Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wisnu Nugroho
Pemimpin Redaksi Kompas.com

Wartawan Kompas. Pernah bertugas di Surabaya, Yogyakarta dan Istana Kepresidenan Jakarta dengan kegembiraan tetap sama: bersepeda. Menulis sejumlah buku tidak penting.

Tidak semua upaya baik lekas mewujud. Panjang umur upaya-upaya baik ~ @beginu

Kenapa Yusril Tetap Penting di Pilkada DKI Jakarta?

Kompas.com - 04/10/2016, 06:16 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorTri Wahono

Yusril Ihza Mahendra benar. Ketika mantan Menteri Sekretaris Negara di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini berujar, "Jangan mudah mempercayai orang", kita mengiyakannya. Yusril benar.

Kebenaran ujaran Yusril itu sahih karena bertumpu pada pengalaman terbarunya.

Berbulan-bulan berjuang dengan segala upaya merontokkan elektabilitas petahana, di akhir perjuangannya di bulan kedelapan, harapan yang erat dipegangnya ternyata kosong belaka.

Memang tidak cukup jelas siapa yang kemudian tidak dipercayai Yusril dalam kasus ini.

Yusril hanya menyebut, setelah perjuangannya selama delapan bulan membuat elektabilitas petahana melemah, tiba-tiba di tikungan ada orang lain yang mulai ambil start.

(Baca: Yusril: Satu Pelajaran bagi Saya, Jangan Mudah Memercayai Orang Lain)

Yusril "tidak mudah mempercayai orang" setelah tiga partai politik, yang semula memberinya harapan, balik badan di tengah malam.

Harapan Yusril kepada tiga partai politik itu terbukti kosong di hari terakhir pendaftaran calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta. Janji yang menumbuhkan harapan tidak sesuai realita.

Tiga partai itu adalah Partai Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Persatuan Pembangunan. Hingga seminggu sebelum harapannya ternyata kosong, Yusril masih yakin dengan janji pencalonan.

Dini hari saat sebagian besar warga Jakarta terlelap tidur, di kediaman Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, tiga partai itu ditambah Partai Amanat Nasional mengumumkan nama lain.

Ini yang mungkin dimaksud Yusril sebagai tikungan atas upaya gigihnya selama delapan bulan.

Nama lain itu adalah Komandan Batalyon Infanteri Mekanis 203/Arya Kemuning Mayor (Inf) Agus Harimurti Yudhoyono. Anak sulung SBY ini dipasangkan dengan Deputi Gubernur Bidang Pariwisata dan Kebudayaan Sylviana Murni.

Setelah mengumumkan Agus-Sylvi, Yusril tidak disebut-sebut lagi. Namanya seperti tidak dikenali dan hilang bersamaan dengan pekatnya dini hari.

Ahok hitung Yusril

Diakui atau tidak, kehadiran dan kegigihan Yusril saat semua partai politik kebingungan mencari calon penantang Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok cukup merepotkan petahana.

Dari semua calon yang mengemuka saat itu, Ahok beberapa kali menyebut Yusril sebagai penantang paling tangguh. Ia menyebut Yusril layak diperhitungkan dan ditakuti.

Ungkapan Ahok bukan tanpa dasar. Sejumlah pengalaman jadi pijakan.

Kita masih ingat bagaimana pernyataan Yusril sebagai pakar hukum tata negara membuat Ahok yang semula ingin maju lewat jalur independen berpikir ulang. Kejelian Yusril melihat kelemahan lawan mengikis rasa percaya diri Ahok yang kerap berlebihan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com