Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tinggal di Permukiman Kelas Menengah, Sandiaga Tak Pernah Gunakan Qlue

Kompas.com - 03/06/2016, 14:35 WIB
David Oliver Purba

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Aplikasi pengadua warga Jakarta atau yang biasa dikenal dengan Qlue, tengah menjadi sorotan.

Kendati demikian, politikus Partai Gerindra Sandiaga Uno mengaku tidak pernah menggunakan aplikasi tersebut.

(Baca juga: Di Pademangan Barat, Sandiaga Ditanya soal Becak yang Sering Di-Sweeping)

Menurut Sandiaga, lingkungan tempat tinggalnya tidak pernah bermasalah sehingga sangat jarang warga yang menyampaikan keluhan.

"Saya tinggal di kelurahan kelas menengah, di situ enggak ada masalah sampah ngurus sendiri, RT-nya sangat membantu, kehidupan di kawasan itu jauh berbeda dengan warga yang berada di daerah lainnya, makanya saya pengin tahu (sering blusukan). Kalau saya di level elite saja, pasti saya tidak akan tahu keluhan warga," ujar Sandiaga di Pademangan Barat, Jakarta Utara, Jumat (3/6/2016).

Sandiaga yang mengikuti penjaringan bakal calon gubernur DKI Jakarta di sejumlah partai politik ini tinggal di salah satu kawasan permukiman elite di Jakarta Selatan.

Menurut Sandiaga, kehidupan di kompleks tempat tinggalnya itu berbeda dengan kehidupan masyarakat Jakarta yang sering dia kunjungi selama bersosialisasi.

Meskipun tidak menjadi pengguna Qlue, Sandiaga menilai aplikasi tersebut cukup penting bagi warga Ibu Kota.

Ia pun mengapresiasi aplikasi yang baru dibuat di era pemerintahan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok itu.

"Kalau saya pernah dipresentasikan oleh tim saya (tentang Qlue), menurut saya cukup bagus, tapi memang harus disempurnakan lagi," ujar Sandiaga.

Setiap tiga bulan sekali, Qlue mengeluarkan rangking untuk kelurahan yang memiliki penilaian tertinggi dan terendah.

(Baca juga: Ini Komentar Sandiaga soal Status Laporan Keuangan Pemprov DKI )

Belakangan ini, muncul penolakan dari kalangan RT dan RW terkait kewajiban mereka untuk menyampaikan laporan melalui Qlue setiap harinya.

Menurut mereka, kemajuan teknologi ini begitu menyulitkan. Bukan karena masalah aplikasi yang tidak bisa digunakan, tetapi masalah kewajiban-kewajiban pengurus RT dan RW, yang bertambah setelah adanya Qlue.

Kompas TV Sandiaga Minta RT RW Tidak Boikot Pilkada
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Siswa SMP di Palmerah Ditemukan Gantung Diri di Kamarnya

Siswa SMP di Palmerah Ditemukan Gantung Diri di Kamarnya

Megapolitan
Selain Gerindra, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Juga Mendaftar Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Selain Gerindra, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Juga Mendaftar Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Keluarga Pemilik Toko Bingkai 'Saudara Frame' yang Kebakaran Dikenal Dermawan

Keluarga Pemilik Toko Bingkai "Saudara Frame" yang Kebakaran Dikenal Dermawan

Megapolitan
Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 di Filipina, Percaya karena Pelaku Pernah Berangkatkan Mahasiswa

Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 di Filipina, Percaya karena Pelaku Pernah Berangkatkan Mahasiswa

Megapolitan
 Aksi Lempar Botol Warnai Unjuk Rasa di Patung Kuda

Aksi Lempar Botol Warnai Unjuk Rasa di Patung Kuda

Megapolitan
Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Satu Keluarga atau Bukan

Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran "Saudara Frame" Satu Keluarga atau Bukan

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi Bersama Kontras Tuntut Kemerdekaan Palestina

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi Bersama Kontras Tuntut Kemerdekaan Palestina

Megapolitan
Massa Gelar Demo di Patung Kuda, Tuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024

Massa Gelar Demo di Patung Kuda, Tuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024

Megapolitan
Ada Demo di Patung Kuda, Arus Lalin Menuju Harmoni via Jalan Medan Merdeka Barat Dialihkan

Ada Demo di Patung Kuda, Arus Lalin Menuju Harmoni via Jalan Medan Merdeka Barat Dialihkan

Megapolitan
Ini Daftar Identitas Korban Kebakaran 'Saudara Frame'

Ini Daftar Identitas Korban Kebakaran "Saudara Frame"

Megapolitan
Acungi Jempol Perekam Sopir Fortuner Arogan yang Mengaku TNI, Pakar: Penyintas yang Berani Melawan Inferioritas

Acungi Jempol Perekam Sopir Fortuner Arogan yang Mengaku TNI, Pakar: Penyintas yang Berani Melawan Inferioritas

Megapolitan
Fraksi PKS DKI Nilai Penonaktifan NIK Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Tak Adil

Fraksi PKS DKI Nilai Penonaktifan NIK Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Tak Adil

Megapolitan
Identitas 7 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Belum Diketahui

Identitas 7 Korban Kebakaran "Saudara Frame" Belum Diketahui

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Telan Anggaran Rp 22 Miliar, untuk Interior hingga Kebutuhan Protokoler

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Telan Anggaran Rp 22 Miliar, untuk Interior hingga Kebutuhan Protokoler

Megapolitan
144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan 2024, Paling Banyak karena Korsleting

144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan 2024, Paling Banyak karena Korsleting

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com