Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Integrasikan Stasiun dengan Tata Kota

Kompas.com - 20/09/2016, 18:11 WIB

JAKARTA, KOMPAS — Perencanaan infrastruktur transportasi seperti stasiun seharusnya terintegrasi dengan rencana besar penataan kota. Hal itu diperlukan agar warga pengguna angkutan umum tidak dirugikan di tengah berbagai kepentingan.

Pengajar Planologi Universitas Trisakti, Yayat Supriyatna, Senin (19/9), mengatakan, penutupan pintu utama Stasiun Tangerang akibat kemacetan yang kerap ditimbulkan menunjukkan tidak adanya keterkaitan antara pemangku kebijakan, yaitu PT Kereta Api Indonesia (KAI), dan Pemerintah Kota Tangerang.

"Selama ini, masing-masing memiliki kepentingan sendiri dan cenderung berjalan sendiri-sendiri. Kemacetan di stasiun terjadi di mana-mana karena memang begitu karakteristiknya, ada permintaan dan penawaran. Pasti banyak angkutan umum berhenti, juga pedagang-pedagang yang berjualan di sekitar stasiun. Semua ini seharusnya sudah diantisipasi sehingga masuk dalam perencanaan awal," tutur Yayat.

Dia mengusulkan kedua pihak duduk bersama untuk mengambil solusi terbaik tanpa mengorbankan kepentingan yang paling besar, yaitu kepentingan publik.

Penutupan pintu barat Stasiun KA Tangerang, kata Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Tangerang Engkos Zarkasyi, dilatarbelakangi kemacetan parah di Jalan Kisamaun akibat angkutan kota yang berhenti sembarangan saat penumpang kereta listrik keluar stasiun.

"Kami sudah mulai pendekatan sejak tiga bulan lalu. Kami mendapat banyak komplain akibat kemacetan yang terjadi. Karena itu, pintu keluar masuk stasiun sebaiknya dipindah," ujar Engkos.

Target PAD

Mengenai keluhan pengguna sepeda motor atau mobil yang harus membayar retribusi saat masuk Jalan Ki Asnawi untuk menuju pintu timur stasiun, Engkos menyatakan, retribusi sudah diberlakukan sejak dulu sehingga mau tidak mau harus ditaati.

"Itu pun petugas kerap memberi kelonggaran. Kalau pengguna kendaraan bilang mau ke stasiun, tidak dipungut retribusi. Kalau PT KAI punya kepentingan untuk parkir, kami (pemkot) juga punya kepentingan mendapatkan retribusi karena kami juga memiliki target PAD yang harus dicapai," ungkapnya.

Selain di Stasiun Tangerang, gerbang masuk Stasiun Parung Panjang juga diubah. Sebelumnya, pintu tengah yang berada tepat di depan loket penjualan tiket dibuka. Namun, dua bulan terakhir, pintu gerbang itu ditutup karena kerap menimbulkan kemacetan akibat angkutan kota yang menunggu penumpang. Kini, pintu gerbang yang dibuka hanya gerbang timur dan gerbang barat yang berada di depan Pasar Parung Panjang.

"Memang sering macet di sini karena angkot ngetem, makanya akhirnya ditutup. Ya, saya akhirnya harus jalan memutar sedikit untuk naik angkot," ucap Iding (52), warga Parung Panjang yang bekerja di Jakarta Pusat.

Kepala Humas PT KAI Daerah Operasi I Sapto Hartoyo mengatakan, kewenangan PT KAI hanya sebatas di dalam stasiun sehingga di luar itu merupakan kewenangan pemerintah setempat, khususnya dishub.

"Kalau komunikasi pasti selalu dilakukan. Tetapi, kewenangan untuk mengatur ada di dishub. Kami hanya mengurusi penumpang mulai masuk hingga keluar stasiun," ujarnya.

Dewan transportasi

Sementara itu, Pemkot Bekasi berencana membentuk dewan transportasi kota yang beranggotakan pakar transportasi dan akademisi. Dewan transportasi kota nantinya bertugas memberikan masukan kepada pemerintah daerah terkait penataan sistem transportasi dan infrastruktur di Kota Bekasi.

