Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Rawajati: Kami Terpaksa Pindah ke Rusun Marunda

Kompas.com - 31/08/2016, 20:38 WIB
David Oliver Purba

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sambil berlinang air mata, Mutimah, mantan warga Kelurahan Rawajati, Jakarta Barat menceritakan keterpaksaannya harus rela pindah dari tempat tinggalnya ke Rusun Marunda.

Mutimah merupakan satu dari 60 Kepala Keluarga (KK) di Kelurahan Rawajati yang pindah ke Rusun Marunda, Jakarta Utara. Tempat tinggalnya digusur oleh Pemerintah Kota Jakarta Selatan karena dianggap telah mendirikan bangunan secara ilegal di lahan milik pemerintah.

Mutimah yang saat ini berumur 60 tahun, telah tinggal di Kelurahan Rawajati bersama suami dan tiga anaknya yang telah berkeluarga selama hampir 30 tahun.

Ketidakberdayaannya terhadap perlakuan Pemprov membuat dirinya harus rela melihat rumahnya rata dengan tanah.

"Kami terpaksa (pindah ke Marunda). Juga tidak ada tempat tinggal lain untuk kami," ujar Mutimah saat ditemui Kompas.com di Rusun Marunda, Rabu (31/8/2016).

Mutimah yang telah sepekan tinggal di Rusun Marunda mengaku masih tidak percaya bahwa rumah yang telah dia bangun dengan jerih payah keluarganya begitu saja dihancurkan. (Baca: Ini Alasan Permukiman Warga Rawajati Akan Digusur)

Mutimah menceritakan bahwa rumahnya yang berdiri di Kelurahan Rawajati sebagian berdiri di atas lahan PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta Api) dan sebagian lagi memang berdiri di atas lahan Pemprov DKI. Namun untuk bagian lahan Pemprov, Mutimah mengatakan kalau bangunan itu telah dirobohkan dan hanya menyisakan bangunan milik PJKA.

Sedangkan PJKA, menurutnya tidak ada pemberitahuan apapun untuk menyuruh keluarganya pindah dari lahan itu. Aneh menurutnya, mengapa Pemprov DKI kukuh untuk membongkar bangunan yang tidak berdiri di atas lahannya.

"Waktu diukur, sebagian lahan berdiri PJKA, sebagian di Pemprov. Tapi kan Pemprov bangunanya udah dirobohkan, kok pengen sekali membongkar?" ujar Mutimah.

Mutimah menyampaikan, pihaknya telah membuat perjanjian dengan Kelurahan Rawajati untuk meminta waktu dua bulan untuk mencari tempat tinggal. Ini karena Rusun Marunda dirasa terlalu jauh dari tempat tinggalnya yang lama.

Namun, hanya dalam satu bulan, sejumlah surat peringatan (SP) dilayangkan Pemkot Jakarta Selatan yang membuat dirinya beserta warga yang tinggal di sana kalang kabut.

Pada tanggal 18 Agustus, sebagian rumah di Kelurahan Rawajati, termasuk rumah Mutimah dibongkar paksa Pemkot Jaksel.

"Makanya di hari kemerdekaan kok hadiahnya sepahit ini ya," tutur Mutimah. (Baca: Cerita dari Panti Asuhan di Rawajati yang Terancam Digusur)

Hingga hari ini, baru tujuh kepala keluarga yang mendaftarkan diri ke Rusun Marunda. Sedangkan 53 KK lainnya masih belum dipastikan akan pindah ke rusun tersebut.

Pembongkaran permukiman di Kelurahan Rawajati akan dilakukan 1 September 2016 atau esok. Pemprov beralasan pembongkaran itu untuk membangun jalur hijau di Kelurahan Rawajati.

Kompas TV Warga Rawajati Bertahan di Rumah
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

Megapolitan
KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

Megapolitan
Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Megapolitan
Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com