JAKARTA, KOMPAS.com — Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Aria Bima,, mengaku senang dengan terbentuknya komunitas "Teman Ahok". Pembentukan komunitas itu ia anggap sebagai wujud pendidikan politik.
Namun, dia menilai, langkah yang dilakukan Teman Ahok dengan mendukung Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok kembali maju sebagai calon gubernur melalui jalur independen belum dapat dibanggakan.
Menurut Aria, pengumpulan hampir satu juta data KTP dukungan berhasil dilakukan saat Ahok berstatus sebagai petahana, dan kinerjanya sudah terlihat di masyarakat.
"Jangan jemawa. Teman Ahok enggak hebat-hebat amat gitu lho maksudku. Mengumpulkan KTP, tetapi dari hal yang pernah dilakukan PDI-P," kata Aria, saat dihubungi, Senin (6/6/2016).
Saat Pilkada DKI Jakarta 2012 lalu, PDI-P mengusung Jokowi-Ahok yang berdasarkan hasil survei elektabiltas berada jauh di bawah petahana Fauzi Bowo. Aria menuturkan, saat itu, elektabilitas Fauzi-Nachrowi mencapai 54 persen, tetapi pada akhirnya warga Jakarta memilih Jokowi-Ahok sebagai gubernur dan wakil gubernur.
"Kami pecah primordialisme Islam atau China. Kami potong dengan keberanian PDI-P memberi warna bahwa PDI-P memperlihatkan, semua warga negara berhak mendapat posisi yang sama," kata Aria.
Anggota Komisi VI DPR RI itu mengatakan, PDI-P masih membuka pintu selebar-lebarnya bagi Ahok jika mau diusung partai berlambang banteng moncong putih tersebut.
"Sampai Ahok diusung PDI-P (pada Pilkada DKI Jakarta 2017), kalau ada yang berani mengusulkan bikin posko relawan gubernur (salah satu agama), langsung gue geruduk dan tutup itu posko. Itu namanya bertentangan dengan SARA," kata Aria.
Teman Ahok mengumpulkan data KTP untuk mendukung Ahok-Heru Budi Hartono maju secara independen pada Pilkada DKI Jakarta 2017. Sampai saat ini, mereka telah mengumpulkan 933.846 data KTP.