Apa yang dilakukan Ahok dan jajarannya adalah ikhtiar penting yang perlu dilanjutkan. Kaum papa Jakarta tidak hanya diberi tempat tinggal yang nyaris gratis, tapi juga diberi layanan kesehatan dan pendidikan gratis, bahkan transportasi publik yang juga gratis.
Pertanyaan pentingnya adalah sampai kapan subsidi itu akan dilakukan? Sampai kapan anggaran negara yang sebagian besarnya berasal dari pajak warga akan dihabiskan untuk subsidi? Pertanyaan ini relevan karena anggaran negara tidak tak terbatas. Jawabannya tidak mudah.
Di rumah-rumah susun yang dibangun itu, kehidupan baru dimulai. Para penghuni beradaptasi. Negara, melalui pemerintah provinsi, membantu mempercepat adaptasi itu dengan menghadirkan pelbagai program pemberdayaan, mulai dari pelatihan tata boga, merias wajah, salon, bertani hidroponik, sampai memberi fasilitas dagang.
Pada dasarnya warga yang pindah atau dipindahkan ke rumah susun adalah para petarung kehidupan. Mereka telah lama dan terbiasa menghadapi masa-sama sulit.
Beberapa warga yang saya temui di rumah susun Pulo Gebang mengaku mengalami kendala adaptasi di tiga bulan pertama. Setelah itu, mereka mulai menemukan bahkan menciptakan dunia yang baru.
Lingkungan yang relatif lebih sehat, aman, dan lapang menjadi kondisi yang sangat baik bagi mereka untuk melakukan banyak inovasi dan kreativitas.
Rumah adalah tempat tinggal di mana masa depan dibangun. Pada rumah-rumah yang layak, generasi masa depan dilahirkan dan ditumbuhkan.
Rumah adalah tempat yang paling aman menghabiskan masa tua. Memberi rumah pada mereka yang papa adalah tindakan memutus siklus kemiskinan.
Generasi awal memang masih membutuhkan subsidi. Namun seiring dengan semakin membaiknya tingkat pendapatan mereka, subsidi perlahan-lahan akan ditinggalkan.
Mereka yang awalnya menjadi beban anggaran negara, perlahan-lahan akan menjadi tenaga-tenaga kerja produktif yang menyumbang pertumbuhan ekonomi.
Betapa tidak mudah menghadirkan rumah di ibu kota Jakarta. Ketika Ibu Wiwid, tokoh kita di awal cerita, menerima kunci rumah, ia menyimpannya baik-baik. Ia masih terus mengingat pesan dari petugas yang memberinya kunci, “rumahnya jangan ditinggal ya, bu.”
Cepat ia jawab, “ya, tidak akan saya tinggal.”
Sejak saat itu, Ibu Wiwid tidak pernah meninggalkan rumah susun. Ia ingin terus berada di dekat rumah impiannya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.