Masih menurut data BPS 2015, angka buta huruf di provinsi itu mencapai 29 persen dari jumlah penduduknya. Berdasarkan data BPS 2010, penduduk Jawa Timur mencapai 37,4 juta jiwa.
Di Jakarta, angka buta huruf hanya 1,73 persen dari jumlah penduduknya yang mencapai 9,7 juta jiwa.
Lantas, untuk apa kader terbaik Jawa Timur itu ke Jakarta?
Ridwan Kamil
Ridwan Kamil adalah salah satu kader terbaik bangsa yang juga pernah digadang-gadang maju dalam Pilkada DKI Jakarta 2017. Sejauh ini memang tidak lagi terdengar desakan untuk menarik Emil, sapaan Ridwan Kamil, bertarung di ibu kota.
Walikota Bandung itu sudah memutuskan untuk tidak maju di Pilkada DKI Jakarta 2017. Ia menyatakan ingin fokus mewujudkan mimpi-mimpinya membangun tanah kelahirannya. Baca: Ridwan Kamil: Saya Tak Akan Maju ke Pilkada DKI 2017.
Emil mengatakan, memperbaiki negeri tak mesti dilakukan di Ibu Kota. Menurut dia, para pemimpin yang dinilai baik oleh masyarakat seharusnya tersebar di seluruh pelosok Indonesia.
"Saya melihat Indonesia ini bisa hebat tanpa harus semua berkumpul di Jakarta. Kalau (pemimpin) yang bagus, yang amanah, bisa tersebar di Indonesia, di Jakarta, di Jawa, Sumatera, seperti Prof Nurdin Abdullah di Bantaeng, Ibu Risma di Surabaya," kata Emil. Baca: Ridwan Kamil: Indonesia Bisa Hebat Tanpa Harus Terpusat di Jakarta.
Pernyataan yang sungguh harum. Begitulah seharusnya para politisi negeri ini berpikir.
Emil jauh lebih dibutuhkan di Jawa Barat. Seperti halnya Surabaya, Jawa Barat juga punya segudang persoalan yang yang jauh lebih besar dibanding Jakarta.
Meski lebih baik dari Jawa Timur, IPM Jawa Barat berada di posisi 11 dari 34 provinsi di Indonesia dengan angka 69,50.
Jumlah penduduk miskin di Jawa Barat, berdasarkan data BPS 2015, mencapai 4,4 juta, dari total jumlah penduduknya yang pada 2010 mencapai 43 juta. Sementara, jumlah penduduk yang masih buta huruf mencapai 7,73 persen.
***
Jadi, sekali lagi, dengan segala persoalan di Jawa Timur dan Jawa Barat, apa relevansinya Risma dan Ridwan Kamil diseret-seret bertarung di Jakarta? Jauh lebih relevan jika mereka bertarung untuk Pilkada Jawa Timur dan Jawa Barat.
Kalaulah ada alasan untuk membawa orang-orang terbaik itu ke Jakarta pastilah karena syahwat politik partai, bukan kepentingan membangun negeri.
Lalu, siapa dong calon yang harus diusung PDIP untuk melawan Ahok?
Di Jakarta ada banyak kambing. Bukankah politisi PDIP Masinton Pasaribu sangat yakin bahwa asal diusung PDIP, kambing dibedaki pun pasti menang melawan Ahok.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.