Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesalahpahaman Antara Ahok dan Risma yang Berbuntut Panjang

Kompas.com - 13/08/2016, 09:23 WIB
Jessi Carina

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Tiba-tiba saja, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini meluapkan kekesalannya terhadap Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Risma tersinggung karena Basuki menyebut Surabaya setara dengan Jakarta Selatan.

"Pak Ahok (sapaan Basuki) kalau bicara pakai data dong, luas Surabaya itu hampir separuhnya luas DKI, dan itu saya sendiri yang pimpin," kata Risma, Kamis (11/8/2016).

Saat itu, Risma mengaku memang harus bicara karena Ahok dinilai kerap membanding-bandingkan pembangunan di Jakarta dengan Surabaya. Menurut Risma, dia berbicara seperti itu sebelum warga Surabaya tersinggung dan melakukan sesuatu terkait ucapan Ahok.

Ucapan Ahok yang menyamakan Surabaya dengan Jakarta Selatan dinilai Risma sebagai persamaan dalam segi luas wilayah. Risma menjelaskan, luas Surabaya 374,8 kilometer persegi, sementara luas DKI 661,5 kilometer persegi.

Uang Surabaya di APBD hanya Rp 7,9 triliun, sementara DKI Rp 64 triliun.

"Tetapi, kami bisa membangun trotoar, sekolah gratis, kesehatan gratis, bahkan memberi makan orang-orang jompo setiap harinya," kata Risma.

Risma mengatakan, Surabaya bisa melakukan itu semua karena menerapkan manajemen dan efisiensi anggaran yang cukup ketat sehingga bisa dioptimalkan untuk pelayanan masyarakat.

Awal kesalahpahaman

Sebenarnya, apa yang sudah dikatakan Ahok sehingga memancing kemarahan Risma? Pernyataan Ahok yang menyinggung Risma diucapkan pada Kamis (11/8/2016) pagi. Ketika itu, Ahok ditanya mengenai pembangunan trotoar di Surabaya yang lebih bagus daripada Jakarta.

Ahok mengatakan hal itu merupakan hasil tangan dingin Risma yang ia akui ahli dalam bidang tersebut. Ia pun mengakui ingin belajar dari Risma terkait penataan trotoar.

"Makanya kita mau belajar itu dari Bu Risma. Bu Risma menata (trotoar) itu butuh waktu yang lama," ujar Ahok.

Ahok mengatakan, Risma sudah puluhan tahun belajar untuk menata kota. Risma pernah menjadi kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya, kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Surabaya, hingga kini menjadi Wali Kota Surabaya.

Ahok mengakui pengalaman yang sudah lebih dari 10 tahun itu membuat Risma berhasil membenahi beberapa hal di Surabaya. Ahok menuturkan, dia membutuhkan waktu agar trotoar di Jakarta bisa sebaik Surabaya, apalagi luas wilayah Jakarta lebih besar daripada Surabaya.

"Di Jakarta, ada 2.700 kilometer trotoar yang harus kita bangun. Kasih saya waktu, saya beresin," ujar Ahok.

Setelah itu, Ahok menjelaskan bahwa dia senang jika kepala daerah lain maju dalam Pilkada DKI 2017. Sehingga, Pilkada DKI 2017 bisa diikuti oleh orang yang benar-benar teruji dan persaingannya lebih mengedepankan adu gagasan dan program.

Mantan Bupati Belitung Timur itu ingin saat debat cagub dan cawagub nanti, isinya adalah perbandingan kinerja para kepala daerah yang ikut Pilkada DKI 2017.

"Nah itu persaingan yang sehat, kita akan jelaskan kepada masyarakat, Surabaya itu cuma Jakarta Selatan. Kalau Jakarta ini bukan cuma Jakarta Selatan ini, ini ada Utara, Pusat, Timur, dan Barat, itu beda gitu lho," ujar Ahok.

Itulah sebabnya Ahok senang jika banyak kepala daerah yang maju dalam Pilkada DKI 2017. Jika ada kepala daerah yang dirasa lebih baik memimpin Jakarta daripada dia, Ahok pun ikhlas melepas jabatannya.

"Aku dari dulu demen banyak orang yang bagus ikut, kalau ada gubernur lebih baik ya aku boleh pensiun, enak juga kan," ujar Ahok.

Itu merupakan konteks utuh pernyataan Ahok yang akhirnya menyinggung Risma. Bukan membandingkan pembangunan Surabaya dan Jakarta, namun menegaskan bahwa Surabaya tidak bisa dibandingkan apple to apple dengan Jakarta. Sebab, Surabaya merupakan pemerintah kota sedangkan Jakarta adalah provinsi.

(Baca: Ahok Ditegur Ibunya karena Dianggap Menyinggung Risma )

Penjelasan Ahok

Ahok pun bingung Risma bisa semarah itu. Dia merasa ada media yang salah kutip dan tidak utuh memberitakan pernyataannya terkait Surabaya. Ahok pun merasa di adu domba.

"Gue juga bingung, gara-gara lo, Bu Risma jadi baper (bawa perasaan), marah, gelar konferensi pers, seolah-olah aku diadu domba sama beliau," seloroh Ahok.

