JAKARTA, KOMPAS.com - Sebanyak 10 orangtua yang anaknya jadi pasien dokter Indra, tersangka kasus vaksin palsu, mendatangi Kantor Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) di Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (24/8/2016).
Para orangtua pasien yang menamakan diri sebagai "Koalisi Stay Trust Dokter Indra (STDI)" ini datang untuk mengadukan nasib anak mereka ke KPAI.
(Baca juga: Kemenkes Didesak Berikan Sanksi Terhadap RS Pengguna Vaksin Palsu)
Ketua Koalisi STDI, Faisal Ismail Talib, menyatakan bahwa pihaknya berharap aparat berwajib menangguhkan penahanan dokter Indra.
Sebab, kata dia, karena dokter Inda ditahan, anak-anak mereka tidak bisa menerima penanganan medis lagi.
"Kami minta penangguhan penahanan dokter Indra buat anak-anak kami, untuk penanganan oleh Dokter Indra," kata Faisal, di kantor KPAI, Rabu siang.
Ia juga mengatakan, sudah ada 72 orangtua pasien dokter Indra yang tergabung dalam koalisi ini.
Gerakan ini diklaim sebagai dukungan murni dari para orangtua pasien yang tidak punya hubungan kerabat dengan dokter Indra.
Selain karena nasib anak mereka yang bergantung kepada dokter Indra, pihaknya menilai kasus yang dihadapi dokter Indra masih janggal.
Mereka juga menilai pemberitaan mengenai vaksin palsu telah menyudutkan dokter Indra. Padahal, menurut para orangtua itu, dokter Indra menangani anak mereka dengan baik.
Ada yang menjadi pasien dokter tersebut berbulan-bulan bahkan belasan tahun.
"Untuk itu kami enggak tahu vaksin dari dokter Indra benar apa enggak. Coba berpikir vaksin yang masuk ke tubuh bisa dicek enggak, palsu atau enggak. Dokter kan enggak bisa cek, hanya lihat labelnya," ujar Faisal.
Dengan demikian, ia menilai dokter Indra tidak bersalah atau mencari keuntungan dari vaksin palsu.
Justru, lanjut dia, pemerintah, dalam hal ini Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang seharusnya bertanggung jawab atas vaksin palsu.
Elianti (38), salah satu orangtua pasien dokter Indra mengatakan, tiga anaknya menjadi pasien dokter tersebut sejak kecil.
Salah satu anaknya, Aska (16), masih bergantung pada dokter Indra. Aska menjadi pasien pengobatan demam rematik.
Setiap bulan, Aska mesti disuntik oleh dokter Indra. Anaknya bahkan perlu disuntik setiap bulan sampai tiga tahun ke depan.
"Obatnya itu kalau dikasih ke dokter lain agak susah. Hanya dokter Indra yang tahu penanganannya dan historisnya. Sudah dua bulan anak saya tidak disuntik, sekarang saya mesti berobat ke sebuah klinik," ujar Elianti.
(Baca juga: Polisi Sebut Dokter Indra Langgar Hukum lantaran Beli Vaksin Langsung dari "Sales")
Para orangtua kemudian menemui pejabat KPAI sambil membawa berkas berisi testimoni dari orangtua pasien.
Mereka berharap mendapat bantuan dari KPAI. "Komisionernya lagi enggak ada, tapi tadi testimoni sudah kita berikan ke KPAI, nanti tunggu pertimbangan Komisioner KPAI," tambah Faisal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.