Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bamus Betawi dan Dugaan Politik Praktis Jelang Pilkada

Kompas.com - 08/09/2016, 07:22 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Badan Musyawarah (Bamus) Betawi yang bertugas melestarikan kebudayaan Betawi ditengarai melakukan politik praktis jelang perhelatan Pilkada DKI Jakarta 2017. Bentuk politik praktis itu berupa seruan agar bakal calon gubernur atau wakil gubernur DKI Jakarta harus berasal dari suku Betawi.

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok kecewa dengan sikap Bamus Betawi tersebut. Kekecewaan pun berbuntut dengan rencana dihentikannya pemberian dana hibah dari Pemprov DKI kepada Bamus Betawi.

Ahok merasa dana hibah dari Pemprov DKI Jakarta disalahgunakan karena Bamus Betawi terlibat politik. Bukan hanya Ahok, Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat juga merasa ada oknum Bamus Betawi melakukan politik praktis.

Djarot yang hadir dalam acara Lebaran Betawi pada Agustus 2016 lalu, merasa unsur politik kental dalam acara tahunan tersebut. Acara itu diselenggarakan bersama antara Bamus Betawi dan Pemprov DKI Jakarta.

Menanggapi wacana penghentian dana hibah, Djarot memilih untuk mengganti mekanismenya. Pada 2016, dana hibah diberikan satu kali dengan nominal sekitar Rp 5 miliar.

Untuk tahun berikutnya, Djarot mengusulkan dana hibah diberikan per mata kegiatan. Bamus Betawi diminta untuk lebih dulu mengusulkan rencana kegiatan dan Pemprov DKI Jakarta akan menyeleksinya.

Kegiatan yang akan diberikan dana hibah, kata Djarot, harus berkaitan dengan pelestarian budaya Betawi. Sebab, fokus dari Bamus Betawi mengembangkan budaya Betawi, mulai dari kesenian, kuliner, adat istiadat dan lainnya.

Djarot menyayangkan bila Bamus Betawi membuat kegiatan seperti Lebaran Betawi pada Agustus 2016 lalu yang ditengarai tercampur dengan kegiatan politik.

"Itu yang gak benar. Itu yang gak boleh," ucap Djarot.

Djarot meminta Bamus Betawi mengetahui tata tertib dan fungsinya.

"Kalau politik salurkan lewat partai, tidak melalui Bamus," kata Djarot.

Beberapa kader partai yang tergabung dalam Bamus Betawi seperti Politisi PPP Abraham 'Lulung' Lunggana dan Ketua DPD Partai Demokrat DKI Jakarta Nachrowi Ramli diminta untuk tidak berpolitik di dalam Bamus Betawi.

"Yang melenceng bukan Bamusnya, tapi oknum, yang menyalahgunakan dan memanfaatkan itu lho yang mengatasnamakan Bamus Betawi," ujar Djarot.

Djarot mengajak Bamus Betawi bersama-sama membangun budaya Betawi yang toleran, santun dan mencintai keindahan.

(Baca: Bamus Betawi: Kami Tak Paksa Gubernur DKI Jakarta dari Betawi)

Sementara itu, Bamus Betawi membantah bila memaksakan jabatan gubernur atau wakil gubernur DKI Jakarta haruslah figur dari suku Betawi. Ketua Bamus Betawi, Zainudin menjelaskan, pihaknya hanya menyodorkan nama-nama untuk menjadi bakal calon wakil gubernur DKI Jakarta.

Bamus Betawi netral dan tidak mendukung calon gubernur. Kami tawarkan empat tokoh nama. Itu bukan politik. Jadi Pak Gubernur ada salah informasi," kata Oding, sapaan Zainudin, saat dihubungi Kompas.com di Jakarta, Selasa (6/9/2016).

Kompas TV Djarot Sebut Peluang Ahok Didukung PDI-P
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Megapolitan
Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Megapolitan
Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com