"Anggotanya setidaknya lima orang. Terdiri atas orang-orang yang independen, baik dari kampus, pengamat transportasi, dan yang lain. Saya harap harus (sudah terbentuk) bulan ini," ujar Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi di kantor Pemkot Bekasi, kemarin.

Menurut Rahmat, dewan transportasi kota bisa memberikan masukan terkait penataan trayek transportasi, izin dan kelaikan angkutan, infrastruktur jalan, hingga sumber daya manusia terkait transportasi. (UTI/ILO)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 September 2016, di halaman 27 dengan judul "Integrasikan Stasiun dengan Tata Kota".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Heru Budi Pastikan ASN Pemprov DKI Bolos Usai Libur Lebaran Akan Disanksi Tegas

Heru Budi Pastikan ASN Pemprov DKI Bolos Usai Libur Lebaran Akan Disanksi Tegas

Megapolitan
Heru Budi: Pemprov DKI Tak Ada WFH, Kan Sudah 10 Hari Libur...

Heru Budi: Pemprov DKI Tak Ada WFH, Kan Sudah 10 Hari Libur...

Megapolitan
Mulai Bekerja Usai Cuti Lebaran, ASN Pemprov DKI: Enggak Ada WFH

Mulai Bekerja Usai Cuti Lebaran, ASN Pemprov DKI: Enggak Ada WFH

Megapolitan
Suami di Jaksel Terjerat Lingkaran Setan Judi 'Online' dan Pinjol, Istri Dianiaya lalu Ditinggal Kabur

Suami di Jaksel Terjerat Lingkaran Setan Judi "Online" dan Pinjol, Istri Dianiaya lalu Ditinggal Kabur

Megapolitan
Jalan Gatot Subroto-Pancoran Mulai Ramai Kendaraan, tapi Masih Lancar

Jalan Gatot Subroto-Pancoran Mulai Ramai Kendaraan, tapi Masih Lancar

Megapolitan
KRL Jabodetabek Gangguan di Manggarai, Rute Bogor-Jakarta Terhambat

KRL Jabodetabek Gangguan di Manggarai, Rute Bogor-Jakarta Terhambat

Megapolitan
Menikmati Hari Libur Terakhir Lebaran di Ancol Sebelum Masuk Kerja

Menikmati Hari Libur Terakhir Lebaran di Ancol Sebelum Masuk Kerja

Megapolitan
Jalan Sudirman-Thamrin Mulai Ramai Kendaraan Bermotor, tapi Masih Lancar

Jalan Sudirman-Thamrin Mulai Ramai Kendaraan Bermotor, tapi Masih Lancar

Megapolitan
KRL Jabodetabek Mulai Dipadati Penumpang, Sampai Berebut Saat Naik dan Turun

KRL Jabodetabek Mulai Dipadati Penumpang, Sampai Berebut Saat Naik dan Turun

Megapolitan
Pemudik Keluhkan Sulit Cari 'Rest Area', padahal Fisik Kelelahan akibat Berkendara Berjam-jam

Pemudik Keluhkan Sulit Cari "Rest Area", padahal Fisik Kelelahan akibat Berkendara Berjam-jam

Megapolitan
Cerita Pemudik Kembali ke Jakarta Saat Puncak Arus Balik: 25 Jam di Jalan Bikin Betis Pegal

Cerita Pemudik Kembali ke Jakarta Saat Puncak Arus Balik: 25 Jam di Jalan Bikin Betis Pegal

Megapolitan
Keluhkan Oknum Porter Terminal Kampung Rambutan yang Memaksa, Pemudik: Sampai Narik Tas, Jadi Takut

Keluhkan Oknum Porter Terminal Kampung Rambutan yang Memaksa, Pemudik: Sampai Narik Tas, Jadi Takut

Megapolitan
Korban KDRT di Jaksel Trauma Mendalam, Takut Keluar Rumah

Korban KDRT di Jaksel Trauma Mendalam, Takut Keluar Rumah

Megapolitan
Cuti Lebaran Usai, Ganjil Genap di Jakarta Berlaku Hari Ini

Cuti Lebaran Usai, Ganjil Genap di Jakarta Berlaku Hari Ini

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Selasa 16 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Selasa 16 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com