, Rabu (18/5/2016).
Membangun kultur kepedulian masyarakat bukan perihal mudah. Perlu cara-cara unik, bukan hanya sekadar imbauan semata.
Lomba-lomba untuk membersihkan kampung, kampung hijau, dan sungai bersih perlu digalakkan. Adanya cara itu dapat mendorong kultur kepedulian dan karakter bangga dengan tempat tinggalnya sendiri di Jakarta.
Potensi sungai bersih
Sungai yang bersih tentu memiliki potensi besar. Ruang sosial akan terbangun seiring dengan kembalinya kondisi sungai menjadi bersih, apalagi di bantaran sungai dibangun taman untuk orang berinteraksi satu sama lain.
Potensi lainnya juga mengurangnya risiko banjir dan genangan. Untuk itu, menurut Yayat, perlu dibangun budaya peduli air bagi warga DKI Jakarta.
"Peduli air itu bisa beragam, misal gerakan menabung air, gerakan tidak mencemari air, tidak membuang limbah sembarangan, tidak menjadikan sungai halaman rumah," kata Yayat.
Sejalan dengan munculnya budaya peduli air dan sungai bersih, juga dilihat perubahan budaya setelah proses tersebut.
"Kita lihat ada enggak perubahan masyarakat ketika kali bersih. Kalau tidak ada, tidak ada perilaku baru," kata Yayat.