JAKARTA, KOMPAS — Guru Besar Kriminologi Universitas Indonesia M Mustofa mengingatkan, salah satu pemicu terjadinya kejahatan adalah minimnya daya dukung sosial. Daya dukung ini berupa penyediaan infrastruktur dan struktur sosial yang ideal.
Penyediaan infrastruktur yang ideal antara lain rasio orang dan luas ruang hunian.
”Di Australia, misalnya, setiap orang menghuni ruang 4 x 4 meter persegi. Jika jumlah anggota bertambah, maka ruang pun harus ditambah,” ujar Mustofa dalam diskusi di Redaksi Kompas, Rabu (21/9).
Ia berpendapat, sebaiknya pemerintah pusat ataupun daerah yang membangun rumah susun sudah mempertimbangkan hal ini.
”Harus ada aturan mengenai batas anggota keluarga yang menghuni di setiap unit rumah susun sehingga rasio orang dan ruang yang ideal tetap terpelihara,” kata Mustofa.
Penyediaan infrastruktur lainnya, lanjut Mustofa, adalah ruang taman untuk bermain, berolahraga, penerangan jalan dan ruang publik lain, portal dan pos jaga.
Struktur sosial yang baik diikat dengan kohesi sosial yang tinggi, terutama menyangkut pemeliharaan keamanan lingkungan. Menurut Mustofa, peran kohesi sosial makin penting di lingkungan keluarga di perkotaan di mana pasangan suami-istri bekerja dan menghabiskan sebagian besar hidup mereka di luar rumah.
Psikolog dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Nathanael EJ Sumampouw, mengungkapkan sejumlah faktor yang menyebabkan munculnya perilaku kriminal dan kekerasan di Jakarta dan sekitarnya, yaitu faktor individual, relasional, komunitas, dan sosial.
Menurut Nathanael, para pelaku kriminal seperti pembunuh sadis yang pernah diwawancarainya memiliki persoalan di masa lalunya, antara lain diabaikan orangtua sejak kecil, pernah menjadi korban kekerasan, atau pernah menyaksikan kekerasan.
Nathanael mengatakan, kepedulian sosial dan upaya pembinaan keamanan merupakan salah satu solusi menekan kriminalitas dan kekerasan. Terakhir, penguatan dari sisi keluarga tak kalah penting karena orangtua cukup berperan dalam membentuk karakter anak.
Begal anti begal
Dalam diskusi yang sama, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rudy Herianto Adi Nugroho memaparkan, penyelesaian kasus kejahatan jalanan di wilayah Polda Metro terus meningkat.
Sepanjang Januari sampai Agustus 2016, misalnya, terjadi 4.993 kasus kejahatan jalanan dan 3.155 kasus di antaranya sudah diselesaikan. Angka kejahatan pada 2015 juga turun 6,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Rudy menyatakan memang perlu strategi dan penerapan teknologi untuk menangani kejahatan di kota besar seperti Jakarta dan sekitarnya. Saat ini, di bawah Rudy, Polda Metro menjalankan strategi untuk mengatasi begal.
”Kalau dalam militer ada istilah gerilya anti gerilya, maka kami menggunakan strategi begal anti begal. Sebelum begal beraksi, kami begal dulu,” paparnya.
Dengan strategi itu polisi di lapangan menjadi lebih berani. Pimpinan cukup memberikan perintah bertindak tegas, tetapi profesional. Selama Rudy menjabat Direktur Reskrimum, lima tersangka tewas ditembak karena melawan petugas.
(WIN/WAD/JAL)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 22 September 2016, di halaman 26 dengan judul "Kohesi Sosial Kuat Redam Kriminalitas".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.