Ahok mengatakan tak pernah membandingkan luas Surabaya dengan DKI Jakarta. Menurut dia, maksud membandingkan Surabaya dengan Jakarta Selatan karena sama-sama merupakan pemerintahan kota sehingga tidak pas jika pembangunan di Jakarta dibandingkan dengan Surabaya.

"Misalnya Adipura. Ada enggak bandingin Kota Surabaya sama Jakarta? Enggak," kata Ahok.

"Adipura itu bandinginnya apa? Surabaya dengan Jakarta Pusat atau Jakarta Selatan, wali kota sama gubernur juga beda," tambah Ahok.

Ahok kembali menekankan bahwa dia berharap seluruh kepala daerah berpengalaman untuk maju pada Pilkada DKI Jakarta 2017. Dengan demikian, mereka akan saling adu program untuk meraih simpati warga Ibu Kota. Bukan justru menjual janji yang belum tentu terealisasi. Kepala daerah itu akan menjual prestasi-prestasi yang telah dicapai selama memimpin daerahnya.

"Jadi bukan saya mau mengecilkan Ibu Risma, apalagi mau menyakiti orang Surabaya," ujar Ahok.

Kompas TV Ahok Tegaskan Tak Berniat Sindir Risma
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

BPBD DKI: Banjir yang Rendam Jakarta sejak Kamis Pagi Sudah Surut

BPBD DKI: Banjir yang Rendam Jakarta sejak Kamis Pagi Sudah Surut

Megapolitan
Maju Mundur Kenaikan Tarif Transjakarta, Wacana Harga Tiket yang Tak Lagi Rp 3.500

Maju Mundur Kenaikan Tarif Transjakarta, Wacana Harga Tiket yang Tak Lagi Rp 3.500

Megapolitan
Mengapa Penjaga Warung Madura Selalu 'Video Call' Setiap Hari?

Mengapa Penjaga Warung Madura Selalu "Video Call" Setiap Hari?

Megapolitan
Gara-gara Masalah Asmara, Remaja di Koja Dianiaya Mantan Sang Pacar

Gara-gara Masalah Asmara, Remaja di Koja Dianiaya Mantan Sang Pacar

Megapolitan
Pendatang Usai Lebaran Berkurang, Magnet Jakarta Kini Tak Sekuat Dulu

Pendatang Usai Lebaran Berkurang, Magnet Jakarta Kini Tak Sekuat Dulu

Megapolitan
Pendaftaran Cagub Independen Jakarta Dibuka 5 Mei 2024, Syaratnya 618.750 KTP Pendukung

Pendaftaran Cagub Independen Jakarta Dibuka 5 Mei 2024, Syaratnya 618.750 KTP Pendukung

Megapolitan
Polisi Tilang 8.725 Pelanggar Ganjil Genap di Tol Jakarta-Cikampek Selama Arus Mudik dan Balik

Polisi Tilang 8.725 Pelanggar Ganjil Genap di Tol Jakarta-Cikampek Selama Arus Mudik dan Balik

Megapolitan
Belajar dari Pemilu 2024, KPU DKI Mitigasi TPS Kebanjiran Saat Pilkada

Belajar dari Pemilu 2024, KPU DKI Mitigasi TPS Kebanjiran Saat Pilkada

Megapolitan
Kisah Bakar dan Sampan Kesayangannya, Menjalani Masa Tua di Perairan Pelabuhan Sunda Kelapa

Kisah Bakar dan Sampan Kesayangannya, Menjalani Masa Tua di Perairan Pelabuhan Sunda Kelapa

Megapolitan
Bandara Soekarno-Hatta Jadi Bandara Tersibuk Se-Asia Tenggara Selama Periode Mudik Lebaran

Bandara Soekarno-Hatta Jadi Bandara Tersibuk Se-Asia Tenggara Selama Periode Mudik Lebaran

Megapolitan
KPU DKI Susun Jadwal Pencoblosan Pilkada 2024 jika Terjadi Dua Putaran

KPU DKI Susun Jadwal Pencoblosan Pilkada 2024 jika Terjadi Dua Putaran

Megapolitan
Mengapa Warung Madura di Jabodetabek Buka 24 Jam?

Mengapa Warung Madura di Jabodetabek Buka 24 Jam?

Megapolitan
Misteri Motif Selebgram Meli Joker Pilih Akhiri Hidup dengan 'Live' Instagram, Benjolan di Kepala Sempat Disorot

Misteri Motif Selebgram Meli Joker Pilih Akhiri Hidup dengan "Live" Instagram, Benjolan di Kepala Sempat Disorot

Megapolitan
Dishub DKI Kaji Usulan Kenaikan Tarif Rp 3.500 Bus Transjakarta yang Tak Berubah sejak 2007

Dishub DKI Kaji Usulan Kenaikan Tarif Rp 3.500 Bus Transjakarta yang Tak Berubah sejak 2007

Megapolitan
Tarif Sementara Bus Transjakarta ke Bandara Soekarno-Hatta Rp 3.500, Berlaku Akhir April 2024

Tarif Sementara Bus Transjakarta ke Bandara Soekarno-Hatta Rp 3.500, Berlaku Akhir April 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com