Memasuki sekolah semi militer, membuat Richard bekerja keras untuk beradaptasi. Itu tak mudah baginya. Kerap kali ia gagal menghafal nama dan daerah asal temannya.
"Langsung disuruh push up 15 kali. Susah banget awalnya karena gak biasa, baru pertama," cerita Richard.
Tiga bulan pertama di SMA Taruna Nusantara tantangan bagi Richard. Semu kontak dengan orangtua terputus. Di masa tiga bulan itulah Richard digembleng untuk bertahan dan beradaptasi.
Beruntung, ia memiliki teman seperjuangan yang juga sama-sama bertahan.
"Di sana satu angkatan 300 orang, sama-sama jauh dari orangtua, tapi saling menguatkan," ungkap Richard.
Kehidupan di Taruna Nusantara dilalui dengan optimis. Di bidang non-akademik, Richard bergabung dengan kelompok marching band sebagi marching bells. Ia juga sempat meraih Juara Harapan 1 di bidang business plan.
Sementara di bidang akademik, Richard langganan masuk 10 besar di kelasnya setiap tahun.
"Terakhir sempat prestasi di bidang matematika. Saya peringkat pertama bidang matematika di satu angkatan SMA Tarnus. Saat itu kelas 12 di semester 1," kenang Richard.
Suka tantangan
Studi di Fasilkom UI bukan murni pilihan Richard. Anak pertama dari dua bersaudara itu mengikuti saran sang ayah. Pria kelahiran 1996 itu awalnya berniat masuk ke Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN).
Namun keinginannya ditolak mentah-mentah sang ibu.
"Mama gak izinin, karena tiga tahun gak ketemu, terus ilang lagi. Akhirnya papa bilang, kuliah aja," ungkap Richard.
Richard mengaku sempat kebingungan. Ayah Richard akhirnya turut memberikan saran untuk masuk ke Ilmu Komputer di Universitas Indonesia.
Hal itu disarankan sang ayah karena Richard candu dengan game. Richard akhirnya masuk lewat jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Undangan.
"Tapi saya juga gak tahu Fasilkom apa. Karena emang gak tahu mau ke mana, kemudian papa sarankan itu, ya sudah," ungkap Richard.