Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suka Duka Pengemudi Bus AKAP

Kompas.com - 01/07/2016, 09:37 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Supriyono (45), telah menjadi pengemudi bus antarkota antarprovinsi (AKAP) selama 15 tahun terakhir. Pria asal Karanganyar ini hafal betul jalur Pantai Utara (Pantura) seperti seluk beluk pekarangannya.

Kamis (30/6/2016), Supriyono menerima sebuah buku tanda ia bebas dari narkoba setelah menjalani tes urine. Ia menyambut baik langkah pemerintah memastikan keamanan para pemudik. Hanya saja, ia berharap pemerintah juga memperhatikan keadaan para pengemudinya.

"Ya biasa hidup di jalan ini kan berat, memang pengemudinya yang harus kuat," katanya.

Saat musim lebaran, Supriyono sering kali harus tidur seadanya. Kadang hanya tiga jam, itu pun waktu colongan saat bus berhenti di terminal. Menghindari kantuk, biasa kita dengar sebagai alasan pengemudi mengonsumsi narkoba. Namun Supriyono selama ini tidak pernah mengetahui atau mengenal sopir yang betul-betul mengonsumsi narkoba.

"Ada temen di Pasar Rebo waktu tes urine dia positif atau bagaimana gitu. Padahal dia bukan pemakai, tapi punya sesak nafas, minum obat, eh kok malah di obatnya ada kandungan yang katanya membahayakan," kata Supriyono.

Wajah terminal kita yang masih buruk, selama ini berdampak nyata bagi pengemudi. Terminal Lebak Bulus yang dulu menjadi andalan di Jakarta Selatan untuk perjalanan luar kota, tak jelas nasibnya setelah Pemprov DKI Jakarta mengambil alih untuk proyek mass rapid transit (MRT).

Terminal ini harus pindah ke lahan seadanya, dengan fasilitas penunjang bersifat sementara. Terminal Lebak Bulus kini hanya menempati sebuah lahan kecil dengan jalur masuk yang cukup bagi satu bus. Kantor pengurus terminal hanya menggunakan sebuah kontainer.

Tempat tunggu penumpang pun hanya disediakan seadanya dengan atap seng, itu pun disediakan dari urunan para perusahaan otobus (PO) yang beroperasi di sana. Karena jumlah tempat duduk tak lebih dari 30, banyak penumpang yang berdiri atau menunggu di warung dan tempat makan yang berada di kawasan terminal. Tempat istirahat sopir pun tidak ada. Mereka lebih memilih beristirahat di bus atau loket PO masing-masing.

"Ini baru awal, start di terminal. Nanti di jalan, wih, lebih macam-macam lagi rintangannya," ujar Supriyono.

Kelayakan bus

Supriyono menilai penyebab kecelakaan bus AKAP di jalan selama ini didominasi oleh kelayakan bus yang dibawa. Bus tanpa lampu dan rem yang berfungsi dengan baik, sudah biasa beredar di jalan dan tak terhitung jumlahnya.

Kementerian Perhubungan tahun ini menargetkan zero accident selama arus mudik dan balik. Semua bus diperiksa, tak hanya mengambilsampel seperti tahun-tahun sebelumnya. Yang belum layak pun, dilarang jalan sampai pengelola bus siap memperbaikinya.

Bus yang dikemudikan Supriyono sudah mendapat izin untuk jalan dari Dinas Perhubungan DKI Jakarta. Namun soal kecelakaan, ada faktor lainnya yang menurut ia perlu diwaspadai. Yaitu perilaku berkendara orang lain di jalan.

"Kadang kan dari kitanya sudah berhati-hati, tapi orang lain ternyata tidak hati-hati, kan tetap kita yang kena," ujarnya.

Selain itu, Supriyono menceritakan sejak dulu, banyak warga di sepanjang jalan yang memiliki hobi aneh melempari bus dengan batu. Entah karena alasan apa, mereka yang kebanyakan berusia muda sering iseng melempari bus hingga kaca retak. Sebagian yang 'niat' bahkan naik motor mengejar bus sambil membawa batu.

"Kadang mereka ini pura-pura lempar batu padahal tangannya kosong, lha itu kan bikin sopir kaget terus agak oleng kan," ujar Supriyono.

Membanggakan

Meski pekerjaan mengemudi bus jarak jauh sangat berat, Supriyono tetap memilih profesi ini. Menurutnya, ada sebuah kebanggaan dan kebahagiaan yang hanya dirasakan pengemudi bus AKAP.

"Terutama saat musim lebaran ya, kami mengantar orang pulang ke kampung halaman, di perjalanan kita dengar cerita-cerita hidup mereka, mungkin tidak akan pernah ketemu lagi, tapi kisah-kisah ini kan bisa jadi pelajaran buat kita," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jadwal Buka Puasa di Kota Bekasi Hari Ini, Jumat, 29 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Kota Bekasi Hari Ini, Jumat, 29 Maret 2024

Megapolitan
Diduga Korban Pelecehan Seksual oleh Eks Ketua DPD PSI Jakbar Mengaku Diintimidasi agar Tak Lapor Polisi

Diduga Korban Pelecehan Seksual oleh Eks Ketua DPD PSI Jakbar Mengaku Diintimidasi agar Tak Lapor Polisi

Megapolitan
Wanita Tewas Dibunuh Suaminya di Bogor, Pelaku Dilaporkan Ayah Kandung ke Polisi

Wanita Tewas Dibunuh Suaminya di Bogor, Pelaku Dilaporkan Ayah Kandung ke Polisi

Megapolitan
Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Megapolitan
Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Megapolitan
Cerita Ridwan 'Menyulap' Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Cerita Ridwan "Menyulap" Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Megapolitan
Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Megapolitan
Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Megapolitan
Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Megapolitan
Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Megapolitan
Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Megapolitan
KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

Megapolitan
Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Megapolitan
Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Megapolitan
45 Orang Jadi Korban Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Kerugian Capai Rp 3 Miliar

45 Orang Jadi Korban Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Kerugian Capai Rp 3 Miliar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com