Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembebasan Lahan Waduk di Jakarta Dikebut

Kompas.com - 02/06/2016, 17:21 WIB

JAKARTA, KOMPAS — Proses pembebasan lahan waduk di DKI Jakarta masih jauh dari target yang ditentukan. Proses pembayaran lahan baru bernilai sekitar Rp 40 miliar dari total anggaran Rp 360 miliar. Masalah surat-surat tanah yang belum jelas atau tumpang tindih sertifikat terus menjadi kendala.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, melalui Dinas Tata Air, menargetkan pembebasan lahan di 12 lokasi waduk di wilayah Jakarta. Hingga akhir Mei, pembayaran lahan untuk waduk-waduk itu baru Rp 40 miliar, atau sekitar 11 persen dari total anggaran yang diajukan.

Kepala Bidang Pembebasan Lahan Dinas Tata Air DKI Triyono, Rabu (1/6), mengungkapkan, pihaknya optimistis proses pembebasan lahan waduk bisa sesuai target yang ditentukan. Akhir Juni ini, sejumlah proses pembayaran waduk akan dilakukan.

"Kami upayakan sampai akhir Juni bisa mencapai 50 persen untuk pembebasan lahannya. Dari total 12 (lahan) waduk yang menjadi target, kami berharap semuanya selesai tahun ini. Setidaknya ada tiga waduk yang jika pembayarannya lancar (pembebasan lahan) bisa total selesai tahun ini," kata Triyono.

Tiga lokasi waduk yang dimaksud, yakni Waduk Rambutan di Jakarta Timur, Waduk Brigif di Jakarta Selatan, dan Waduk Pondok Rangon di Jakarta Timur. Untuk Waduk Rambutan, masih ada sekitar 2 hektar lahan yang diharapkan bisa diselesaikan tahun ini.

Luas lahan yang hampir sama juga akan dibebaskan di Waduk Brigif, sementara di Pondok Rangon masih ada sekitar 3 hektar lahan yang belum dibebaskan.

Dua waduk lain yang diupayakan selesai pengadaan lahannya adalah Waduk Marunda dan Rawa Kendal di Jakarta Utara.

Sementara itu, terkait pembuatan Waduk Gunung Balong di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Triyono mengatakan, prosesnya baru akan dijalankan pada tahun 2017.

Berdasarkan pantauan di kawasan yang disebut bakal menjadi Waduk Gunung Balong, Selasa (31/5), lokasi yang dibelah Kali Grogol itu masih berupa tanah lapang yang dipakai para pengepul barang bekas.

"Katanya di sini akan dibangun waduk dan taman, tetapi enggak tahu kapan," ujar Andy (28), petugas kebersihan kali di lokasi itu.

Masalah klasik

Triyono mengatakan, hingga pertengahan tahun ini, belum ada satu pun pembebasan lahan waduk yang telah benar-benar selesai. Itu sebabnya ia mempercepat proses pembayaran.

Akan tetapi, sejumlah masalah klasik pengadaan lahan masih jadi kendala. Tumpang tindih sertifikat kepemilikan, misalnya, masih terjadi di hampir semua lahan waduk. "Ada juga beberapa yang membuat sertifikat di atas girik. Jadi, proses identifikasi dan penyelarasan masih terus dilakukan," kata Triyono.

Untuk Waduk Marunda yang dirancang akan memiliki luas 60 hektar, misalnya, pembebasan lahannya hingga tahun lalu masih sangat minim. Sementara di Rawa Kendal masih ada sekitar 10 hektar lahan yang menunggu untuk dibebaskan. Padahal, kedua waduk ini diharapkan bisa menampung air lebih banyak di wilayah utara-timur Jakarta.

Dihubungi terpisah, Kepala Suku Dinas (Sudin) Tata Air Jakarta Utara Herning Wahyuningsih menyampaikan, untuk menampung air sebelum dua waduk itu jadi, pihaknya akan membuat dua embung. "Menurut rencana, ada dua. Satu yang sudah dimulai pengerukannya adalah embung di Kamal Muara dengan luas lebih dari 2 hektar. Embung ini rencananya dikeruk dengan kedalaman 6 meter sehingga mampu menampung 120 meter kubik air," ucapnya.

Satu embung lagi akan dibangun di wilayah Cilincing dengan luas sekitar 1,5 hektar. Akan tetapi, embung ini belum mulai dikeruk.

Untuk membangun dua embung ini, lanjut Herning, pihaknya meminjam lahan milik warga, perusahaan, atau instansi yang memiliki lahan tidur. Hal itu karena tak ada lagi lahan milik DKI yang bisa dimanfaatkan.

(JAL/DHF)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 2 Juni 2016, di halaman 25 dengan judul "Pembebasan Lahan Waduk Dikebut".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Megapolitan
Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Megapolitan
Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Megapolitan
Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Megapolitan
Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Megapolitan
Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko 'Saudara Frame': Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko "Saudara Frame": Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com