JAKARTA, KOMPAS.com — Kota Jakarta berulang tahun yang ke-489 pada Rabu (22/6/2016) kemarin.
Seperti biasa, pada hari ulang tahun Jakarta, rapat paripurna istimewa digelar di Gedung DPRD DKI, dan turut dihadiri Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo.
Menurut Tjahjo, kehadirannya dalam rapat paripurna istimewa HUT Jakarta tahun ini merupakan yang kedua.
Saat memberikan kata sambutan di mimbar rapat paripurna, Tjahjo sempat melontarkan pernyataan tentang hubungannya dengan Ahok-Djarot.
Tjahjo mengaku selalu merasa hangat saat berada di tengah Ahok dan Djarot, baik tahun lalu maupun tahun ini.
(Baca juga: Laporan Ahok Terkait Pencapaian Provinsi Jakarta pada Usia 489 Tahun)
Sebagai informasi, saat datang menghadiri rapat paripurna istimewa HUT DKI, posisi duduk Menteri Dalam Negeri kembali berada di tengah, atau diapit Gubernur dan Wakil Gubernur.
"Tahun kemarin saya diapit Saudara Gubernur dan Wakil Gubernur. Saya di tengah, suasanya begitu hangat. Tahun ini masih didampingi Gubernur dan Wakil Gubernur yang sama, suasananya masih hangat walau AC di ruangan ini dingin," kata Tjahjo.
Karena merasa selalu hangat di tengah Ahok-Djarot, Tjahjo berharap kondisi yang sama juga kembali terjadi tahun depan.
"Mudah-mudahan tahun depan suasanya tetap hangat. Soal siapa yang jadi gubernur dan wakil gubernur, terserah," ujar Tjahjo.
Mendengar hal itu, Ahok dan Djarot langsung mengalihkan perhatiannya ke arah Tjahjo.
Mereka berdua tersenyum dan tertawa sembari saling melihat satu sama lain. Tepuk tangan langsung terdengar di ruangan tersebut.
Tahun depan, tepatnya pada Februari 2017, Pilkada DKI Jakarta digelar. Sampai sejauh ini, Ahok dan Djarot masih berada di kubu yang berseberangan.
Ahok telah menyatakan akan maju pada Pilkada DKI 2017 lewat jalur independen. Ia pun telah memutuskan akan menggandeng salah seorang birokrat Pemprov DKI, yakni Heru Budi Hartono sebagai calon wakilnya.
Sementara itu, Djarot telah menegaskan bahwa sebagai kader PDI-P, ia tidak mungkin ikut pilkada lewat jalur independen.
Saat dimintai pendapat, para anggota DPRD menilai ucapan Tjahjo berisi pesan agar Ahok dan Djarot bersikap profesional walaupun nantinya mungkin bertarung pada pilkada.
Para anggota Dewan tak merasa ucapan itu sebagai harapan agar Ahok dan Djarot kembali bersama.
"Pilkada kan Februari 2017, pendaftaran September 2016. Mau bersatu lagi atau berpisah pencalonannya harus tetap kompak sampai akhir masa jabatan," kata Wakil Ketua DPRD DKI Triwisaksana.
Hal senada juga dilontarkan anggota Komisi A, Gembong Warsono. Ia menilai, ucapan Tjahjo berisi permintaan agar nantinya tak perlu ada pejabat Kemendagri yang ditunjuk menjadi pejabat sementara gubernur.
"Permintaannya supaya tidak ada penjabat karena masa jabatannya kan masih ada. Jadi, tidak perlu ada penjabat dari Kemendagri," ujar Gembong.
Sebagai sesama kader PDI-P, Gembong menilai tidak mungkin Tjahjo melontarkan pernyataan berisi pesan agar Ahok dan Djarot kembali bersama.
Sebab, kata dia, sampai saat ini belum ada keputusan resmi dari partai.
"Sikap politik partai kan berbeda. Belum tentu seperti itu (ingin Ahok-Djarot). Partai belum mengambil sikap. Bisa iya, bisa tidak. Namun, belum ada tanda-tanda PDI-P akan mengarah ke sana," kata Gembong.
Masa jabatan Ahok dan Djarot akan berakhir pada Oktober 2017. Artinya, setelah pilkada, masih ada delapan bulan masa jabatan yang harus diselesaikan keduanya.
(Baca juga: Ahok dan Djarot Diharapkan Tetap Kompak Selama Sisa Masa Jabatan)
Selama delapan bulan inilah, Ahok-Djarot diharapkan tetap menjaga kekompakannya.