"Pas oksigennya dilepas, masih ada napas. Pas nyampai ambulans, enggak ada napasnya, sampai digoyang-goyangin (badannya), 'Dek, Dek (dipanggil).' Meninggalnya pas mau dirujuk ke rumah sakit," ujar Ajeng, seraya menahan tangis.
Agung mengaku kecewa dengan seorang dokter yang menangani Razqa di puskesmas tersebut. Ia bertanya-tanya mengapa dokter itu tak mendengarkan permintaan keluarga untuk mengecek darah anaknya.
"Kami cuma mau tahu, panasnya itu kan kenapa. Apa ada virus, atau karena sakit apa karena seharusnya kalau sudah dua hari panasnya mesti cek darah," ujar Agung.
Namun, hal itu tidak dilakukan oleh oknum dokter tersebut. Selain itu, ia juga mempertanyakan cara dokter yang memeriksa sang bayi di meja kerja, bukan di tempat tidur. Sampai hari ini, puskesmas atau dokter yang menangani Razqa belum menjelaskan penyebab kematian Razqa.
"Saya kecewa terhadap penanganan pasien. Enggak ada penjelasan kenapa meninggal. Kami pengennya tahu, siapa tahu ada sakit apa. Ini kelalaianlah dalam tugas, dalam mengatasi pasien," ujarnya.
Kini, anak kedua mereka telah dimakamkan di TPU Kalisari, Pasar Rebo, Jakarta Timur. (Baca: Jangan Hindari Imunisasi Hanya karena Takut Anak Demam)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.