JAKARTA, KOMPAS.com - Jalan beraspal yang menjadi akses masuk ke Rusun Rawa Bebek, Jakarta Timur, terasa masih bergelombang. Rusun dan jalan itu sama-sama nampak baru selesai dikerjakan.
Pasir berwarna hitam masih belum melekat betul di permukaan jalan beraspal itu. Beberapa pekan sebelumnya belum ada jalan permanen menuju Rusun Rawa Bebek, jalannya masih berupa tanah merah dan ada kubangan air bekas hujan.
Tapi pada Rabu (10/8/2016), jalan akses menuju rusun baru yang terhubung dengan Jalan Inspeksi Kanal Banjir Timur itu dapat dilintasi kendaraan. Kurang dari 100 meter jaraknya untuk sampai dari depan ke dalam rusun.
Rusun baru itu bersebelahan dengan empat blok rusun yang masih dibangun. Blok yang belum jadi adalah milik Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI, yang dibangun dengan biaya APBD.
Sedangkan rusun yang sudah jadi adalah kewajiban pengembang, yang tiga di antaranya sudah bisa ditempati, sementara satu blok masih dalam tahap penyelesaian.
Rusun baru yang berlokasi di Cakung, Jakarta Timur, yang disebut Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok bikin ngiler.
Bangunan lima lantai itu terlihat cerah karena baru dicat. Tiga blok yang sudah bisa ditempati bervariasi warnanya, mulai orange-putih, hijau-putih, dan merah tua-putih.
Dari lantai dasar sampai di dalam ruangan semua dilapisi keramik putih. Tapi halaman bawahnya belum selesai dibuat taman. Hanya saja jalur untuk berjalan kaki yang menghubungkan tiap bloknya sudah dibuat dengan susunan paving block.
Lantai dasar rusun dibuat seperti selasar yang berhadapan dengan ruangan untuk fasilitas umum seperti toko, dan lainnya. Untuk sampai ke lantai hunian aksesnya melalui anak tangga mulai dari lantai dasar sampai lantai paling atas.
Inilah rumah baru bagi warga yang terkena dampak normalisasi Sungai Ciliwung, di Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan. Relokasi akan dilakukan tidak lama lagi.
Model huniannya adalah tipe 36 atau dengan luas 6x6 meter persegi. Di dalamnya terdapat dua kamar tidur, ruang keluarga, dapur, toilet, serta sedikit ruang terbuka di bagian belakang. Fasilitas listrik dan air PAM sudah tersambung dan membuat rusun ini sangat layak dihuni.
"Dari segi fisik kita memang bisa lihat bagus ya. Kelihatannya rapi kalau yang sekarang," kata Kepala Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta Arifin, Rabu (10/8/2016).
Tempat jemuran di belakang dipasangi tralis. Tidak perlu lagi penghuni nanti gantung-gantung jemuran sampai keluar tembok yang bakal membuat kesan berantakan.
"Enggak terkesan seperti rumah susun yang lain, ada tralis kan jadi enggak dikeluar-keluarin jemurannya," ujar Arifin.
Setiap tempat tinggal, kata Arifin, dibuat jendela yang ada di depan dan belakang. Tujuannya agar sirkulasi udara yang masuk ke hunian vertikal itu lancar.
"Sirkulasi udara bagus, depan belakang ada jendela yang bisa terbuka kecil, itu kan bagian yang menyehatkan," kata Arifin.
Taman dan jalan menyusul
Soal taman dan jalan, Arifin mengakui saat ini kondisinya belum sempurna dan akan segera diperbaiki.
"Pak Gubernur sampaikan bahwa sambil berjalan penghuni rusunnya dimasukan dulu, sambil kemudian mereka juga bisa membantu dan mengawasi proses pembangunan yang belum seluruhnya selesai," ujar Arifin.
"Kalau bisa kita mengajak keterlibatan mereka sehingga rasa memiliki mereka terhadap rusunnya harus tumbuh," tambah dia.
Seperti yang diungkapkan Bagis (40) warga RT 10 RW 12 Bukit Duri. Secara pribadi, Bagis mengaku puas setelah meninjau Rusun Rawa Bebek.
"Kalau saya pribadi ya, Alhamdulilah sih puas. Ternyata beda dengan yang saya bayangkan," kata Bagis.
Dalam bayangannya, rusun yang bakal jadi tempat relokasi modelnya sama dengan Rusun Jatinegara Barat yang diperuntukan bagi warga Kampung Pulo. Ternyata berbeda. Menurut Bagis, Rusun Jatinegara Barat ukuran luasnya lebih kecil.
Padahal, warga Kampung Pulo yang direlokasi ke sana ada yang menempati satu unitnya untuk tiga kepala keluarga. Desain dapur dan ruang tamu yang menyatu di Rusun Jatinegara Barat juga kurang berkenan baginya.
"Di sana kan juga tinggi ngeri, 21 lantai. Saya ada keluarga di Kampung Pulo yang pindah ke sana jadi tahu betul," ujar Bagis.
Sedangkan di Rusun Rawa Bebek, kata dia, kondisinya lebih bagus. Ia mengatakan, dengan model tipe 36, rusun ini dinilai lebih luas.
"Cukup luas buat saya dan tiga anak saya. Dibanding di Kampung Pulo, lebih memadai di sini, lebih rapi dan bagus. Cuma masih berantakan di bawahnya belum ada taman," ujar Bagis.
Asmad Suaib (49), warga RT 10 RW 12 Bukit Duri lainnya juga mengungkapkan hal yang sama. Kondisi rusun baru ini lebih bersih. Dirinya juga bersyukur dengan relokasi ini tidak lagi bakal mengalami kebanjiran.
"Kalau di sinikan kita sudah tenang, tidur juga sudah tenang, sudah tidak kebanjiran lagi, tempatnya bersih lagi," ujar Asmad.
Namun, warga punya keluhan yang umumnya hampir sama seperti kasus lain saat direlokasi warga ke rusun. Letak rusun yang jauh itu dikeluhkan warga. Warga juga sebenarnya lebih senang tinggal di tempat semula. Namun, warga mengakui tidak bisa menolak kebijakan pemerintah.
"Saya kerja di restoran di Gambir, Jakarta Pusat. Bingungnya transportasinya gimana makin jauh," tambah Bagis.
Ibu tiga anak itu juga berharap, pemerintah memfasilitasi pemindahan tiga anaknya ke sekolah yang dekat lokasinya dengan rusun. Saat ini, tiga anaknya, dua di antaranya masih bersekolah SD dan di SMA di Bukit Duri.