Di tengah ibadah, Pak Pendeta mengundang rombongan kecil para sahabatnya yaitu para santri dari sebuah pesantren untuk masuk gereja mendendangkan lagu.
Biasanya di tengah ibadah ada saat di mana jemaat berkesempatan tampil menyanyi sebagai bentuk pujian kepada Tuhan pemilik kehidupan.
Pendeta itu menjelaskan, tema ibadah hari itu adalah tentang persaudaraan dan persatuan dalam keberagaman. Gereja ingin menghadirkan tema itu dalam ibadah perayaan Pentakosta.
“Keberagaman itu indah. Kesombongan dengan mengatakan akulah yang paling benar akan melahirkan penindasan terhadap kelompok-kelompok lain yang dianggap tidak benar. Kesombongan seperti itu menghancurkan, sementara kerendahan hati menyatukan,” kata dia.
Maka, masuklah enam orang santri ke dalam gereja.
Di sisi kanan altar, Aisyah yang mengenakan kerudung hitam berdiri menggesek biola. Di sudut kiri, ada Hasby, pendamping para santri, duduk memetik gitar. Tubuhnya dibalut jas berwarna coklat muda. Sebuah syal abu-abu melilit lehernya . Di dekat Hasby, seorang santri lelaki berkemeja kotak-kotak hitam menabuh Cajon (alat musik pukul).
Sementara di tengah, tiga orang santri perempuan menjadi para penyanyinya. Mereka menyanyikan dua lagu rohani Kristen yang populer di kalangan umat nasrani: "Shalom Aleichem" dan "Betapa Hatiku".
Jemaat gereja sontak bertepuk tangan penuh gemuruh. Baru kali ini mereka melihat anak-anak pesantren tampil menyanyi di dalam gereja mereka.
Menurut Hasby, kedua lagu itu memiliki makna universal. Pesan dalam lagu itu melewati sekat-sekat perbedaan yang kerap dibangun oleh manusia sendiri.
“Shalom Aleichem” adalah bahasa Ibrani yang artinya damai kiranya menyertaimu. Lagu pertama adalah semacam doa yang diunjukkan para santri agar berkah kedamaian selalu menaungi jemaah gereja. Sementara, lagu kedua adalah ungkapan persembahan para santri kepada Tuhan.
Lagu terakhir memiliki makna khusus bagi pesantren Hasby. Kaum nasrani, baik Kristen maupun Katolik, umumnya mengenal baik lagu ini. Di Youtube ada banyak videonya. Hasby menyebut, lagu itu memang biasa dinyanyikan di pesantrennya.
Begini liriknya.
Betapa hatiku
Berterima kasih Tuhan
Kau mengasihiku
Kau memilikiku
Hanya ini Tuhan persembahanku
Segenap hidupku jiwa dan ragaku
S’bab tak kumiliki harta kekayaan
Yang cukup berarti
Tuk ku persembahkan
Hanya ini Tuhan permohonanku
Terimalah Tuhan persembahanku
Pakailah hidupku sebagai alatMu
Seumur hidupku.
“Pesantren kami adalah pesantren untuk anak-anak kurang mampu. Lagu ini menjadi sangat bermakna karena kami memang hanya punya diri dan hidup kami sebagai persembahan kepada Tuhan,” cerita Hasby saat saya mengajaknya berbincang di luar gereja.
Menurut Hasby, lagu itu diwariskan dari generasi ke generasi. “Saat saya datang menjadi pendamping sekitar empat tahun lalu, lagu itu sudah sering dinyanyikan di sana," tuturnya.
Hasby dan para santri kerap mendapat undangan untuk menyanyi di berbagai acara, baik di komunitas muslim maupun nasrani. Mereka juga pernah tampil di acara Natal dan Paskah.