Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suhu Air Tanah di Jakarta Naik

Kompas.com - 01/09/2016, 18:00 WIB

JAKARTA, KOMPAS — Suhu air tanah di sejumlah titik di wilayah Jakarta teridentifikasi naik satu hingga dua derajat celsius dalam 100 tahun terakhir. Ini bisa berdampak terhadap berbagai hal, baik itu bangunan maupun tanaman. Butuh penelitian lebih lanjut untuk memastikan dampaknya.

Hasil penelitian tim peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan sejumlah peneliti Jepang menemukan, tiga titik sumur yang dianalisis secara detail menunjukkan kenaikan suhu air tanah antara 1,4 dan 2,4 derajat celsius. Tiga sumur itu berada di Kamal Muara, Jakarta Utara; Tambun, Bekasi; dan wilayah Jakarta Pusat, dengan kedalaman hingga 200 meter.

"Rata-rata kenaikannya lebih dari satu derajat celsius, atau lebih tinggi dari perubahan iklim global yang hanya 0,8 derajat. Angka satu derajat celsius itu angka signifikan, khususnya untuk faktor mikro. Sekaligus membuktikan pengaruh besar dari urban heat island (pulau bahang perkotaan), dan ekstraksi air tanah berlebihan," ucap Rachmat Fajar Lubis dari Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI selepas diskusi dan bedah buku Ancaman Bawah Permukaan Jakarta, Rabu (31/8).

Perubahan suhu air tanah itu menjadi satu dari total 10 tulisan hasil laporan tentang kondisi bawah permukaan Jakarta. Penelitian-penelitan itu dilakukan sejak 2005 dan baru disatukan dalam bentuk buku pada akhir 2015.

Terkait dengan perubahan suhu air tanah ini, analisis terakhir menggunakan data tahun 2012. Sejumlah data perubahan suhu air tanah dari tahun 1995 kemudian dibuat permodelan hingga keluar angka perubahan suhu tersebut. Setelah itu, data tersebut dibandingkan dengan perubahan temperatur udara dalam kurun waktu 1905-2005.

Dalam sejumlah hipotesis, tambah Rachmat, dampak perubahan suhu air tanah ini bisa memengaruhi banyak hal, di antaranya mengganggu konstruksi bangunan karena adanya percepatan reaksi unsur kimia pada temperatur lebih tinggi dan pertumbuhan pepohonan yang lebih lambat.

"Hal ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut tentunya," ujar Rachmat.

Rachmat melanjutkan, pulau bahang perkotaan terus terjadi di wilayah-wilayah kota dengan pembangunan tak terkendali. Hal ini tidak hanya menyebabkan naiknya suhu permukaan, tetapi juga suhu bawah permukaan.

Tidak hanya itu, proses ekstraksi air tanah berlebihan juga menjadi salah satu penyebab. "Karena air dipompa terus-menerus, maka ada pergerakan air di dalam sehingga membuat temperatur berubah makin panas," tuturnya.

Awasi pembangunan

Pulau bahang perkotaan terjadi karena ulah manusia, utamanya pembangunan masif yang tak menyisakan ruang terbuka. Fondasi beton menyerap banyak panas sehingga menaikkan temperatur perkotaan. Masifnya bangunan juga menjadi faktor besar terjadinya penurunan muka tanah. Beban bangunan membuat kompaksi tanah semakin cepat.

Sementara itu, ekstraksi air tanah berlebihan juga terus terjadi saat ini. Data selama ini menunjukkan, setengah kebutuhan air warga Jakarta dipenuhi dari pengambilan air tanah.

Penurunan tanah menjadi ancaman serius bagi wilayah DKI. Sebab, wilayah dengan bangunan padat berkelindan dengan pengambilan air tanah yang juga tidak terkendali karena kurangnya pasokan air bersih.

Peneliti Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Robert Delinom, menuturkan, kondisi pengelolaan air tanah Jakarta sangat jauh jika dibandingkan dengan kota lain di luar negeri. Di Tokyo, Jepang, misalnya, tak ada lagi pemanfaatan air tanah. Sementara di Jakarta masih tahap awal, yaitu pengetatan regulasi.

"Penurunan tanah memang hanya terjadi di sejumlah titik. Yang saya khawatirkan itu, untuk konstruksi jalan tol misalnya, yang di beberapa lokasi terus turun, sementara yang lain tetap. Dampaknya bisa fatal. Karena itu harus dikendalikan, pembuatan sumur resapan, dan pengawasan pembangunan," tuturnya.

Ahli hidrogeologi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung, Lambok M Hutasoit, menyampaikan, bukan hanya bangunan tinggi, bangunan di bawah tanah juga perlu diawasi. Sebab, bangunan jenis ini menghilangkan tempat air tanah di akuifer bebas, selain juga mengubah pola aliran.

Sementara itu, Staf Bidang Pengendalian dan Dampak Lingkungan Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah DKI Jakarta Bawa Sarasa mengatakan, masalah air tanah memang terus menjadi ancaman. Karena itu, upaya mengatasi hal ini terus dilakukan. (JAL)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 1 September 2016, di halaman 29 dengan judul "Suhu Air Tanah Naik".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal 'Fogging' buat Atasi DBD di Jakarta

Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal "Fogging" buat Atasi DBD di Jakarta

Megapolitan
April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Megapolitan
“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

Megapolitan
Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Megapolitan
Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Megapolitan
Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Megapolitan
Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Megapolitan
Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Megapolitan
Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Megapolitan
Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Megapolitan
Pedagang Maju Mundur Jual Foto Prabowo-Gibran, Ada yang Curi 'Start' dan Ragu-ragu

Pedagang Maju Mundur Jual Foto Prabowo-Gibran, Ada yang Curi "Start" dan Ragu-ragu

Megapolitan
Pagi Ini, Lima RT di Jakarta Terendam Banjir akibat Hujan dan Luapan Kali

Pagi Ini, Lima RT di Jakarta Terendam Banjir akibat Hujan dan Luapan Kali

Megapolitan
Cek Psikologi Korban Pencabulan Ayah Tiri, Polisi Gandeng UPTP3A

Cek Psikologi Korban Pencabulan Ayah Tiri, Polisi Gandeng UPTP3A

Megapolitan
Hampir Lukai Warga dan Kakaknya, ODGJ di Cengkareng Dievakuasi Dinsos

Hampir Lukai Warga dan Kakaknya, ODGJ di Cengkareng Dievakuasi Dinsos

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com