Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Ahok Gusar pada Kawasan yang Sering Tergenang

Kompas.com - 20/09/2016, 08:24 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok tidak main-main ketika ia merekrut 15.000 orang sejak 2015 untuk membersihkan Jakarta. Sebanyak 15.000 orang yang kita kenal dengan petugas pemeliharaan prasarana dan sarana umum (PPSU) ditugasi untuk menjaga saluran air dan jalanan bersih dari sampah.

Merekalah yang jadi andalan untuk mengorek selokan dan memindahkan pohon tumbang di tengah hujan. Maka dari itu, ketika hujan deras mengguyur Jakarta pada Sabtu (17/9/2016) dan membuat Komplek Rumah Menteri di Jalan Denpasar tergenang, Ahok gusar.

Ia menuding lurah tak becus karena masih membiarkan adanya genangan. Padahal, Ahok meminta agar Jakarta tak boleh tergenang walau hanya 10 menit.

"Jadi kalau kasus kayak begini berarti lurahnya yang enggak bener kerjanya. Kan lurah estate manager. Setiap hujan, kami sudah ada PPSU tungguin, ada tata air, tiap hujan kan harusnya dia tahu mana yang tergenang," kata dia di Balai Kota, Senin (19/9/2016). (Baca: Perumahan Menteri Tergenang, Ahok Sebut Kerja Lurah Kuningan Timur Tak Becus)

Tak lama setelah itu, lurah yang dimaksud, Lurah Kuningan Timur Maulani, langsung menerjunkan PPSU-nya untuk membobok tujuh tali air baru di sepanjang Jalan Denpasar yang sering tergenang.

Maulani, yang pernah diperingatkan Ahok saat ruas Jalan Gatot Subroto tergenang, menyebut tergenangnya Jalan Denpasar ataupun Jalan Gatot Subroto merupakan dampak dari kotornya selokan. (Baca: Tujuh Tali Air Baru Dibuat di Jalan Denpasar)

Di Kelurahan Kuningan Timur sendiri, ada 47 petugas PPSU yang dibagi ke dalam empat zona untuk membereskan tali air. Empat zona itu adalah Gatot Subroto, Prof Dr Satrio, Denpasar, dan Rasuna Said.

"Setiap hari kami bersihkan. Cuma kemarin waktu hujan deras kan banyak juga sampah sama lumpur terbawa, belum lagi ada kabel di sana, jadinya mampet tali airnya," kata Maulani. (Baca: Mengintip Saluran Air di Kemang, Ada yang Dicor, Tersumbat Sampah, dan Terhalang Kabel)

Mampetnya tali air memang menjadi penyakit menahun Jakarta. Tali air adalah saluran kecil yang menjadi akses aliran air dari jalan ke selokan. Maka dari itu, ketika tali air tersumbat, air tidak bisa masuk ke selokan dan membuat jalan tergenang.

Tali air memang harus rutin dicek karena sangat mudah tersumbat. Ahok bahkan mengaku masih sering melihat penyapu jalan yang membuang sisa sampahnya di tali air. Sepekan lalu, Kompas.com melihat langsung kondisi tali air yang digambarkan di Jalan Kemang Raya, Jakarta Selatan.

Saat itu, Jumat (9/9/2016) sore, belasan pasukan biru dari Dinas Tata Air Aliran Tengah DKI Jakarta sibuk membobol trotoar. Dalam tali air yang dibongkar, terlihat pipa yang berfungsi tali air dicor dengan semen. Yang tidak dicor terlihat penuh sampah daun, botol plastik, batu, dan pasir.

Begitu pula dalam selokan, kabel bermacam-macam warna dan ukuran berbagi ruang dengan sampah, menutupi selokan dan tali airnya. Padahal, kabel milik PLN ataupun perusahaan telekomunikasi tidak boleh ditanam lebih dari kedalaman 1,5 meter.

Gelonggongan kabel jadi menghalangi aliran air. (Baca: Ahok: Jakarta Tidak Boleh Tergenang walaupun Hanya 10 Menit)

Kepala Suku Dinas Tata Air Jakarta Selatan Holi Susanto mengatakan, tersumbatnya saluran air inilah salah satu penyebab banjir di Kemang saat hujan deras mengguyur Ibu Kota.

