JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah pengendara mobil mengungkapkan tanggapannya terkait rencana penutupan gerbang tol Karang Tengah di ruas tol Jakarta-Tangerang.
Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menilai gerbang tol Karang Tengah menyebabkan antrean cukup panjang sehingga arus lalu lintas sering tersendat.
Hal itu menjadi salah satu pertimbangan agar gerbang tol dapat ditutup. Penutupan gerbang tol juga dilakukan sebagai salah satu langkah untuk mengintegrasikan ruas tol Jakarta-Tangerang dan Tangerang-Merak.
"Bisa dibilang seperempat hari saya tertahan di macet ke arah gerbang tol Karang Tengah itu. Macetnya enggak tahan. Baguslah kalau (gerbang tol) mau ditutup, biar lancar," kata salah satu pengguna mobil, Haryo (37), kepada Kompas.com, Kamis (14/7/2016).
Wirausahawan di daerah Jakarta Pusat itu selalu melewati ruas tol Tangerang-Merak hingga Jakarta-Tangerang setiap hari kerja. Untuk menuju tempat kerjanya dari Cikupa, Kabupaten Tangerang, Haryo membutuhkan waktu hampir tiga jam lebih.
Pengendara mobil lainnya, Irawan (34), ikut mendukung rencana penutupan gerbang tol Karang Tengah. Dia menyarankan, seharusnya gerbang tol dibangun di setiap exit atau pintu keluar tol saja. Hal itu dilakukan supaya antrean kendaraan tidak terpusat di satu tempat saja, seperti gerbang tol Karang Tengah sampai saat ini.
"Tinggal dibikin saja gerbang tol di Alam Sutera atau keluar Gading Serpong, misalnya. Jadi Karang Tengah dihilangin enggak apa-apa. Kalau ini kan orang yang mau ke Kebon Jeruk atau ke Serpong saja harus kena macet dulu di Karang Tengah," kata Irawan.
Kepala BPJT Kementerian PUPR Herry Trisaputra Zuna mengatakan, pihaknya sedang mengevaluasi efektivitas gerbang tol Karang Tengah selama ini.
Herry juga menyebut, tidak menutup kemungkinan dua pengelola jalan tol, yakni PT Jasa Marga (Jakarta-Tangerang) dengan PT Marga Mandalasakti (Tangerang-Merak) akan berkoordinasi untuk integrasi kedua ruas jalan tol tersebut.