TANGERANG, KOMPAS.com - Menteri Perhubungan Ignasius Jonan sempat memberi catatan kekurangan Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta setelah berkunjung ke sana pada Selasa (14/6/2016) lalu.
Salah satu kekurangan yang diungkapkan Jonan adalah tidak terlihatnya apron Terminal 3 Ultimate dari tower air traffic control (ATC). Solusi sementara dari kekurangan itu adalah menggunakan mobile portable tower atau tower ATC portable.
Tower yang dimaksud telah disewakan oleh Kementerian Perhubungan dan sudah diletakkan di apron Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta sejak Jumat (17/6/2016). Namun, Senin (20/6/2016) petang tadi, Kemenhub melalui Balai Teknik Penerbangan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara menarik tower ATC portable dengan alasan optimalisasi peralatan.
Hal itu diungkapkan oleh petugas Balai Teknik Penerbangan Swandi Simanjuntak yang ditemui pewarta, di lokasi.
"Saya dan tim hanya ditugaskan mengambil kembali alat ini. Suratnya sudah kami sampaikan ke pimpinan bandara. Kalau mau sewa, bisa mengajukan lagi," kata Swandi.
Dia enggan menjelaskan lebih lanjut tujuan penarikan tower ATC portable yang sebelumnya telah disepakati untuk dipakai sementara oleh Direktur Utama PT Angkasa Pura II Budi Karya Sumadi dan Direktur Utama Perusahaan Umum (Perum) Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) Bambang Tjahjono.
Swandi hanya mengungkapkan tujuan pengambilan alat tersebut dengan penjelasan singkat.
"Untuk dioptimalisasi, karena ini belum optimal," tutur Swandi.
Secara terpisah, Public Relation Manager PT Angkasa Pura II Haerul Anwar mengaku heran dengan pengambilan kembali alat tersebut. Keheranan Haerul dikarenakan awalnya Kemenhub yang memberi catatan tentang itu dan pihaknya telah menyepakati solusi sementara, tetapi ujungnya alat yang sama ditarik oleh Kemenhub.
"Padahal kami sewa, seharinya Rp 10 juta. Saya juga enggak tahu kenapa ditarik. Kami juga lagi adjustment dengan AirNav untuk mengoperasikan alat tersebut," ujar Haerul.
Pantauan Kompas.com, landasan pacu dekat apron Terminal 3 Ultimate telah digunakan sejumlah pesawat, baik untuk terbang maupun untuk parkir sementara serta menaikkan hingga menurunkan penumpang. (Baca: Kemenhub Beri Waktu 3 Hari bagi AP II untuk Penuhi Kekurangan Terminal 3 Ultimate)
Selama ini, pihak Perum LPPNPI memanfaatkan CCTV di Terminal 3 Ultimate untuk memantau kegiatan di apron. Pemantauan apron nantinya akan dilakukan dengan sistem dan teknologi radar. Sistem radar yang dimaksud baru bisa digunakan pada September 2016.
Adapun finalisasi Terminal 3 Ultimate masih dikejar oleh PT Angkasa Pura II. Perusahaan tersebut memperkirakan, jika semua aspek dan kekurangan dapat diselesaikan dengan lancar, kemungkinan terminal terbesar di seluruh Indonesia itu dapat beroperasi tiga bulan mendatang.