JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Dewan Pembina DPP Partai Gerindra Sandiaga Uno mengeluhkan semakin parahnya kemacetan lalu lintas di Jakarta. Ia mengaku telah membuat kajian dan mengusulkan moratorium penjualan kendaraan untuk menyelesaikan masalah kemacetan tersebut.
"Nggak bisa lagi, jumlah jalan tidak bertambah sementara jumlah kendaraan bertambah terus," kata Sandiaga di Markas DPW PKB, Jakarta Pusat, Rabu (1/6/2016).
Pria yang berniat menjadi calon gubernur DKI Jakarta itu mengkritik kalangan menengah ke atas yang terus membeli mobil, khusunya mobil mewah. Ia menyebut ada seorang kawannya yang memiliki kendaraan sampai 20 mobil.
"Saya punya empat, lima sekarang, ada Sulaiman kan satu. Yang ini nyewa," ujar Sandiaga.
Lima mobil yang ia miliki, kata Sandiaga, adalah untuk digunakan istri dan tiga anaknya, termasuk anak bungsunya, Sulaiman yang berusia empat tahun. Untuk kebutuhan sosialisasi sehari-hari, Sandiaga menyewa sebuah mobil Datsun Go yang menurutnya lincah melenggang di gang-gang sempit.
Sebagai pengusaha yang kebetulan memiliki bisnis di bidang otomotif, Sandiaga paham bahwa moratorium kendaraan akan ditentang oleh dunia usaha. Namun Sandiaga bersikukuh bahwa kebijakan ini efektif untuk menangani macet di Jakarta.
"Ini saya udah diingetin. Saya bakal dihajar habis-habisan. Saya bakal nggak populer. Big business yang selama ini dekat dengan saya akan marah," ujarnya.
Baginya, kerugian akibat macet tidak hanya dihitung secara ekonomis. Ia menyoroti kerugian sosial yang ditimbulkan akibat terlalu banyak menghabiskan waktu di jalan. Untuk itu, ia berharap pola pikir warga Jakarta lebih memilih transportasi publik.
"Yang dilakukan oleh Pak Gubernur Basuki udah bagus. Jadi TransJakarta ditambah habis-habisan," katanya.