"Ini penyakitnya baru ditemukan. Penyebab Kemang selalu tergenang padahal tali air yang banyak dan lebar ternyata di dalam saluran air yang menuju kolam olakan pompa tersendat sehingga air terbendung dan antre serta pompa berjalan tidak maksimal," kata Holi.

Halaman:


Terkini Lainnya

Tak Lagi Dapat 'Privilage' KTP Jakarta, Warga: Akses Pendidikan dan Kesehatan Jangan Jomplang

Tak Lagi Dapat "Privilage" KTP Jakarta, Warga: Akses Pendidikan dan Kesehatan Jangan Jomplang

Megapolitan
Warga 'Numpang' KTP DKI: Pelayanan di Jakarta Itu Enak Banget, Administrasinya Enggak Ribet...

Warga "Numpang" KTP DKI: Pelayanan di Jakarta Itu Enak Banget, Administrasinya Enggak Ribet...

Megapolitan
Masuk Bursa Cagub DKI dari PKS, Khoirudin: Saya Kawal dari Dewan Saja...

Masuk Bursa Cagub DKI dari PKS, Khoirudin: Saya Kawal dari Dewan Saja...

Megapolitan
Maju di Pilkada Kota Bogor, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Daftar Lewat Gerindra

Maju di Pilkada Kota Bogor, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Daftar Lewat Gerindra

Megapolitan
Pendapatan Ojek Sampan Tak Cukupi Biaya Hidup, Bakar Terpaksa Berutang Untuk Makan

Pendapatan Ojek Sampan Tak Cukupi Biaya Hidup, Bakar Terpaksa Berutang Untuk Makan

Megapolitan
Pascalebaran, Harga Bawang Merah di Pasar Perumnas Klender Tembus Rp 80.000 per Kilogram

Pascalebaran, Harga Bawang Merah di Pasar Perumnas Klender Tembus Rp 80.000 per Kilogram

Megapolitan
Jadwal Pra PPDB SD dan SMP Kota Tangerang 2024 dan Cara Daftarnya

Jadwal Pra PPDB SD dan SMP Kota Tangerang 2024 dan Cara Daftarnya

Megapolitan
BPBD DKI: Banjir yang Rendam Jakarta sejak Kamis Pagi Sudah Surut

BPBD DKI: Banjir yang Rendam Jakarta sejak Kamis Pagi Sudah Surut

Megapolitan
Maju Mundur Kenaikan Tarif Transjakarta, Wacana Harga Tiket yang Tak Lagi Rp 3.500

Maju Mundur Kenaikan Tarif Transjakarta, Wacana Harga Tiket yang Tak Lagi Rp 3.500

Megapolitan
Mengapa Penjaga Warung Madura Selalu 'Video Call' Setiap Hari?

Mengapa Penjaga Warung Madura Selalu "Video Call" Setiap Hari?

Megapolitan
Gara-gara Masalah Asmara, Remaja di Koja Dianiaya Mantan Sang Pacar

Gara-gara Masalah Asmara, Remaja di Koja Dianiaya Mantan Sang Pacar

Megapolitan
Pendatang Usai Lebaran Berkurang, Magnet Jakarta Kini Tak Sekuat Dulu

Pendatang Usai Lebaran Berkurang, Magnet Jakarta Kini Tak Sekuat Dulu

Megapolitan
Pendaftaran Cagub Independen Jakarta Dibuka 5 Mei 2024, Syaratnya 618.750 KTP Pendukung

Pendaftaran Cagub Independen Jakarta Dibuka 5 Mei 2024, Syaratnya 618.750 KTP Pendukung

Megapolitan
Polisi Tilang 8.725 Pelanggar Ganjil Genap di Tol Jakarta-Cikampek Selama Arus Mudik dan Balik

Polisi Tilang 8.725 Pelanggar Ganjil Genap di Tol Jakarta-Cikampek Selama Arus Mudik dan Balik

Megapolitan
Belajar dari Pemilu 2024, KPU DKI Mitigasi TPS Kebanjiran Saat Pilkada

Belajar dari Pemilu 2024, KPU DKI Mitigasi TPS Kebanjiran Saat Pilkada

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com